Minggu, 14 Mei 2023

UTS PSIKOLOGI SOSIAL "QUALITY TIME WITH FAMILY" DAN MENGIKUTI LOMBA

 QUALITY TIME WITH FAMILY.

Juliani Mariati Larosa

NIM: 22310410072

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Link Pengumpulan Lomba:

https://www.instagram.com/p/CsOdovOy2TN/?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==

Pendahuluan

            Keluarga adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan dan memberikan kasih sayang, cinta dan rasa aman yang saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Lain halnya yang terjadi ketika keluarga mengalami perpisahan yang disebabkan perselisihan, percekcokan, perbedaan pendapat antara suami istri, hingga keduanya sampai kepada tahap berpisah yakni perceraian karena tidak bisa mempertahankan hubungan. Kondisi seperti ini menjadikan anak sebagai korban utama, karena bisa mempengaruhi mental dan perilaku si anak bahkan bisa mengalami depresi.

            Keluarga menurut Friedman (1998) adalah dua atau lebih indvidu yag tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengindetifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Keluarga menurut Latipun (2005:124) adalah lingkungan sosial yang terbentuk erat karena sekelompok orang bertempat tinggal, berinteraksi dalam pembentukan pola pikir, kebudayaan, serta sebagai mediasi hubungan anak dengan lingkungan.

Permasalahan

            Keluarga SP adalah salah satu dari keluarga yang kurang lengkap dikarenakan adanya perpisahan atau perceraian diantara suami istri. Perceraian menurut Spanier dan Thompson (1984) merupakan suatu reaksi terhadap hubungan pernikahan yang tidak berjalan dengan baik serta bukan merupakan suatu ketidaksetujuan terhadap lembaga pernikahan. SY adalah single parents yang berjuang sendirian dalam keluarganya untuk menghidupi dan menafkahi anak satu-satunya yaitu AM (8 thn). Beliau berperan sebagai ayah sekaligus sebagai ibu untuk anaknya, karena dia tidak ingin anaknya merasakan kurang kasih sayang karena kehilangan sosok seorang ibu.

            Pekerjaan SY adalah sebagai tukang parkir disebuah Restoran cepat saji (Fast food), beliau setiap harinya melakukan lakuran jukir untuk membantu mengatur kendaraan yang keluar masuk tempat parkir.  Hal itu beliau lakukan untuk menafkahi dan menyekolahkan anaknya, beliau berharap nantinya anak satu-satunya itu memiliki masa depan yang lebih baik dari yang sekarang.

            Sedangkan AM yang baru berusia 9 tahun dan masih duduk di bangku SD, membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya. Keseharian AM hanyalah bersekolah dan diam dirumah, karena menurut pengakuan ayahnya AM adalah anak yang pemalu dan lebih mengurung diri di rumah, hal itu disebabkan karena faktor lingkungan sehingga si anak mengalami krisis kepribadian dan mengakibatkan perilaku atau sifat pemalu yang cenderung merespon lingkungannya dengan kecemasan yang meningkat, sikap diam, dan perasaan tidak tenang. Masalah yang ada dalam keluarga dapat berupa interaksi antar anggota keluarga yang kurang harmonis, adanya perpecahan dalam rumah tangga, kondisi ekonomi yang kurang dapar memenuhi kebutuhan hidup, kurangnya perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pada anak-anaknya di sekolah seperti kurangnya motivasi belajar, hal ini dijelaskan oleh Simanjuntak (2013).

Solusi Permasalahan

            Walaupun broken home, SY tidak ingin anaknya mengalami depresi dan frustasi sehingga nantinya membuat anaknya melakukan hal-hal yang menyimpang seperti merokok, minum alkohol, jarang pulang, minum pil atau lain sebagainya, jadi beliau memberikan perhatian lebih dan kasih sayang khusus untuk anaknya dengan selalu menyempatkan waktu untuk bisa bersama-sama dengan AM. Menurut Linawati & Desiningrum (2018) kondisi psychological well-being remaja dari latar belakang keluarga broken home perlu diperhatikan karena jika remaja merasa sejahtera dan bahagia, hal itu tentunya akan berdampak baik pada kehidupan remaja tersebut. AM mengaku bahwa dia selalu menyempatkan waktunya untuk anaknya, misalnya ketika dia memiliki waktu kosong ataupun pergantian shift dengan tukang parkir lain jadi ia menggunakan waktu tersebut untuk quality time dengan anaknya, seperti yang dilakukannya hari ini, SY mengajak anaknya piknik bersama di Bunker Kaliadem. Piknik itu beliau lakukan agar bisa menambah kedekatan dengan anak, agar si anak bisa merasakan dan menikmati waktunya bersama ayahnya walaupun tanpa kehadiran seorang ibu, karena SY yakin bahwa walaupun tanpa seorang Ibu, AM bisa bertumbuh dan menjadi seorang anak yang baik asalkan AM mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari SY. SY ingin berperan menjadi ayah sekaligus seorang ibu untuk anaknya, dia ingin menjadi tempat bagi anaknya untuk saling bertukar cerita, di ingin merawat anaknya dengan baik, dan tidak akan membiarkan anaknya merasakan kecemasan karena kekurangan sosok ibu.

            Tidak ada anak yang menginginkan orang tuanya berpisah atau bercerai, karena setiap anak menginginkan kehidupan yang normal, di mana ia memiliki keluarga yang utuh bersama dengan kedua orang tuanya dan hidup bahagia. Perceraian sangatlah berpengaruh pada perilaku dan mental anak-anak terutama anak yang ada di bawah usia, karena anak-anak tersebut sangat rentan mengalami perubahan sikap dan karakter. Pada tahap ini anak-anak seharusnya diajarkan nilai dan moral. Tetapi ketika orang tuanya memberikan kasih sayang dan perhatian lebih untuk anaknya maka akan memberikan pengaruh positif dan tidak berdampak pada perubahan sikap si anak sehingga anaknya tidak melampiaskan emosinya dengan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti merokok ataupun minum minuman alkohol. Menurut C. D Ryff (1989) Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karena dukungan sosial yang berupa rasa nyaman, perhatian, penghargaan atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang didapat dari berbagai sumber yaitu keluarga maupun teman. Anak akan bertumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya dan membangun perilaku atau karakter dari sikap yang diberikan oleh orang tuanya.

Pustaka dan Daftar Pustaka

Adristi, Salsabila P. (2021). Peran Orang Tua pada Anak dari Latar Belakang Keluarga Broken Home. Lifelong Education Journal. 1(2), Oktober 2021.

Sulistyowati, Tutik. (2020). Pola Interaksi Sosial Pada Anggota Keluarga Broken Home (studi interaksi anak korban perceraian dengan anggota keluarga di keluarahan Ronggomulyo Kabupaten Tuban). Malang.


0 komentar:

Posting Komentar