Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Minggu, 28 Mei 2023

Essay prestasi pengabdian masyarakat ikut serta menyongsong kirab budaya desa Karangasem

Nama : Putri Arumsari

Nim   : 22310410074

Kelas : Reguler A1

Dosen Pengampu : Dr.,Dra. Arundati Shinta MA


Topik

Kirab budaya yang masih dilakukan di desa Karangasem guna menanamkan nilai-nilai wawasan kebangsaan bagi warga masyarakat khususnya para generasi muda.

Sumber

Putri Arumsari, Karang Taruna Karangasem, Muntuk, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. 24 Mei 2023

Ringkasan

- Kirab budaya atau festival budaya atau karnaval adalah istilah umum yang merujuk kepada perarakan, berjalan bersama-sama atau beriring-iringan secara teratur dan berurutan dari depan sampai ke belakang dalam suatu rangkaian acara, semisal upacara adat, keagamaan, dan lain-lain.

- Kirab juga bisa disebut sebuah acara yang diikuti oleh banyak peserta dengan berjalan berbaris secara teratur dan beriringan, biasanya kirab sangat erat kaitanya dengan budaya lokal atau para peserta mengenakan pakaian adat atau pakaian yang sengaja didesain unik untuk menambah suasana menjadi meriah

- Selain untuk memberikan ruang dan aktualiasasi bagi para pelaku kesenian, kegiatan kirab wasbang tersebut juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai wawasan kebangsaan bagi warga masyarakat khususnya para generasi muda.

 

 

Ringkasan

(Lanjutan)

- Puncak perayaan Rasulan adalah dengan diselenggarakannya kirab, yaitu kegiatan seperti karnaval dengan arak-arakan mengelilingi kampung. Tentunya hasil panen berupa sayur-mayur, padi, jagung, singkong, buah-buahan dan tumpeng besar dibawa pada acara kirab ini.

-  Pada saat diadakannya kirab biasanya masyarakat memakai kostum bermacam macam seperti : orang tua yang menjadi anak SD, remaja menjadi simbok simbok ( orang tua ) , memakai pakaian luar Jawa seperti adat Bali, adat Papua , dan masih banyak lagi.

Didalam acara kirab budaya tersebut saya bertugas makeup anak-anak serta beberapa ibu-ibu dari RT 02 Karangasem. Saya bersama dengan teman teman saya lainnya mempersiapkan seperti kostum yang akan dipakai dan make up bagaimana yang cocok untuk mereka. 

- Selain makeup anak-anak dan ibu-ibu saya dan teman-teman juga bergantian makeup in satu sama lain karena kita juga ikut serta dalam kirab ini menjadi orang Papua. Kami menghias diri sesuai seperti tema tersebut. Saya dan teman-teman start make up dari jam 9:30 sampai dengan jam 12:30. Suka dan duka kita lakukan bersama , pujian dari orang dengan hasil karya kita dan orang yang memberi saran ke kita juga kita tampung untuk kirab di tahun depan.

- Terdapat tujuan lain yang tidak kalah penting dari sekadar kirab,yakni memunculkan budaya masyarakat sebagai penyeimbang terhadap perkembangan teknologi.

Permasalahan

Artikel ini deviasi positif, kegiatan kirab budaya ini membawa dampak baik pada masyarakat khususnya remaja. Karena masyarakat masih nguri-uri (merawat, menjaga agar hidup subur, melestarikan) kebudayaan Jawa yang ditinggalkan oleh orang jaman dulu. Selain itu, kirab budaya juga termasuk wujud syukur para masyarakat yang bekerja sebagai petani karena hasil dari panen nya berhasil.

Opini saya

-  Dengan adanya acara kirab budaya ini masyarakat bisa lebih menghargai peninggalan orang jaman dulu

- Kegiatan ini membawa dampak positif bagi masyarakat luar dan masyarakat dalam desa Karangasem

- Memberikan manfaat seperti,peningkatan pembelajaran dan kesehatan, peningkatan toleransi, dan kesempatan untuk berkumpul bersama orang lain , budaya meningkatkan kualitas hidup kita dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan baik bagi individu maupun masyarakat.




Essay prestasi pengabdian masyarakat, menjadi panitia gebyar lomba ramadhan yang diadakan oleh remaja masjid Al Falah

Nama : Putri Arumsari

Nim   : 22310410074

Kelas : Reguler A1

Dosen Pengampu : Dr.,Dra. Arundati Shinta MA



Topik

Menyambut bulan Ramadhan dengan kegiatan yang positif serta bermanfaat

Sumber

Putri Arumsari, Remaja masjid Al Falah Karangasem, Muntuk, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. 15 April 2023.

Ringkasan

- Kegiatan gebyar lomba ramadhan yang dilaksanakan oleh remaja masjid Al Falah pada Ramadhan kemarin pada hari Sabtu tanggal 15 April 2023 mendapat apresiasi dari masyarakat sekitar, karena kegiatan tersebut mempunyai manfaat positif terutama untuk anak anak.

- Tujuan diadakannya gebyar lomba ramadhan ini guna membuat anak-anak untuk bisa menghafal dan mengingat beberapa ayat-ayat suci Al Quran. Karena anak-anak jaman sekarang kesehariannya hanya bermain HP dan sudah jarang berkumpul dengan teman-temannya.

- Dengan demikian, lomba ini bisa mempertemukan kembali anak-anak bersama teman temannya, menghafal beberapa ayat suci Al Quran sebelum tampil dalam lomba, dan bisa meninggalkan HP nya untuk sementara waktu.

 

 

Ringkasan

(Lanjutan)

- Selain anak-anak, gebyar lomba ramadhan ini juga bermanfaat bagi panitia karena saat mereka mengawasi anak-anak mereka juga harus berinteraksi dengan anak-anak supaya tidak ada rasa takut , malu dan lainnya.

- Panitia juga bisa berkumpul dan berinteraksi dengan teman temannya saat prepare acara maupun waktu acara. Yang biasanya remaja jaman sekarang hanya sibuk dengan dunianya dengan adanya lomba ini remaja juga bisa mengeksplorasikan pendapat ataupun ide idenya saat lomba ini dibuat.

- Didalam gebyar lomba tersebut saya bertugas sebagai panitia lomba serta jadi juri lomba. Saya menjadi juri lomba kategori doa untuk anak TK- kelas 1 SD. Setelah menjadi juri saya mempersiapkan barang barang untuk lomba seperti kertas print yang berisi teks pidato untuk anak2. Saya juga mempersiapkan kertas gambar untuk lomba mewarnai anak2. Saya sangat senang menjadi panitia karena selain mengisi waktu luang saya juga bisa berkumpul dengan anak-anak

- Gebyar lomba ramadhan ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang sudah disesuaikan. Tidak ada masalah yang menghambat pada saat acara dimulai sampai selesai.

Permasalahan

Artikel ini deviasi positif, kegiatan gebyar lomba ramadhan yang bermanfaat bagi anak-anak maupun panitia dan mendapat apresiasi dari banyak masyarakat. Dengan adanya acara ini diharapkan anak-anak bisa menghafal dan mengingat lomba yang sudah dilaksanakan dan tidak dilupakan begitu saja.

Opini saya

- Dengan adanya lomba ini anak-anak akan menghafal terus menerus surat surat pendek dalam Al Qur'an dan dipraktekkan setiap hari.

- Panitia juga bisa mencontoh para anak-anak untuk bisa mengikuti lomba Islam, dan tidak ada rasa malu karena mengikuti lomba islamiah.

- Tidak hanya mendapatkan apresiasi dari masyarakat tapi nama remaja juga dianggap nama baik bagi masyarakat luar maupun dalam.

 



Essay Prestasi Oleh Afni Ambar Sari 2231410124 Dengan topik " Mendapatkan juara 2 pada story telling fesmanas

 



Topik

Mengikuti kompetisi fesmanas cabang stroy telling untuk mengharumkan nama universitas proklamasi 45, lalu mendapat juara 2 umum Se-PTS yogyakarta.

Sumber

Afni Ambar Sari Mahasiswi Psikologi , Universitas Proklamasi 45,,Fesmanas UMBY Se-Pts Yogyakarta 2022.

Ringkasan

Salah satu keinginan yang tercipta guna untuk meningkatkan mutu pengetahuan dan pendidikan serta pengalaman bagi saya itu sangat relevan dan penting karena saya suka menggali hal baru untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan usaha yang salah lakukan.1). Permintaan pihak Universitas saya untuk menjadi satu perwakilan untuk berkompetisi dengan setiap mahasiswa lain dari universitas-universitas terpilih diYogyakarta.

Ringkasan (Lanjutan)

Sebagai seorang mahasiswi yang sedang menempuh perkuliahan di suatu universitas dan mencapai suatu tujuan itu sangatlah harus di usahakan sedemikan rupa, entah itu dari skill,kemampuan akademik dan non-akademik itu harus dipelajari lebih dalam lagi.2).Mencari jati diri sejak dini dan mempelajari bahasa asing untuk mengetahui sifat dan karakter serta bahasa orang lain itu sangat penting. Maka dari itu sangat bangga untuk saya bisa membawakan nama universitas saya menjadi bagian dari perkumpulan mahasiswa yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk belajar.

Permasalahan

Kurangnya belajar menimbulkan seseorang tidak percaya diri untuk bisa menang dalam suatu tujuan dan pesimis terlebih dahulu karena melihat pesaing yang begitu banyak.

Opini saya

• Saya menerapkan untuk selalu mempelajari dan memperhatikan hal-hal baru dalam suatu kehidupan agar menjadi suatu kebiasaan dan menjadikan patokan untuk lebih baik lagi.

•Saya juga melakukan tahap belajar memahami apa yang diri saya hendakki dan selalu percaya diri bahwa saya akan bisa melakukannya jika saya berusaha terlebih dahulu.

 

Senin, 15 Mei 2023

UTS PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

 

ZAINAL DERWOTUBUN

22310410061

KELAS REGULER A1

Dosen Pengampu :

Dr., Dra. Arundanti Shinta MA




 

Link Partisipasi lomba

https://www.instagram.com/p/CsSpeYpLv38/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Pendahuluan

Industri konten digital merupakan salah satu perluasan industri konten analog yang dilahirkan oleh perkembangan teknologi digital. Secara konseptual, industri konten digital merujuk pada produk atau layanan yang mengintegrasikan konten grafis, teks, gambar, suara, data, dan lainnya (Jiang and Lee 2010). Industri tersebut mencakup konten mobile, layanan internet, video game, animasi, audio visual, penerbit digital, hingga pendidikan digital. Industri kreatif dapat dikategorikan sebagai industri konten digital jika mereka melakukan digitalisasi terhadap produknya (Tsai and Lee 2008). Konten digital mencakup informasi yang disiarkan secara digital (Network 2019). Industri tersebut meraih keuntungan melalui proses inovasi, kreativitas dan Hak Cipta Intelektual (Tsai and Lee 2008), sehingga pegawai perusahaan adalah sumber daya yang sangat penting, karena inovasi dan layanan sangat bergantung pada manusia (Sun and Tsai 2010).

Berangkat dari konsep berpikir tersebut, Jepang merancang suatu konsep inti dari 5th Science and Technology Basic Plan yang dinamakan Society 5.0 (Fukuyama 2018). Tujuan utama dari perancangan konsep Society 5.0 adalah untuk membangun masyarakat yang manusia-sentris ketika perkembangan ekonomi dan solusi atas permasalahan dapat diraih, serta setiap orang dapat menikmati hidup yang berkualitas (Fukuyama 2018). Kunci untuk merealisasikan tujuan tersebut adalah melalui penggabungan antara ruang siber dengan dunia nyata untuk menciptakan data yang berkualitas dan memberikan nilai baru maupun solusi untuk menyelesaikan setiap permasalahan. Peluncuran konsep ini dilandasi atas berbagai permasalahan sosial yang dihadapi Jepang seperti menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk, menurunnya jumlah penduduk usia produktif, peningkatan efek rumah kaca dan lain-lain (Fukuyama 2018).

Secara umum, ekosistem industri konten digital dibangun atas tiga komponen, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi (Jung 2007). Namun, ketiga komponen tersebut perlu ditinjau lebih lanjut karena perkembangan teknologi digital telah merubah model bisnis industri (Pereira, Lima, and Charrua-santos 2020), sehingga memungkinkan terjadinya kolaborasi (Earnshaw 2017). Hal ini disebabkan setiap orang dapat menjalankan ketiga komponen tersebut. Ruang siber telah menjadi unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam era Society 5.0 (Fukuyama 2018). Dalam konteks industri, Society 5.0 merupakan konsep yang menekankan pada kemampuan industri untuk mengembangkan perekonomiannya secara keberlanjutan (Fukuyama 2018; Potočan, Mulej, and Nedelko 2020). Penggunaan teknologi pada Revolusi Industri 4.0 merupakan kunci dari perkembangan ekonomi (Japan Government 2018). Melalui penggunaan teknologi tersebut, suatu model bisnis dapat dibuat menjadi lebih efektif dan efisien (Pereira, Lima, and Charrua-santos 2020). Penciptaan produk industri kreatif turut didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang di era Revolusi Industri 4.0 (Pereira, Lima, and Charrua-santos 2020). Isu keberlanjutan menjadi hal yang tidak kalah penting dalam konsep Society 5.0 karena perkembangan teknologi digital telah memberikan dampak positif terhadap tumbuhnya kolaborasi antar-stakeholder (Fukuyama 2018). Melalui kolaborasi yang terus menerus, diharapkan masyarakat dapat menerima manfaat dari layanan atau produk yang selalu terbarukan sehingga kehidupan mereka akan lebih nyaman dan berkelanjutan (Japan Government 2018 )

Holroyd (2019) mengungkapkan bahwa pengembangan industri konten digital dinilai akan meningkatkan perekonomian suatu negara. Bahkan, industri konten digital harus terintegrasi dalam sistem inovasi nasional sehingga skala bisnisnya dapat terus dikembangkan hingga level internasional. Melalui media digital, suatu negara dapat memasarkan produk maupun layanannya tanpa terhalang oleh batasan negara. Industri juga dibantu dengan berbagai teknologi yang hadir di Revolusi Industri 4.0, seperti AI dalam setiap proses produksi maupun distribusinya sehingga industri tersebut sangat relevan dengan konsep Society 5.0 (Ksose and Sert 2016). Beberapa argumentasi tersebut menyatakan bahwa ekosistem industri konten digital harus menjadi sebuah prioritas dalam konsep Society 5.0 karena dapat menjanjikan pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara. Konsep Society 5.0 turut dirancang untuk memenuhi tujuh belas aspek dalam Sustainable Development Goals (SDGs), salah satunya adalah komunikasi atau teknologi media (Fukuyama 2018). Media memiliki peran penting dalam menginformasikan, mengedukasi, memberikan panggung pada debat maupun diskusi publik, serta membangun agenda setting mengenai isu-isu SDGs (Irwansyah 2018). Teknologi Web 2.0 turut memiliki andil dalam membangun awareness pada isu SDGs karena mendukung proses komunikasi dua arah, mampu mencakup khalayak yang lebih luas, dan lebih memiliki daya tarik dibanding media tradisional (Pandit 2020). Konsep SDGs turut menjelaskan bahwa media harus bersifat inklusif sehingga memungkinkan setiap orang memperoleh kesetaraan dalam mengakses suatu informasi (UNESCO 2019). Konsep kolaborasi dan inovasi yang dimunculkan pada industri konten digital dinilai menjadi building block terhadap keberlanjutan industri tersebut (Rupo et al. 2018). Inovasi yang muncul dari hasil kreativitas manusia merupakan aspek utama bagi industri konten digital untuk tumbuh dan bergerak sehingga terus memunculkan produk dengan berbagai kebaruan (Rupo et al. 2018). Teknologi informasi dan komunikasi turut mewujudkan digital social innovation yang memungkinkan suatu tugas dapat dikerjakan secara bersama-sama (Serpa and Ferreira 2019). Melalui media digital, suatu konten dapat bersama-sama diproduksi (Rupo et al. 2018), didistribusikan (Lorenzo-Romero, Andrés-Martínez, and Mondéjar-Jiménez 2020) bahkan dikonsumsi (Binninger, Ourahmoune, and Robert 2015) sehingga industri konten digital mendukung inklusivitas yang merupakan salah satu prinsip dalam konsep keberlanjutan (UNESCO 2019). Industri konten digital memiliki peran penting dalam membangun ekosistem Society 5.0. Dalam Society 5.0, sektor industri harus mampu mengembangkan aspek ekonomi serta menjawab aspek keberlanjutan. Selain itu, pemanfaatan teknologi pada industri konten digital dinilai memberikan dampak positif terhadap kedua aspek tersebut. Hal ini relevan dengan konsep Society 5.0 yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi harus mampu memberikan dampak positif pada kehidupan manusia. Berangkat dari gagasan-gagasan tersebut maka kajian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana konsep industri konten digital jika ditinjau melalui aspek ekonomi dan keberlanjutan?

Permasalahan

Salah satu permasalahan yang terus dihadapi oleh aspek distribusi dalam industri konten adalah pelanggaran terhadap hak cipta. Layanan konten digital telah memungkinkan konsumsi secara gratis dan penyebaran yang begitu luas sehingga konten yang tidak terproteksi akan menyebabkan kerugian bisnis dari content provider (Ma et al. 2018). Tanpa adanya proteksi dan manajemen hak cipta digital, konten digital dapat secara mudah digandakan dan didistribusikan kepada penerima dengan jumlah yang besar (Wang 2003). Berbagai kerangka kerja dikembangkan untuk mencegah terjadinya pembajakan hak cipta konten digital. Kerangka kerja yang dikembangkan oleh Wang (2003) menjadi salah satu kerangka kerja yang dinilai relevan dalam kajian ini karena mencakup content provider, distributor dan konsumen.

Pembahasan

Konsep mendasar dari Society 5.0 adalah bagaimana ekonomi dapat bertumbuh tanpa melupakan aspek keberlanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Fukuyama 2018; Potočan, Mulej, and Nedelko 2020). Hal tersebut menunjukkan bahwa telaah terhadap industri konten digital melalui perspektif Society 5.0 membutuhkan analisis mendalam mengenai aspek ekonomi dan keberlanjutan yang diciptakan dari ekosistem industri tersebut. Pembahasan mengenai kedua aspek tersebut akan bertumpu pada komponen-komponen yang membangun ekosistem industri konten digital. Komponen-komponen tersebut akan dikaji dengan perspektif digital karena Society 5.0 tidak bisa dipisahkan dengan ruang siber (Fukuyama 2018). Kolaborasi dan inovasi menjadi konsep yang tidak dapat dipisahkan dalam membahas isu keberlanjutan yang muncul dari komponen ekosistem industri tersebut.

 

Penyelesaian

Kajian ini menjabarkan industri konten digital melalui dua aspek besar dalam konsep Society 5.0, yaitu aspek pengembangan ekonomi dan aspek keberlanjutan. Co-creation menjadi konsep sentral dalam keberlanjutan industri konten digital, khususnya jika ditinjau dari keberlanjutan ekonomi dan sosial. Melalui co-creation, konsumen akan mendapatkan konten yang sesuai dengan kebutuhannya dan dinilai mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga aspek pemenuhan kualitas hidup bisa terpenuhi secara berkelanjutan. Keberlanjutan industri konten digital pada Society 5.0 bertumpu pada konsep kolaborasi dari berbagai aktor karena proses penciptaan konten merupakan hasil kreativitas manusia. Hal ini disebabkan industri konten digital merupakan bagian dari industri kreatif yang tidak hanya memerlukan keahlian teknis dalam mengoperasikan suatu alat tetapi juga rasa dan seni dari manusia. Teknologi dalam industri konten digital memiliki peran sebagai penggerak untuk melakukan kolaborasi. Industri konten digital memerlukan kebijakan inovasi sebagai penggerak untuk dapat melanjutkan bisnisnya. Hadirnya kebijakan menyatakan bahwa pemerintah harus turut berperan dalam membangun Society 5.0. Penelitian lebih lanjut terkait pengembangan framework industri konten digital dalam Society 5.0 perlu dilakukan untuk memetakan berbagai stakeholders dan konsep-konsep yang mendukungnya.

Referensi

Binninger, Anne Sophie, Nacima Ourahmoune, and Isabelle Robert. 2015. “Collaborative Consumption and Sustainability: A Discursive Analysis of Consumer Representations and Collaborative Website

Narratives.” Journal of Applied Business Research 31 (3): 969–86. https://doi.org/10.19030/jabr.v31i3.9229. Carter, Craig R., and Dale S. Rogers. 2008. “A Framework of Sustainable Supply Chain Management: Moving toward New Theory.” International Journal of Physical Distribution and Logistics Management 38 (5): 360–87. https://doi.org/10.1108/09600030810882816. Cunningham, S D, M A Keane, M D Ryan, and G N Hearn. 2003. “RESEARCH AND INNOVATION SYSTEMS IN THE PRODUCTION OF DIGITAL CONTENT AND APPLICATIONS.” Vol. III. https://eprints.qut.edu.au/2467/. Deloitte. 2018. “Digital Media: Rise of On-Demand Content,” 5–7. www.deloitte.com/in%0Ahttps://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/in/Documents/tech nology-media-telecommunications/in-tmt-rise-of-on-demand-content.pdf. Earnshaw, Rae. 2017. State of the Art in Digital Media and Applications. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-61409-0. Ellitan, Lena. 2020. “Competing in the Era of Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0.” Jurnal Maksipreneur 10 (1): 1–12. Elsy, Putri. 2020. “Rishoku in Japanese Hyper-Ageing Society.” Jurnal Studi Komunikasi 4 (2): 435–52. https://doi.org/10.25139/jsk.v4i2.2448. Faruqi, Umar Al. 2019. “Future Service in Industry 5.0.” Jurnal Sistem Cerdas 2 (1): 67–79. https://doi.org/10.37396/jsc.v2i1.21. Francis, S, and Baldesari. 2006. Systematic Reviews of Qualitative Literature. Oxford: UK Cochrane Centre. Fukuyama, Mayumi. 2018. “Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society.” Japan SPOTLIGHT 27 (August): 47–50. http://www8.cao.go.jp/cstp/%0Ahttp://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth& AN=108487927&site=ehost-live. Holroyd, Carin. 2019. “Digital Content Promotion in Japan and South Korea: Government Strategies for an Emerging Economic Sector.” Asia and the Pacific Policy Studies 6 (3): 290–307. https://doi.org/10.1002/app5.277. Irwansyah, Irwansyah. 2018. “How Indonesia Media Deal with Sustainable Development Goals.” E3S Web of Conferences 74: 1–6. https://doi.org/10.1051/e3sconf/20187408014. Japan Government. 2018. “Realizing Society 5.0.” Japan Target. Jiang, Zheng-Qing, and Dong-Hun Lee. 2010. “Exploring New System of China Digital Media Design Related Undergraduate Education.” International Journal of Contents 6 (10): 35-40. https://doi.org/10.5392/ijoc.2010.6.1.035. Jung, Nanji. 2007. “SOURCES OF CREATIVITY AND STRENGTH IN THE DIGITAL CONTENT INDUSTRY IN SEOUL: PLACE, SOCIAL ORGANIZATION AND PUBLIC POLICY.” Cornell University. Kose, Utku, and Selcuk Sert. 2016. “Intelligent Content Marketing with Artificial Intelligence.” International Conference of Scientific Cooperation for Future, no. September: 837–43. Ku, William, and Hung Chi. 2004. “Survey on the Technological Aspects of Digital Rights Management.” Lecture Notes in Computer Science (Including Subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes in Bioinformatics) 3225: 391–403. https://doi.org/10.1007/978-3-540-30144-8_33. Lies, Jan. 2019. “Marketing Intelligence and Big Data: Digital Marketing Techniques on Their Way to Becoming Social Engineering Techniques in Marketing.” International Journal of Interactive Multimedia and Artificial Intelligence 5 (5): 134. https://doi.org/10.9781/ijimai.2019.05.002.

 

 

essay 3 : Psikologi Industri

 

Essay Mereview Jurnal Piskologi Industri

Zainal derwotubun

22310410061

Fakutltas psikologi

Universitas

Proklamasi 45 yogyakarta


Topik

HUBUNGAN ANTARA OTONOMI KERJA DENGAN KEBAHAGIAAN KERJA PADA INDUSTRI KREATIF

 

Sumber

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

Berlian Gressy Septarini, Lukman Hakim

 

 

 

 

 

 

 

 

Ringkasan

Filsuf dan para peneliti terdahulu telah mendefinisikan kebahagiaan dalam banyak cara (Kesebir & Diener, 2008). Dalam mendefinisikan kebahagiaan, secara garis besar di bagi menjadi dua sudut pandang, yaitu sudut pandang hedonic dan sudut pandang eudaimonic. Sudut pandang hedonic yaitu sudut pandang yang melihat ke b aha g i a an ke rj a s e b a g a i pe r a s a an menyenangkan dan penilaian yang positif, sedangkan sudut pandang eudaimonic melihat kebahagiaan sebagai bahasan yang mencakup diantaranya : melakukansesuatuyang baik, benar secara moral, benar menurut diri sendiri, dan dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan (Ryan and Deci, 2001; Ryff & Singer, 2008) Sudut pandang hedonic dicontohkan oleh penelitian mengenai subjective well-being, dimana subjective well-being pada umumnya dilihat memiliki dua komponen yang berhubunganyaitu judgment of life (dinilai secara global dan melalui domain-domain yang spesifik seperti relationship, health, work, leisure) dan komponen kedua yaitu affect balance dimana dominasi perasaanpositif danrelativesedikitatau malah jarang perasaan negatif (Diener, Suh, Lucas, & Smith, 1999; Schimmack, 2008). Kebahagiaan kerja bukanlah istilah yang banyak digunakan dalam penelitian akademisi mengenai pengalaman karyawan dalam organisasi. Bukan berarti bahwa peneliti organisasi tidak tertarik pada kebahagiaan karyawan di tempat kerja, justru selama bertahun-tahun banyak peneliti telah mempelajari sejumlah konstrak yang tampaknya cukup tumpang tindih dengan konsep kebahagiaanyang sangatluas (Fisher, 2010). Ada banyak cara dalam mendefinisikan kebahagiaan kerja (Happiness at work), oleh karena itu para peneliti terdahulu membaginya menjadi tiga level, yaitu transient level (tingkatan dimana kebahagiaan ada dan terlihat), person level (dimana tingkatan melihat durasi dan atau stabilitas kebahagiaan kerjadari waktu kewaktu), dan unit level (tingkatan yang mengkaji kontenkonten spesifik dari kebahagiaan kerja). Khusus p a d a p e n e l i t i a n k a l i i n i , p e n e l i t i memfokuskannya pada sudut pandang hedonic, dengan komponen affect balance dan pendefinisianpada level transient. Kebahagiaan kerja akan memberi banyak kontribusi, baik untuk organisasi dan individu. Pada tingkat organisasi, kebanyakan orang menganggap bahwa atribut budaya dan praktikpraktik pengelolaan sumber daya manusia sebagai kemungkinan penyebab terjadinya kebahagiaan di antara anggota organisasi. The Great Place to Work Institute mengatakan bahwa karyawan merasa bahagia ketika mereka mempercayai orang-orang tempat mereka bekerja, karyawan merasa bahagia ketika apa yang mereka kerjakan membuat mereka bangga, dan karyawan bahagia saat orang-orang yang bekerja dengan mereka membuat mereka merasa nyaman (Fisher, 2010). Sirota, Mischkind, & Meltzer (2005) pun setuju dengan tiga faktor penting dalam menghasilkan kebahagiaan dan antusias pekerja, yaitu equity, achievement, feedback, dan persahabatan dengan rekan satu tim.

Peningkatan kinerja juga menggunakan keterlibatan dan komitmen yang tinggi sebagai sebuah pendekatan, dengan mendesain ulang pekerjaan agar tim dapat bekerja secara lebih otonom, selektif dalam bekerja, menawarkan keamanan kerja, berinvestasi dalam pelatihan, berbagi informasi dan kewenangan dengan karyawan, mengadopsi struktur organisasi yang datar (flat) dan me-reward berdasarkan kinerja organisasi (Huselid, 1995; Lawler 1992; Pfeffer, 1998). Langkah tersebut sekaligus akan memperbaiki motivasi dan kualitas pekerja, menurunkan turnover dan membantu kondisi finansial organisasi baik untuk jangka panjang, maupunjangkapendek. Ryan, dkk (2008) mengatakan bahwasanya otonomi kerja akan memberikan kebahagiaan bagi pekerjanya. Hackman & Olham (1976) mendefiniskan otonomi kerja sebagai sejauh mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan substansial, kemandirian dan keleluasaan untuk menjadwalkan pekerjaan dan menentukan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan (Hackman & Oldham, 1976). Otonomi kerja secara positif berkaitan dengan motivasi karyawan, kepuasan kerja, kualitas dari kehidupan pekerjaan, dan efektifitas kerja (Fisher, 2010). Otonomi pada individu dan kelompok telah digunakan sebagai salah satu dasar untuk meningkatkan partisipasi dan komitment karyawan yang di terapkan dengan cara empowerment (Mabey, Salaman, & Storey, 1998). Otonomi pada level karyawan dan kelompok kerja, akan memberikan tanggung jawab pada pekerja untuk mencari dan mencapai kemajuan yang berkelanjutan (Friedman, Lipschitz, & Overmeer, 2001). Meskipun kemudian Nonaka, Toyama, & Konnon (2000) mengatakanbahwaotonomi adalahsuatu kondisi yang jugadibutuhkan pada level organisasi untuk mendorong penciptaan pengetahuan baru. Otonomi kerja adalah hal yang dibutuhkandalam setiap organisasi atau peruhasaan, termasuk dalamjugadalamindustri kreatif.

 

Metode penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah otonomi kerja dan kebahagiaan kerja. Otonomi kerja adalah sejauh mana pekerjaan memberikan kebebasan substansial, kemandirian dan keleluasaan untuk menjadwalkan pekerjaan dan menentukan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. Otonomi kerja merupakan salah satu dimensi dari Job Cha ra c te ri s ti c Theor y (Ha ckman & Oldham,1976) dalam penelitian ini otonomi kerja di ukur menggunakan 13 itemdengan 4 poinskala likert. Sedangkan menurut Boehm & Lyubomirsky (2008) mengkaji kebahagiaan kerja dari sisi positive & negative affect. Seseorang dikatakan bahagia jika positive affect (PA) lebih tinggi dari pada negative affect (NA) di sebagian besar waktunya, dan sebaliknya seseorang dikatakan tidak bahagia jika negative affect-nya lebih tinggi daripada positive affectnya. Dalam mengoperasionalkan positive affect (PA) dan negative affect (NA), Boehm & Lyubomirsky mengacu pada Positive and Negative Affect (Watson, Clark & Tellegen,1988) yang diukur dengan Positive Affect & Negative Affect Schedule (PANAS) Subjek dalam penelitian ini adalah pekerja industri kreatif di sektor desain fashion. Industri kreatif didefinisikansebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakatindividu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Diperoleh 58 orang subjek yang tersebar di 6 distroyang berbedadi Surabaya. Alat pengumpulan data berupa kuesioner otonomi kerja yang dikembangkan oleh Lukman Hakim dari Job Diagnostig Survey yang disusun

oleh Hanckman & Oldham, dan kuesioner positive affect & negative affect scale (2001) translasi dari PANAS (Watson, Clark & Tellegen,1988). Analisis data dilakukan dengan teknik statistik korelasi product moment Spearmens rho, dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Taraf signifikansi yang digunakan dalampenelitianini sebesar5%.

 

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji korelasi diatas diketahui bahwa variabel otonomi kerja dengan variabel kebahagian kerja pada pekerja industry kreatif memiliki taraf signifikansi sebesar 0,002. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja. Koefisien korelasi dari variabel otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja sebesar 0,378, dimana angka 0,378 menyatakan kuat lemah hubungan antara variabel otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja. Tidak ada tanda negatif (-) didepan angka menyatakan arah hubungan antar variabel, maka dapat diartikan arah hubungan antara variabel otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja berbanding lurus, atau dengan kata lain jika otonomi kerja tinggi maka kebahagiaan kerja designer clothing juga tinggi, demikian juga sebaliknya apabila otonomi kerja rendah maka kebahagiaan karyawan desain clothing jugaakanrendah.

 

Pembahasan

Dari proses analisis data seperti yang diuraikan di atas, maka didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) antara otonomi kerja dan kebahagiaan kerja sebesar 0,378, dimana koefisien korelasi yang diperoleh bernilai positif yang menunjukkan adanya arah yang positif atau berbanding lurus, yang berarti bahwa ketika otonomi kerja tinggi maka kebahagiaan kerja juga tinggi. Koefisien korealasi tersebut juga dapat dimaknai bahwa otonomi kerja berpengaruh kepada individu dalam terbentuknya positive affect (emosi positif) dan negative affect (emosi negatif). Hal ini dapat di sebabkan karena subjek penelitian merupakan bagian kreatif desain clothing dari keenam distro (diantaranya Lolypop, Garlick, Cosmic, Flashy, Cakcuk, danNoinBrand) diberikan otonomi lebih dalam m e l a k s a n a k a n p e k e r j a a n n y a d e m i berlangsungnya kreatifitas baru di distro-distro tersebut. Koefisien determinasi (r²) menyatakan perubahan daripada variabel Ydisebabkan oleh variabel X. Jika melihat dari penelitian ini, dengan koefisienkorelasi antara variabel X dan variabel Y sebesar 0,378 maka koefisien determinasi dari penelitian ini sebesar (r²X100%), maka diperoleh hasil 14.0% hal ini menandakan otonomi kerja sebagai variabel X memiliki sumbangsih 14% terhadap variabel Y yaitu kebahagiaan kerja, sedangkan sisanya sebesar 86.0% disebabkanolehvariabel lainyang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Variabel lain yang dimaksud disini dapat berupa job complexity, problem solving, skill variety, social support, initiated interdependence, received int e rd e p end enc e , int e ra c ti on out s i d e organization, ergonomics, work condition, equity, dancareer outlook.

Adanya hubungan yang positif antara otonomi kerja dan kebahagiaan kerja pada subjek penelitian ini dikarenakan adanya otonomi kerja pada subjek penelitian sehingga dapat memunculkan respon positif yang berupa peningkatan kebahagiaan kerja bagi individu yang menjalani pekerjaannya. Hal tersebut juga didukung oleh hasil keusiner yang diberikan langsung kepada designer clothing dari keenam distro yang menjadi tempat penelitian.Hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang di kemukakan oleh Ryan, dkk (2008) dimana kebahagiaan kerja dapat ditingkatkan dengan membuat karyawan bekerja secara lebih otonom (Ryan, 2008). Pekerjayang otonomakan memiliki kesempatan untuk mengejar tujuan dan nilainilai intrinsik dari pekerjaanya seperti pengembangan diri, relasi, komunitas, dan lain sebagainya, karena begitu banyaknya dampak yang diberikan dari otonomi kerja, sehingga karyawan merasa bahagia akan pekerjaannya. Kebahagaiaankerjayang dirasakanpekerjadesain clothing ini ditunjukkan dengan tinggi rendahnya emosi positif (Positive Affect) dan emos i negatif (Negative Affect) yang dimunculkan di sebagian bersar waktu kerjanya, hal ini serupa dengan dengan argumen dari Boehm& Lyubomirsky (2008). Alasan lainyang mendukung bahwaotonomi kerja secara positif mempengaruhi kebahagiaan kerja adalah karena otonomi kerja dan dukungan informal dari organisasi dengan wujud komunikasi yang flat antar sesama anggota organisasi dapat memberikan banyak hal positif baikdari sisi indiviudanorganisasi. Salahsatu hal positif yang di hasilkan dari otonomi kerja dan memberi berdampak bagi individu adalah kebahagiaan akan pekerjaannya (Thompson & Prottas ,2005). Melalui teori-teori ini inilah maka semakin jelas bahwa memang terdapat hubungan antara otonomi kerja dan kebahagiaan kerja pada industri kreatif(designer clothing).

 

Opini

opini yang didapat dari penelitian ini yaitu Ha dalam penelitian ini diterima, artinya terdapat hubungan antara otonomi kerja dengan kebahagiaan kerja pada industri kreatif. Hubungan yang ditemukan dari penelitian ini adalah hubungan positif dan memiliki kekuatan hubungan dalam katagori sedang yang memiliki arti semakin tinggi otonomi kerja maka semakin tinggi pula kebahagiaan kerja yang dimiliki individu.

UTS Psikologi Industri & Organisasi Membuat Essay dan Mengikuti Lomba

   

                              Meningkatkan Literasi Digital Di Kalangan Karyawan pada Era 5.0

Ujian Tengah Semester Psikologi Industri & Organisasi


Ester Therecia Hermin Rumbewas

22310410103

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta




Link Partisipasi Lomba:
https://instagram.com/p/CsRsFRYyw8O/

Pendahuluan:
Society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Pada era ini, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Untuk memahami perkembangan Society 5.0 ini, kita perlu memahami juga generasi-generasi sebelumnya dimulai dari Society 1.0 hingga Society 4.0.
Society 1.0: Era berburu dan manusia baru mengenal tulisan
Society 2.0: Era pertanian di mana manusia mengenal cocok tanam
Society 3.0: Era industri di mana manusia mulai menggunakan mesin untuk aktivitas sehari-hari
Society 4.0: Era teknologi komputer hingga internet untuk menunjang kegiatan manusia
Society 5.0: Era teknologi di mana semua teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri.

Permasalahan:
Era Society 5.0 juga memberikan dampak negatif yaitu banyaknya pekerjaan dan profesi lama yang hilang tergerus oleh waktu, lingkungan yang terancam, dan tersisihnya SDM yang tidak unggul, tidak berkompeten serta tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi karena tidak mampu bersaing.

Pembahasan:
Kurangnya pengetahuan karyawan terhadap memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk/jasa merupakan tantangan tersendiri bagi karyawan. Tingkat kesiapan penggunaan teknologi dan cara mendigitalkan berbagai proses bisnis dapat dinilai dari tingkat kesadaran digital, tingkat kemampuan investigasi digital, kolaborasi digital, dan kemampuan transformasi digital. Pemahaman literasi digital dan TIK berdampak positif bagi pelaku usaha karena menunjukkan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas layanan. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang diantisipasi dalam hal kualitas pelayanan sesuai dengan apa yang dirasakan konsumen, sehingga menimbulkan perasaan puas terhadap tingkat pelayanan yang diterima.
Karyawan yang mempunyai kinerja yang baik dapat ditentukan oleh optimisme untuk mencapai keberhasilan. Hal ini bermakna bahwa karyawan tersebut mampu meningkatkan optimisme atau dengan cara menggunakan dengan baik yang tersedia seperti(a) Memiliki visi pribadi dalam hidup, (b)Bertindak konkrit, (c) Berpikir Realistis, (d) Menjalin hubungan sosial, (e) Berpikir Proaktif, (f) Berani melakukan trial and error. Hal ini bermakna bahwa literasi digital perlu ditingkatkan lagi melalui beberapa cara seperti: (1) kompetensi informasi, (2) kompetensi komunikasi, (3) kemampuan dasar literasi digital dan (4) sikap dan prespektif penggunain formasi.

Penyelesaian:
Untuk itu, pada era society 5.0 sangat membutuhkan SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi. Agar terbentuknya SDM yang unggul dan berdaya saing, tentu para SDM tersebut harus memiliki kompetensi. Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh SDM di era society 5.0 diantaranya yaitu:

1. Leadership yaitu, kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Di era ini kita di tuntut untuk menjadi setidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri, berani mengambil keputusan kuat terhadap tantangan dan siap dalam situasi apapun. Seorang pemimpin yang hebat tentunya akan menghasilkan keputusan yang hebat, yang berdampak kepada orang-orang yang dipimpinnya.
2. Language skills yaitu, kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris merupakan kemampuan yang harus dimiliki di era revolusi 5.0 ini. Mengapa ? karena di era ini tidak ada lagi batasan yang membuat kita dapat berkomunikasi lintas negara, dan untuk memudahkan kita menjalin komunikasi dengan berbagai macam orang di seluruh dunia maka kemampuan berbahasa standar internasional adalah salah satu hal yang perlu dimiliki di era 5.0. Kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa inggris merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh karena setiap sistem yang berbasis teknologi secara menyeluruh saat ini telah memberikan petunjuk (instruksi) penggunaan dalam bahasa inggris, bagaimana mungkin kita dapat mengoperasikan teknologi canggih dan bersaing jika untuk mengoperasikan teknologi dengan panduan bahasa asing saja kita tidak mengerti.
3. IT Literacy yaitu, di era 5.0 dimana teknologi IT menjadi penggerak utama, semua literatur mengenai pengetahuan dapat di cari menggunakan internet. Di masa 5.0 diperlukan SDM yang memiliki kemauan mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Di era 5.0 ini semua pengetahuan dapat kita cari dengan menggunakan internet, untuk itu maka kita seharusnya mampu memiliki pengetahuan yang lebih luas, akurat dan tanpa batasan karena semua data dapat di cari dengan mudah saat ini melalui jaringan internet.
4. Writing skills yaitu, kemampuan dalam menulis merupakan hal yang penting. Dengan kemampuan menulis yang baik maka akan mendorong kita lebih kreatif lagi menciptakan tulisan-tulisan yang berguna bagi khalayak ramai. Dengan menulis kita dapat menuangkan ide dan gagasan yang kita miliki dan pemikiran maupun inovasi baru dapat ditularkan dalam memasuki era Society 5.0.”

Selain itu ada tiga kemampuan lagi yang dibutuhkan dalam menghadapi society 5.0. diantaranya yaitu:
1. Problem Solving yaitu, kemampuan untuk memecahkan permasalahan. Kemampuan ini adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh SDM di era 5.0, karena di era 5.0 kita dihadapkan pada keadaan volatility, uncertainty, complexity, ambiguity, (VUCA) yang tidak dapat di prediksi, banyak kemungkinan yang dapat terjadi di era ini, oleh karena itu kemampuan dalam memecahkan masalah dengan cepat dan tepat merupakan kemampuan yang sangat dibutuhkan di era 5.0 ini.
2. Critical Thinking yaitu, untuk dapat memecahkan masalah tentunya kita harus dapat berfikir secara kritis, kemampuan berfikir secara kritis dan menganalisa persoalan yang terjadi akan membuat kita mampu mencari jalan keluar yang efektif dan efisien.
3. Creative yaitu, SDM yang memiliki kreatifitas yang tinggi sangat dibutuhkan di era VUCA dan di era 5.0 ini dikarenakan di era ini semua sudah berbasis teknologi dan kita di dorong untuk tetap berinovasi guna mengikuti perkembagan zaman.

Referensi:
https://www.detik.com/bali/berita/d-6461103/society-50-adalah-pengertian-dan-penerapannya/amp
https://waspada.id/pendidikan/mempersiapkan-kompetensi-sdm-yang-berdaya-saing-pada-era-society-5-0/

Uts Psikologi Sosial Zaenal Derwotubun

 QUALITY TIME BERSAMA SAUADARA YANG DI RANTAU SAAT BULAN SUCI RAMADHAN

Zainal derwotubun

22310410061

Fakutltas psikologi

Universitas Proklamasi 45 

yogyakarta




Pendahuluan

Buka puasa bersama , teman, sodara di pantai widodaner.

Melakukan kegiatan buka puasa  Bersama di pantai widodaren sanggatlah menyenankan

Saya sanggatlah terhibur karna tidak lagi sedih memikirkan keluarga saya di kampung.

Sisih lain kami bisa membanggun rasa solidaritas antara teman, sodara.

Tidak hanya itu saja ini juga menjadi ikatan secara batin atau emosional, agar menghindari permasalahan

Internal Bersama suadara di tanah rantau.

Permasalahan

Kegiatan di luar sanggatlah tidak menyenangkan. Apa lagi pas bulan puasa saya jauh dari

Keluarga di kampung.

Penyelesaian dan pembahasan

Berpuasa adalah kewajiban bagi seorang muslim yang beriman. Hanya orang-orang yang terpilih yang bisa menjalani dan meraih berkah pada bulan ramadhan. Belum tentu semua muslim mampu menjalankan puasa, hanya orang-orang yang beriman dan yakin yang bisa melaksanakannya. Berpuasa dan menjalankan ibadah ramdhan akan terasa nikmat jika bersama dengan keluarga, namun apa rasanya jika harus menjalani ramadhan di tanah orang?

Menjalani ramadhan di tanah rantau mungkin akan menemukan berbagai kendala, apalagi untuk anak kuliahan yang berasal dari daerah dan merantau ke kota metropolitan sebesar Jakarta. Mulai dari kecocokan makanan sampai tradisi ramadhan yang mungkin berbeda dengan kebiasaan kita di rumah.

Sebagai anak rantau, tentunya kita akan sangat senang dan bahagia jika bisa menjalani ramadhan dengan keluarga, namun apa daya ketika saat itu baru mengetahui jika dalam ramadhan tetap berkuliah dengan kata lain, harus beraktifitas sebagai mahasiswa seperti biasa yang berkutat dengan penatnya tugas kuliah, namun yang namanya kewajiban harus tetap dilaksanakan. Menjalani puasa sambil berkuliah sebuah pengalaman yang terbilang tidak mudah dan butuh perjuangan. Homesick kadang kala datang menyerang namun harus tetap berjuang.

Walaupun hanya bersapa-ria via telpon namun terasa bahwa kita juga hadir di tengah keluarga untuk menikmati sajian buka puasa.

Berpuasa untuk pertama kalinya di negeri orang memang susah, ketika harus melakukan sahur tanpa ada yang membangunkan, dan harus menyiapkan segala sesuatunya sendirian. Masih teringat jelas suatu ketika saat pulang kuliah, harus berebut takjeel dan makanan lainnya demi memenuhi buka puasa karena pada saat itu kuliah selesainya menjelang magrib jadi otomatis makanan takjeel menjadi rebutan para mahasiswa perantau lainnya. Begitu banyak suka-dukanya, masih ingat ketika suatu waktu berbuka puasa hanya dengan sepotong gorengan karena badan sudah lelah untuk mencari makanan. Momen yang membuat air mata menetes tatkala melakukan shalat tarawih ditemani teman sekostan , kemudian beli makan bareng buat persiapan sahur, bahkan mie instan sudah wajib tertata rapi di kamar sebagai persediaan makanan yang wajib dimiliki.

Masih teringat hari-hari sebagai mahasiswa yang setelah badan dan jiwanya terkuras di kelas masih berlanjut berjuang mendapatkan makanan berbuka puasa, menjelang lebaran pun nampaknya kesibukan ini hampir tidak pernah berakhir. Semuanya adalah pertama kali, dan begitu terasa asing di negeri orang. Sampai suatu malam sepertinya hati ini sudah tidak mampu menahan rindu tatkala mendengar takbir dikumandangkan di mesjid-mesjid, rasa-rasanya hari itu ingin langsung saja pulang ke rumah.

Kompromi juga sepertinya tidak terlalu berlaku di kampus ini, saya maklum beberapa kampus swasta di Jakarta memang masih melaksanakan perkuliahan hingga menjelang lebaran. Dan karena negara ini negara demokrasi dan warga negaranya bukan hanya muslim saja jadi wajarlah jika aktifitas puasa tidak dijadikan penghalang untuk tetap beraktifitas. Sempat iri juga dengan teman-teman lain, yang bisa melaksanakan ramadhan dengan keluarga sendiri di rumah. Kegembiraan datang tatkala jadwal untuk final keluar , namun harus kecewa lagi ketika jadwal itu sangat mempet adanya, kami libur H-5 lebaran, tetap bersyukur setidaknya bisa menikmati puasa untuk beberapa hari ke depan.

Tidak ada alasan untuk tidak menunaikan puasa selagi bisa, karena perjuangan sebenarnya adalah mampu konsisten di segala sesuatu tanpa terganggu dengan segala macam situasi.

Ketika hari libur menjelang tiba, rasa-rasanya kegembiraan untuk bisa mudik itu tidak terbendung lagi, masih teringat jelas mata ini bahkan hampir tidak bisa terpejam tatkala membayangkan esok hari kita sudah berada di rumah bersama keluarga. Membayangkannya saja sudah terasa menyenangkan sudah tidak perlu lagi berebut makanan, pas sahur ada ibu yang selalu membangunkan, benar-benar momen yang sangat ditunggu mahasiswa perantau.

Walaupun terasa sulit namun disitulah seninya merantau, harus menikmati rindu dan juga harus siap kehilangan momen berharga, salah satunya adalah momen berpuasa di bulan ramadhan bersama keluarga.