Minggu, 14 Mei 2023

Essay 3: Review jurnal psikologi sosial dimas mahendra wijaya 22310410107

 Peran fear of missing out (FOMO) dan penggunaan media sosial terhadap artikulasi identitas keislaman pada kalangan milennial muslim yang mengikuti tren hijrah di Instagram

Dimas Mahendra Wijaya

1900005397

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Topik

FOMO, penggunaan media sosial, artikulasi identitas agama, hijrah, milenial muslim

Sumber

Husna, S. (2023). Peran fear of missing out (FOMO) dan penggunaan media sosial terhadap artikulasi identitas keislaman pada kalangan milennial muslim yang mengikuti tren hijrah di Instagram. Jurnal Psikologi Sosial. 2023, Vol. 21, No. 01, 01-11, hal. 1-11

Permasalahan

Berangkat dari studi kuantitatif pada 177 Muslim milenial di Indonesia yang aktif mengikuti gerakan hijrah melalui Instagram mereka, penelitian ini mengungkap hubungan antara FOMO dan penggunaan media sosial yang bermasalah, dengan artikulasi identitas keislaman.

Tujuan Penelitian

Dasar pertimbangan untuk riset lanjutan terkait tema artikulasi identitas agama di media sosial dan perumusan intervensi bagi penggunaan media sosial yang berlebihan.


Isi

  • Pada satu dekade terakhir ini, pertumbuhan dan penggunaan media sosial sebagai aplikasi berkomunikasi dan content-sharing mengalami peningkatan masif dan tak terelakkan dari rutinitas keseharian manusia.

  • Peningkatan pesat penggunaan media sosial dan internet tampaknya menjadi alasan utama perubahan cara hidup sebagian besar orang.

  • Para pengguna smartphone mengalami masalah dalam kuantitas penggunaannya.

  • penggunaan media sosial yang berlebihan juga ditelusuri efeknya terhadap kondisi ketakutan merasa tertinggal yang disebut sebagai fear of missing out (FOMO).

  • FOMO didefinisikan sebagai "kekhawatiran bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga yang dirinya tidak ikut berpartisipasi, dan ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain".

  • Beberapa penelitian sebelumnya juga menjelaskan bagaimana FOMO berkorelasi dengan penggunaan media sosial.

  • Pada konteks Indonesia, sejumlah 191,4 juta merupakan pengguna aktif media sosial, di mana waktu rerata mereka mengakses media sosial setiap harinya adalah 3 jam 17 menit. Adapun platform media sosial yang paling diminati yaitu WhatsApp dengan 88,7% pengguna dari total populasi, diikuti Instagram dengan 84,8% pengguna, dan Facebook dengan 81,3% pengguna.

  • Dalam konteks penggunaan media sosial yang semakin tahun meningkat dan berkembang, muncul trend dan euphoria hijrah.

  • Hijrah telah menjadi salah satu isu yang paling banyak terjadi di kalangan muslim milenial karena generasi muda tersebut percaya bahwa agama dapat membantu mereka untuk mendapatkan versi diri yang lebih baik dan juga menjadi lebih bahagia dari sebelumnya.

  • Hijrah telah menjadi salah satu isu yang paling banyak terjadi di kalangan muslim milenial karena generasi muda tersebut percaya bahwa agama dapat membantu mereka untuk mendapatkan versi diri yang lebih baik dan juga menjadi lebih bahagia dari sebelumnya.

  • Identitas keislaman yang cenderung ditunjukkan setelah hijrah mengalami beberapa perubahan antara lain cara mengartikulasikan identitas diri melalui media sosial mulai dari penulisan deskripsi diri, mengunggah konten foto tertentu, menulis caption dan status, hingga terbentuknya harmonisasi antara sikap dan perilaku pengguna dalam konteks offline dan online.

  • Mengingat sejauh mana Muslim milenial mengekspresikan dan mengartikulasikan identitas agama mereka di tengah euforia tren hijrah, ada celah peran yang disinyalir dimainkan FOMO dan kecenderungan penggunaan media sosial yang bermasalah terhadap perilaku milenial dalam mengartikulasikan identitas keislamannya di media sosial.

Metode

  • Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengukur derajat asosiasi atau hubungan antara dua atau lebih variabel atau kumpulan skor dengan menggunakan statistik korelasional (Creswell, 2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur derajat hubungan antara FOMO, penggunaan media sosial yang bermasalah, dan artikulasi identitas keislaman melalui media sosial pada milenial muslim di Indonesia yang terlibat pada gerakan tren hijrah di Instagram.

Hasil

  • 32,8% partisipan (n=58) memiliki tingkat FOMO tinggi, 63,8% partisipan (n=113) memiliki tingkat FOMO sedang, dan sekitar 3,4% partisipan (n=6) memiliki tingkat FOMO rendah. Selanjutnya, dari skala penggunaan media sosial, dari 177 partisipan, dapat disimpulkan mayoritas dari mereka mengalami tingkat penggunaan media sosial bermasalah yang tinggi, sekitar lebih dari setengah persen yaitu 53,7% (n=95). Hanya 6,8% (n=12) partisipan yang memiliki tingkat penggunaan media sosial bermasalah yang rendah, sedangkan 39,5% (n=70) memiliki tingkat penggunaan media sosial yang sedang. Adapun terkait artikulasi identitas agama (Islam), sekitar 31,6% partisipan (n=56) mengalami artikulasi identitas agama tinggi, 57,1% partisipan (n=101) memiliki artikulasi identitas agama sedang, dan 11,3% partisipan (n=20) memiliki artikulasi identitas agama rendah.

  • Uji normalitas menggunakan unstandardized residual didapatkan nilai KolmogorovSmirnov sebesar 1,106 artinya p>0,05 dan signifikansi sebesar 0,173 yang menyatakan bahwa data berdistribusi normal.

  • hasil uji linieritas hubungan antara variabel Artikulasi identitas Agama dan FOMO memiliki nilai F sebesar 38.560 dan signifikansi sebesar 0,000 (p0,1) hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antar variabel tersebut mengikuti garis linieri-tas. Begitu juga dengan hubungan antara varia-bel Artikulasi identitas Agama dan penggunaan media sosial bermasalah yang memiliki nilai F sebesar 168.686 dan signifikansi sebesar 0,000 (p<0.000) hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antar variabel tersebut mengikuti garis linieritas.

  • Dari Uji T parsial analisis regresi dapat dijelaskan bahwa FOMO tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan artikulasi identitas keagamaan (nilai Sig=0,173; p > 0,05). Hipotesis pertama ditolak. Namun dari hasil analisis yang sama menunjukkan bahwa penggunaan media sosial memiliki korelasi yang signifikan dengan artikulasi identitas keagamaan (Islam) dengan nilai Sig = 0,000. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. Dapat disimpulkan pula dari hasil uji parsial ini bahwa hanya salah satu pediktor/variabel bebas yang mempengaruhi variabel tergantung yaitu variabel penggunaan media sosial.

  • Dapat disimpulkan bahwa rasa takut ketinggalan (FOMO) dan penggunaan media sosial bermasalah memiliki korelasi yang signifikan dengan artikulasi identitas agama (Islam) di media sosial di kalangan muslim milenial.

Diskusi

  • Penelitian ini ingin menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara FOMO dan penggunaan media sosial bermasalah dengan artikulasi identitas keislaman di Instagram para muslim milennial yang mengikuti tren hijrah. Hipotesis pertama (H1) yaitu FOMO memiliki korelasi dengan artikulasi identitas agama (Islam) tidak terbukti berdasarkan uji regresi sederhana. Adapun hipotesis kedua (H2) yaitu penggunaan media sosial bermasalah memiliki korelasi dengan artikulasi identitas agama (Islam), dan hipotesis ketiga (H3) yang berbunyi FOMO dan penggunaan media sosial memiliki korelasi dengan artikulasi identitas agama (Islam) terbukti berdasarkan hasil uji regresi berganda. Data hasil penelitian menunjukkan penelitian ini memiliki konsistensi dan mendukung beberapa temuan sebelumnya. Terkait variabel terikat penelitian ini yaitu artikulasi identitas keislaman, penelitian sebelumnya oleh Bobkowski dan Pearce (2011) juga telah menjelaskan kecenderungan pengungkapan diri keagamaan di media sosial. Hasil studi mereka mendeskripsikan bahwa banyak peng-guna media sosial memutuskan untuk mengungkapkan afiliasi agama di profil online mereka. Meski pada tahun-tahun tersebut, platform media sosial memiliki fitur yang terbatas dalam konteks mendukung penggunanya mengekspresikan diri, khususnya studi ini menyoroti penggunaan platform media sosial MySpace. 

  • Hasil penelitian yang disajikan juga sesuai dengan penelitian Rahman dkk (2021) yang menjelaskan bahwa hijrah melalui media sosial telah merangsang cara interaksi baru bagi banyak muslim milenial dan akibatnya pengartikulasian identitas mereka melalui media sosial mereka juga berubah. Elaborasi dari penelitian sebelumnya menjelaskan mengapa hipotesis pertama dalam penelitian ini tidak diterima. FOMO berhubungan signifikan dengan artikulasi identitas keislaman, ketika dianalisis bersama dengan penggunaan media sosial yang bermasalah sebagai variabel independen kedua. FOMO tidak terbukti berkorelasi secara parsial dengan artikulasi identitas keislaman para partisipan dalam penelitian ini karena pengartikulasian identitas agama menjadi lebih intens hanya ketika ada penggunaan media sosial yang tinggi. Hal ini didukung oleh penjelasan Syahrin & Mustika (2020) yang menguatkan pendeskripsian peran media sosial dan konten yang dapat dengan mudah diakses oleh penggunanya untuk mempelajari apa yang dimaknai sebagai gerakan hijrah. Reyes dkk (2018) juga telah menjelaskan bahwa peningkatan pesat penggunaan media sosial dan internet tampaknya menjadi alasan utama perubahan cara hidup sebagian besar orang. Varnali dan Toker (2015) juga mendeskripsikan bahwa situs jejaring sosial (social networking system; SNS) memfasilitasi interaksi komunitas dan individu melalui praktik pengungkapan informasi yang melibatkan konten multimedia dan informasi pribadi yang diposting di profil media sosial.

  • Hasil studi ini juga menegaskan bahwa memang ada fenomena pengungkapan identitas agama melalui media sosial yang semakin umum pada tahun-tahun belakangan ini.

  • Berbicara lebih lanjut pada konteks sumbangan efektif penggunaan media sosial bermasalah terhadap artikulasi identitas keislaman, diketahui terdapat sumbangan sebesar 36.7%.

  • Selain itu, FOMO juga memainkan peran secara simultan bersama-sama dengan penggunaan media sosial terhadap tingkat artikulasi identitas keislaman di media sosial berdasarkan analisis regresi berganda.


0 komentar:

Posting Komentar