UJIAN TENGAH SEMESTER
PSIKOLOGI SOSIAL
DIANA WIDIASTUTI
NIM : 22310410034
Dosen Pengampu : Dr.,
Dra. ARUNDATI SHINTA MA
Fakultas Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
KEHADIRAN KELUARGA DALAM KEHIDUPAN
LANSIA
Masa lanjut usia adalah salah satu masa hidup manusia yang
dimulai ketika menginjak usia 60 ke atas. Pada masa ini, manusia mulai
mengalami penurunan fungsi organ tubuh. Hal tersebut disebabkan, sel manusia
mengalami penuaan. Sel menjadi makin besar dan tua, namun kehilangan kemampuan
pembelahan dan perkembang biakan secara normal. Hal tersebut berlanjut pada
menurunnya kemampuan sel. Sehingga, menimbulkan berbagai perubahan fisik juga
meningkatkan risiko terkena gangguan kesehatan
(Silmi Nurul Utami, https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/12/112009769/masa-lanjut-usia-pengertian-dan-ciri-cirinya?page=2,
diakses 13 Mei 2023)
Orang lanjut usia atau lansia kerap kali mengalami kondisi
kesehatan yang kompleks. Selain mengalami masalah kesehatan fisik akibat
penyakit kronis dan proses penuaan, gangguan psikologis pada lansia juga
menjadi masalah serius. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab timbulnya
perubahan mental pada lansia, di antaranya:
·
Menghadapi pengalaman atau
kejadian hidup yang berat
·
Penurunan kemampuan kognitif
dan fungsional akibat penyakit atau tindakan medis tertentu.
·
Penurunan status sosial dan
ekonomi
Depresi, demensia kecemasan, gangguan
perilaku, hingga gangguan tidur kerap kali terjadi pada lansia sebagai akibat
perubahan fisik dan mentalnya. Kesepian dan kurangnya hubungan sosial juga
menjadi salah satu faktor timbulnya masalah atau perubahan mental pada lansia.
Faktor-faktor tersebut juga kerap menimbulkan isolasi diri, kesepian, dan
tekanan psikologis pada orang tua (Yanita Nur Indah Sari, https://www.sehatq.com/artikel/gangguan-psikologis-pada-lansia,
diakses 13 Mei 2023).
Beberapa permasalahan psikologis yang dialami lansia antara lain :
1. Aspek Intelektual
Penurunan kemampuan intelektual pada lansia adalah sesuatu yang tidak bisa terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, kecemasan ataupun depresi.
2. Aspek Emosional
Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh
para lanjut usia seperti merasa tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit
yang tak kunjung sembuh ataupun kematian pasangan akan menimbulkan rasa tidak
percaya diri, depresi, ketakutan sehingga lanjut usia sulit menyelesaikan suatu
masalah dan melakukan penyesuaian diri.
Maksud dari penyesuaian diri pada usia lanjut disini
adalah kemampuan usia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan fisik
maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga memenuhi kebutuhannya
tanpa menimbulkan masalah baru.
3.
Saat usia lanjut
seseorang biasanya akan kembali ke masa kanak-kanak. Artinya, tindakan yang
dilakukan harus diperlihatkan kepada orang lain jika tidak mereka tidak akan memperoleh
kepuasan. Masa muda seorang lansia sering diartikan sebagai karikatur
kepribadiannya di masa lansia.
Namun bagaimana dengan lansia yang
memang sudah tidak produktif ? Ketika tenaga dan pikirannya sudah tidak
memungkinkan lagi untuk bekerja, serta kemampuan fungsional tubuhnya mengalami
banyak penurunan, maka lansia hanya bisa berpangku tangan pada orang lain. Disinilah
keluarga harus mengambil perannya.
Keluarga diharapkan juga dapat
memenuhi kebutuhan hidup lansia sehari-hari dan membantu dalam keterbatasan
aktifitasnya. Fungsi keluarga yang juga tidak
kalah penting adalah memberikan perawatan secara optimal pada lansia yang
sedang sakit atau ketegantungan dalam aktifitas kesehariannya.
Seorang lansia
bernama Nyonya S, memiliki tujuh orang anak. Lima orang diantaranya tinggal di
luar kota. Setahun yang lalu lahirlah seorang cucu dari putra bungsunya di
Bali. Jarak yang cukup jauh antara Bali dan Yogyakarta, membuat Nyonya S harus
menahan rindu untuk bertemu cucu dan anak-anaknya. Suatu ketika tanpa kabar
sebelumnya, putra bungsunya datang bersama keluarga kecilnya. Setelah satu
tahun akhirnya Nyonya S bersua dengan sang cucu. Nyonya S sudah tidak mampu
berjalan normal, tidak mampu lagi melihat. Hanya mengandalkan sentuhan
tangannya, Nyonya S berusaha membayangkan wajah cucunya tersebut. Hari-hari
Nyonya S yang tadinya membosankan dan biasa-biasa saja, berubah menjadi ceria.
Quality time antara cucu dan neneknya tergambar dalam foto yang saya beri judul
“Bertemu Simbah”. Foto tersebut sudah saya posting di instagram saya untuk diikut sertakan dalam lomba foto bertemakan Quality Time with Family.
Kehadiran keluarga
dalam kehidupan seorang lansia, terlebih orangtuanya, sangatlah penting. Tetap
hadir dan membangun komunikasi dengan orangtua agar tidak ada rasa diabaikan
dan kesepian dalam diri orangtua. Manfaatkanlah setiap momen berkualitas dengan
orangtua, baik hadir secara langsung maupun via telepon dengan orangtua.
Daftar Pustaka :
0 komentar:
Posting Komentar