Quality Time with Family
Kikis Jarak yang Ada dengan Interaksi Hangat Bersama Keluarga
Oleh Septi Iing Hijjriyah
Istilah Quality Time with Family tentu terbilang sudah tidak
lagi asing di telinga kita. Sebutan yang biasa digunakan demi memberi makna
menyisihkan waktu berkualitas untuk berkumpul bersama keluarga ini kerap
diterapkan utamanya oleh keluarga masa kini. Hal tersebut dilakukan atas
dorongan padatnya aktivitas dari masing-masing anggota keluarga, belum lagi
adanya jarak yang memisahkan antaranggota keluarga, entah asbab studi maupun lokasi
pekerjaan di tempat yang berbeda.
Tentu dapat dilihat, dari deretan kepadatan aktivitas di atas memang
terkesan tidak akan menimbulkan sebuah masalah fatal, namun ingat lah bahwa
kunci keharmonisan sebuah hubungan yang utamanya keluarga, berangkat dari
hangatnya sebuah interaksi. Bagaimana keharmonisan akan didapat jika interaksi
tidak dapat terbangun dengan baik dalam sebuah keluarga? Bisa saja akan banyak
terbangun salah paham yang jika tidak segera dipotong dengan momen kebersamaan akan
berlanjut menjadi boomerang yang akan menciptakan problematika yang
lebih kompleks.
Jika ingin menilik ke masa lampau, pada zaman dahulu sebuah keluarga
umumnya hidup dalam satu rumah yang besar. Di dalam rumah yang besar itu hidup lah
beberapa keluarga menjadi satu. Kesatuan kekeluargaan yang besar itu lazim
disebut famili. Suatu famili mempunyai peraturan-peraturan dan tata tertib sendiri
yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala famili. Dengan begitu, hangatnya
interaksi cenderung akan lebih mudah terbangun. Seperti adanya momen sarapan
atau makan malam bersama, menonton televisi bersama, menemani anak
menyelesaikan tugas sekolah, asik mengobrol atau bertukar pendapat akan suatu
perkara, dan masih banyak lagi momen kebersamaan lain yang sering terjadi di
keluarga masa lampau.
Nah, jauh berbeda dengan apa yang terjadi dengan para keluarga masa
kini. Kesatuan kekeluargaan secara famili tadi (keluarga besar) sekarang telah terpencar
menjadi keluarga yang kecil-kecil, dan fungsinya pun tentu mengalami sebuah perubahan.
Sebenarnya, opini ini ditulis tidak hanya ditujukan pada blok
keluarga masa kini saja, tapi sifatnya lebih kepada keluarga manapun yang
merasa hangatnya keluarga tidak lagi terasa. Atau juga bagi siapa saja yang
ingin memperbaiki fondasi keharmonisan yang sudah mulai berjarak karena kesibukan
dan kecanggihan masa.
Namun, begini lah hidup. Kemajuan atau kecanggihan tentu akan terus
dirasakan oleh setiap manusia. Sekarang memang benar jika semuanya serba-serbi
berjarak, namun dapat didekatkan dengan komunikasi secara tidak langsung
melalui gawai. Namun tetap saja, kendati begitu, sebaik-baik interaksi ialah
bersua dan menghangat bersama keluarga.
Sisi positif dari adanya jarak pada perkara Quality Time with
Family ini tentu akan cenderung tercipta sebuah ruang khusus bernama rindu,
karena terpisah jarak dan jarang bertemu, dan ketika momentumnya tiba seakan
rindunya terbayarkan dan lebih terasa hangat. Berbeda dengan keluarga masa
lampau yang cenderung tinggal bersama dalam jangka yang lebih lama, mungkin
hadirnya rasa rindu akan sangat jarang karena nyaris setiap saat saling
berinteraksi secara langsung.
Lagi-lagi, menyisihkan masa berkualitas bersama keluarga bukan
hanya soal duduk bersama, makan bersama, nonton televisi bersama, atau
berbincang bersama. Namun bagaimana interaksi kebersamaan tadi lebih bisa
dirasakan, lebih bisa menghasilkan sebuah keputusan atau kebijaksanaan, dan berakhir
dengan lahirnya kehangatan, keharmonisan, dan kebahagiaan. Jadi, jarak yang
sempat terbentang tadi tidak lagi menjadi sebuah perhitungan atau kendala yang
menyakitkan.
Mengutip dari tujuan metode SYMLOG yang dilakukan oleh Robert F.
Bales, informasi akan mulai dapat diterjemahkan atau ditafsirkan melalui
interaksi secara langsung, karena dari sana akan bisa mulai dilakukan sebuah pengamatan
dari beberapa kumpulan sikap yang dilahirkan, yang berharap akan menghasilkan beberapa
tujuan dan informasi yang berguna.
Daftar Pustaka
Huda, Mohammad Khoirul. (2015). Keluarga Zaman Dahulu dan
Keluarga Sekarang. Dinas Sosial PPPA Kabupaten Kulon Progo.
Sartain, A. Q., (2014). Psychology: Understanding Human Behavior.
McGraw-Hill Book Company, Inc.
Ahmadi, Abu. (2002). Kajian Teori Interaksi Sosial. IAIN
Tulungagung.
0 komentar:
Posting Komentar