Jumat, 19 April 2024
Essay 4 - Berperilaku Inovatif Secara Nyata - Wildan Hanif Nurfauzan
Esai 2 Psikologi Inovasi : Meringkas Jurnal Motivasi Wahyu Sukman (23310420012)
Esai 2
Psikologi Inovasi: Meringkas Jurnal Motivasi
Wahyu Sukman
(23310420012)
JURNAL
Oleh Wahyu
Sukman
NIM:
23310420012
Esai 2:
Meringkas Jurnal Motivasi
Psikologi
Inovasi
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Topik |
Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar |
Sumber |
Rahman, S. (2021). PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR. PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR, 289-302. |
Permasalahan |
Ketidakjelasan tujuan belajar dapat menyebabkan penurunan motivasi karena individu sulit mengetahui mengapa mereka belajar. Kegagalan menghadapi tantangan seperti kesulitan memahami materi atau tugas yang sulit bisa menurunkan motivasi. Ketidakpuasan dengan hasil belajar dapat membuat individu kehilangan semangat belajar. Lingkungan belajar yang tidak mendukung juga dapat mengganggu motivasi seseorang. Kurangnya rasa pentingnya materi yang dipelajari juga bisa mengurangi motivasi belajar. Ketidakmampuan menemukan minat pribadi dalam topik yang dipelajari dapat membuat seseorang merasa bosan dan tidak termotivasi. Gangguan mental seperti kecemasan, depresi, atau stres bisa mengganggu motivasi belajar. Untuk mengatasi
masalah ini, penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencari solusi,
seperti menetapkan tujuan yang jelas, mencari dukungan dari orang lain, atau
mengubah pendekatan belajar agar lebih menarik dan relevan. |
Tujuan
penelitian |
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memahami keterkaitan antara motivasi belajar dan pencapaian
hasil belajar siswa. |
Isi |
Pengaruh motivasi terhadap prestasi siswa menjadi fokus penelitian ini. Tujuannya adalah untuk menggali keterkaitan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis statistik terhadap sampel siswa dari beragam latar belakang. Temuan utama menekankan hubungan positif antara tingkat motivasi belajar siswa dan prestasi belajar mereka. Artinya, semakin tinggi motivasi belajar siswa, semakin baik hasil belajar yang dapat mereka capai. Motivasi belajar memiliki peran penting dalam mendorong usaha dan pencapaian prestasi siswa. Motivasi intrinsik, seperti minat dan keinginan untuk berhasil, serta motivasi ekstrinsik, seperti penghargaan dan lingkungan yang mendukung, memiliki korelasi yang signifikan dengan hasil belajar siswa. Penelitian
ini merekomendasikan peningkatan motivasi belajar siswa tidak hanya melalui
peran guru sebagai motivator, tetapi juga melibatkan dukungan dari keluarga
dan motivasi internal siswa. Kerjasama antara semua pihak terlibat dalam
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan wawasan baru dan saran bagi peneliti
berikutnya dalam mengeksplorasi lebih lanjut faktor-faktor yang memengaruhi
prestasi belajar siswa. |
Metode |
Metode penelitian
tinjauan pustaka (Library Research) yang berlokasi di perpustakaan/ruang baca
secara online maupun offline. |
Hasil |
Menurut hasil dari penelitian yang melibatkan observasi langsung, siswa
dengan motivasi yang tinggi cenderung berdedikasi, gigih, tidak mudah
menyerah, serta aktif dalam membaca untuk meningkatkan pencapaian akademis
dan mengatasi masalah yang dihadapi. Sebaliknya, siswa dengan motivasi rendah
cenderung kurang berminat, cepat merasa putus asa, dan kurang fokus pada
pembelajaran, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam proses belajar. |
Diskusi |
- |
Kamis, 18 April 2024
Essay 4 - Berperilaku Inovatif Secara Nyata - Yosy Tri Aprian
Essay 4 Psikologi Inovasi : Berperilaku Inovatif
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Disusun Oleh
Yosy Tri Aprian
21310410188
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
2024
Saya sering merasa cukup terganggu dengan banyaknya limbah organik yang terbuang sia-sia di sekitar tempat tinggal saya. Maka untuk mengatasi masalah ini, saya memilih untuk mencari ide atau cara inovatif guna mengurangi jumlah sampah organik yang dihasilkan. Salah satu ide yang saya temukan adalah dengan membuat kerajinan tangan dari limbah enceng gondok.
Awalnya, saya mulai mencari informasi tentang eceng gongok di internet, setelah saya menggali informasi tentang enceng gondok ini, saya menemukan bahwa tumbuhan ini sering dianggap sebagai gulma air yang tidak memiliki nilai ekologis dan hanya menimbulkan masalah lingkungan. Namun, setelah saya melakukan eksplorasi lebih lanjut, saya menyadari bahwa daun enceng gondok memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku kerajinan tangan yang menarik dan ramah lingkungan.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan enceng gondok yang tersebar di sungai maupun saluran irigasi sekitar lingkungan tempat tinggal saya. Saya menyadari bahwa jumlah enceng gondok yang sebelumnya terbuang sia-sia ini bisa menjadi sumber daya yang berharga untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Saya lalu mengumpulkan daun-daun enceng gondok yang masih segar dan masih baik kondisinya.
Setelah mengumpulkan cukup banyak bahan baku, langkah selanjutnya adalah saya membersihkan daun enceng gondok dari kotoran yang menempel padanya. Saya menggunakan sikat dan air bersih untuk membersihkannya dengan hati-hati, memastikan bahwa daun-daun tersebut benar-benar bersih dan siap untuk saya proses lebih lanjut.
Kemudian, saya memisahkan daun enceng gondok dari tangkainya karuna saya hanya mengambil bagian tangkai daunnya saja lalu saya membiarkannya mengering di bawah sinar matahari. Proses pengeringan ini penting untuk memastikan bahwa daun-daun enceng gondok menjadi lebih lentur dan mudah untuk ditenun menjadi kerajinan tangan.
Setelah batang daun enceng gondok kering, saya mulai merancang pola kerajinan yang ingin saya buat. Saya menggunakan kertas sebagai pola dan memotong batang daun enceng gondok sesuai dengan ukuran dan bentuk yang saya inginkan. Proses ini memerlukan ketelitian dan kesabaran agar kerajinan yang saya hasilkan memiliki bentuk dan desain yang menarik.
Selanjutnya, saya mulai menenun batang daun enceng gondok sesuai dengan pola yang telah saya buat. Saya menggunakan teknik anyaman sederhana untuk membuat kerajinan tangan yang kuat dan kokoh. Proses ini membutuhkan waktu dan keterampilan, tetapi saya merasa senang melihat hasil akhir yang indah dan unik.
Setelah menyelesaikan kerajinan tangan dari enceng gondok, saya merasa bangga dengan kontribusi saya dalam mengurangi sampah organik di sekitar lingkungan saya. Saya membagikan kerajinan saya melalui media sosial. Melalui upaya kecil ini, saya berharap dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa dan bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Berikut ini juga saya lampirkan untuk link penjualan dari produk kreasi saya tersebut : https://www.instagram.com/p/C544XjnS3IV/?igsh=OWduOXRnODUzcA==
ESSAY 3 PSIKOLOGI INOVASI: DISONANSI KOGNITIF DESTI FITRIA SUCI (21310410157)
ESSAY 3 DISONANSI KOGNITIF
GENERASI Z YANG INGIN KEBERSIHAN , NAMUN DIRINYA
MALAS MEMBUANG SAMPAH SEHINGGA TERJADI PENUMPUKAN SAMPAH
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Nama : Desti Fitria Suci
NIM : 21310410157
Kelas : Psikologi SJ
PROGAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Masa modern saat ini sangat terdominasi oleh generasi Z dimana
mereka yang lahir pada tahun 1997-2012. Generasi Z adalah generasi yang tumbuh
dengan akses internet dan teknologi yang luar biasa. Mereka memiliki pola hidup
yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, termasuk gaya hidup
sehat. Menurut Noordiono (2016), generasi Z adalah generasi yang sedini mungkin
telah mengenal teknologi dan internet, generasi yang haus akan teknologi.
Sifat malas membuang sampah yang menyebabkan penumpukan sampah
adalah salah satu dari beberapa sifat yang diterangkan dalam literatur tentang
generasi Z. Sampah sendiri didefinisikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk
padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena
tidak bermanfaat atau keberadaannya tidak diinginkan lagi. (Tchobanoglus,
1993). Mereka generasi Z memiliki sifat malas, yang berarti mereka tidak
terlalu suka melakukan hal-hal yang sulit. Hal ini dapat berpengaruh pada
pengelolaan sampah, karena mereka mungkin tidak terlalu berpikir tentang dampak
negatif dari membuang sampah di sana-sini, yang kemudian dapat menyebabkan
penumpukan sampah.
Saya mewawancarai mahasiswa pada tanggal 27 Maret 2024 pukul 16.00
di rumah subjek, sebut saja NM, dia saat ini berusia 21 tahun, lahir pada tahun
2003. Berikut sekilas wawancara saya dan subjek.
Saya : "Apakah kamu merasa nyaman dengan keadaan lingkunganmu
saat ini?"
NM : "Ada beberapa hal membuat saya tidak nyaman".
Saya: " Apa yang membuat kamu tidak nyaman?"
NM : " Ada tumpukan sampah, seperti di kamar saya, namun saya
malas langsung membuangnya jadi selalu menunggu sampai benar-benar menumpuk
dulu, karena saya selalu mager hahaha".
Saya : " Bagaimana kamu merasa tentang masalah sampah
ini?"
NM : " Saya merasa sangat tidak puas dengan penumpukan sampah
di kamar. Sampah itu terus menumpuk dan membuat ruangan terasa lebih kotor.
Saya merasa bahwa perlu mengurangi sampah di kamar saya segera."
Banyak anak muda generasi Z ini, selalu ingin semua serba instan tidak ribet. Sebagai generasi Z,
kita juga bisa memilih produk yang ramah lingkungan dan bisa digunakan
berulang-ulang, generasi Z dapat mengurangi penambhan sampah yang menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Beberapa cara bisa dilakukan agar tidak malas membuang sampah yaitu
jjadikan membuang sampah sebagai prioritas, membuang sampah pada tempatnya
seharusnya menjadi prioritas bagi setiap individu. Langkah-langkah yang dapat
diambil adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada
tempat yang sesuai. Kemudian menerapkan perubahan, membuang sampah pada
tempatnya dapat ditingkatkan dengan menerapkan perubahan di dalam diri sendiri.
Daftar Pustaka
Noordiono, Azis. (2016). Karakter Generasi Z dan Proses Pembelajaran
Pada Program Studi Akuntansi. Skripsi Thesis. Universitas Airlangga.
Tchobanoglous, G., et al. (1993). Integrated Solid Waste Management.
McGraw-Hill. New York.
ESSAY 3 PSIKOLOGI INOVASI: DISONANSI KOGNITIF CELYN LINTANG AULIA (21310410169)
DISONANSI KOGNITIF PADA WANITA
PEROKOK
Psikologi Inovasi Essay 3 Wawancara Tentang Disonansi
Kognitif
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Celyn Intang Aulia
21310410169
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Merokok
mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan manusia. Resiko yang ditimbulkan
dengan merokok seharusnya telah disadari oleh masyarakat secara luas baik
laki-laki maupun wanita. Perokok akan rentan terkena penyakit kanker. Wanita
perokok sendiri memiliki resiko lebih besar dibandingkan dengan pria perokok.
Wanita terpapar karsinogen dan racun lain dalam jumlah yang lebih besar dari
pria, meskipun keduanya merokok dalam jumlah yang sama (Wardayati, 2011).
Memahami
resiko yang timbul karena merokok dan merasakan kenikmatan merokok, mendorong
wanita perokok dewasa muda berada dalam kondisi disonansi. Disonansi kognitif
adalah keadaan terjadinya hubungan konflik mental yang terjadi ketika
keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang tidak selaras. Disonansi kognitif
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada seseorang yang dapat merubah salah satu
sikap, keyakinan, dan perilaku untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut. Sumber
disonansi kognitif adalah inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat umum,
dan pengalaman masa lalu (Sarwono,1995).
Pada
hari Kamis, 28 Maret 2024 saya berkesempatan mewawancarai teman saya yang
berinisial RT, mahasiswa UGM semester 8, jenis kelamin wanita, dan berumur 22
tahun. Saya mengambil tempat wawancara di 23 Coffe and Eatery selama 30 menit. Dalam
wawancara kali ini saya mendapatkan informasi bahwa RT sudah menjadi perokok
aktif selama 2 tahun ini. Ia menggunakan rokok elektrik setiap harinya. Awalnya
ia mencoba rokok merk Camel warna ungu. Setelah merasakan kenikmatan pada rokok
batang, ia mencoba beralih rokok elektrik. Hingga pada akhirnya ia menetapkan
untuk menggunakan rokok elektrik setiap harinya karena dirasakan oleh RT
menggunakan rokok elektrik menghemat pengeluaran dibandingkan dengan rokok
batang. Motivasi RT menggunakan rokok adalah sebagai sarana mengekspresikan
rasa sakit dan beban yang diterimanya selama ini.
RT
menyadari bahwa merokok mempunyai banyak dampak negatif bagi kesehatan dan
stereorip masyarakat yang negatif terhadap wanita perokok. Disonansi kognitif
yang ia digunakan adalah dengan mengubah cara pandang dengan menggunakan rokok
elektrik dapat mengurangi stress dan merasakan relaksasi ketika menikmatinya. Merokok yang telah menjadi kebiasaan membuat
subjek sulit untuk mengubahnya. Hal ini terjadi karena jika subjek tidak
melakukan kebiasaannya itu mereka akan merasakan ada sesuatu yang hilang. Kadar
disonansi yang rendah dimiliki subjek pada aspek kesehatan dan pandangan
masyarakat.
Solusi untuk subjek yang mengalami disonansi
kognitif agar berhenti merokok adalah sebagai berikut :
1.
Bagi
keluarga dan orang terdekat inisial RT dapat memberikan dukungan positif kepada
subjek untuk berhenti merokok dan membentuk lingkungan yang bebas dari rokok.
2.
Bagi
sesama wanita diharapkan lebih menyadarkan dampak negatif rokok pada wanita
bagi kandungan nantinya.
3.
Mengubah
pandangan mengurangi stress dengan cara lain, seperti berlari, mengikuti
komunitas, dan kegiatan positif lain.
4.
Menyadari
informasi mengenai kesehatan dan dampak negatif rokok sehingga subjek dapat
merubah pola makan, pola pikir menjadi lebih sehat. Berolahraga rutin dan tetap
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk menyeimbangkan kesehatan.
5.
Apabila
subjek sangat kesulitan berhenti merokok maka dapat menemui orang yang
profesional seperti psikolog atau dokter untuk meminta saran berhenti merokok.
Daftar Pustaka :
Sarwono,
S. W. (1995) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Wardayati,
K. T. (15 Agustus 2011). Merokok Lebih Bahaya pada Wanita. Diunduh tanggal 20
Juli 2012 dari http://intisari-online.com/read/merokok-lebih-berbahaya-pada-wanita.