Minggu, 14 Mei 2023

UTS PSIKOLOGI SOSIAL : ESSAY DENGAN TEMA QUALITY TIME WITH FAMILY

 

UJIAN TENGAH SEMESTER

PSIKOLOGI SOSIAL

DIANA WIDIASTUTI

NIM : 22310410034

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


KEHADIRAN KELUARGA DALAM KEHIDUPAN LANSIA

Masa lanjut usia adalah salah satu masa hidup manusia yang dimulai ketika menginjak usia 60 ke atas. Pada masa ini, manusia mulai mengalami penurunan fungsi organ tubuh. Hal tersebut disebabkan, sel manusia mengalami penuaan. Sel menjadi makin besar dan tua, namun kehilangan kemampuan pembelahan dan perkembang biakan secara normal. Hal tersebut berlanjut pada menurunnya kemampuan sel. Sehingga, menimbulkan berbagai perubahan fisik juga meningkatkan risiko terkena gangguan kesehatan (Silmi Nurul Utami, https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/12/112009769/masa-lanjut-usia-pengertian-dan-ciri-cirinya?page=2, diakses 13 Mei 2023)

Orang lanjut usia atau lansia kerap kali mengalami kondisi kesehatan yang kompleks. Selain mengalami masalah kesehatan fisik akibat penyakit kronis dan proses penuaan, gangguan psikologis pada lansia juga menjadi masalah serius. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab timbulnya perubahan mental pada lansia, di antaranya:

·        Menghadapi pengalaman atau kejadian hidup yang berat

·        Penurunan kemampuan kognitif dan fungsional akibat penyakit atau tindakan medis tertentu.

·        Penurunan status sosial dan ekonomi

Depresi, demensia kecemasan, gangguan perilaku, hingga gangguan tidur kerap kali terjadi pada lansia sebagai akibat perubahan fisik dan mentalnya. Kesepian dan kurangnya hubungan sosial juga menjadi salah satu faktor timbulnya masalah atau perubahan mental pada lansia. Faktor-faktor tersebut juga kerap menimbulkan isolasi diri, kesepian, dan tekanan psikologis pada orang tua (Yanita Nur Indah Sari, https://www.sehatq.com/artikel/gangguan-psikologis-pada-lansia, diakses 13 Mei 2023).

Beberapa permasalahan psikologis yang dialami lansia antara lain :

1. Aspek Intelektual

   Penurunan kemampuan intelektual pada lansia adalah sesuatu yang tidak bisa terhindarkan. Hal              ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, kecemasan ataupun depresi.

        2. Aspek Emosional

Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut usia seperti merasa tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang tak kunjung sembuh ataupun kematian pasangan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri, depresi, ketakutan sehingga lanjut usia sulit menyelesaikan suatu masalah dan melakukan penyesuaian diri.

Maksud dari penyesuaian diri pada usia lanjut disini adalah kemampuan usia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan fisik maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga memenuhi kebutuhannya tanpa menimbulkan masalah baru.

3.     Saat usia lanjut seseorang biasanya akan kembali ke masa kanak-kanak. Artinya, tindakan yang dilakukan harus diperlihatkan kepada orang lain jika tidak mereka tidak akan memperoleh kepuasan. Masa muda seorang lansia sering diartikan sebagai karikatur kepribadiannya di masa lansia.

 Dari berbagai permasalahan yang dihadapi lansia tersebut, tentu saja bukannya tanpa solusi. Beberapa lansia masih bisa produktif meski tak seperti saat mudanya. Dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak tenaga dan pikiran, lansia masih bisa berdaya. Beberapa badan usaha atau toko masih mau mempekerjakan lansia. Ketika massih produktif, maka lansia akan lebih memiliki harga diri dan jauh dari frustrasi.

Namun bagaimana dengan lansia yang memang sudah tidak produktif ? Ketika tenaga dan pikirannya sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja, serta kemampuan fungsional tubuhnya mengalami banyak penurunan, maka lansia hanya bisa berpangku tangan pada orang lain. Disinilah keluarga harus mengambil perannya.

Keluarga diharapkan juga dapat memenuhi kebutuhan hidup lansia sehari-hari dan membantu dalam keterbatasan aktifitasnya. Fungsi keluarga yang juga tidak kalah penting adalah memberikan perawatan secara optimal pada lansia yang sedang sakit atau ketegantungan dalam aktifitas kesehariannya.

Seorang lansia bernama Nyonya S, memiliki tujuh orang anak. Lima orang diantaranya tinggal di luar kota. Setahun yang lalu lahirlah seorang cucu dari putra bungsunya di Bali. Jarak yang cukup jauh antara Bali dan Yogyakarta, membuat Nyonya S harus menahan rindu untuk bertemu cucu dan anak-anaknya. Suatu ketika tanpa kabar sebelumnya, putra bungsunya datang bersama keluarga kecilnya. Setelah satu tahun akhirnya Nyonya S bersua dengan sang cucu. Nyonya S sudah tidak mampu berjalan normal, tidak mampu lagi melihat. Hanya mengandalkan sentuhan tangannya, Nyonya S berusaha membayangkan wajah cucunya tersebut. Hari-hari Nyonya S yang tadinya membosankan dan biasa-biasa saja, berubah menjadi ceria. Quality time antara cucu dan neneknya tergambar dalam foto yang saya beri judul “Bertemu Simbah”. Foto tersebut sudah saya posting di instagram saya untuk diikut sertakan dalam lomba foto bertemakan Quality Time with Family.

Kehadiran keluarga dalam kehidupan seorang lansia, terlebih orangtuanya, sangatlah penting. Tetap hadir dan membangun komunikasi dengan orangtua agar tidak ada rasa diabaikan dan kesepian dalam diri orangtua. Manfaatkanlah setiap momen berkualitas dengan orangtua, baik hadir secara langsung maupun via telepon dengan orangtua.


Daftar Pustaka :






0 komentar:

Posting Komentar