Jumat, 30 April 2021
Pola Interaksi Sosial Nelayan Dalam Mempertahankan Hidupnya
Elyza Alvinna Mu’arif (20310410074)
Dosen Pembimbing : Dr. Arundati Shinta, M. A
Psikologi Sosial 1
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang hidupnya bertahan dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, masyarakat nelayan memiliki karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Di beberapa wilayah pesisir yang relatif berkembang pesat, struktur komunitasnya heterogen, dengan etika profesional yang tinggi, solidaritas dan keterbukaan sosial yang kuat, serta karakteristik interaksi sosial yang dalam. Hal ini dikarenakan proporsi kebijakan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya industri perikanan sangat kompleks.
Masyarakat nelayan secara keseluruhan memiliki pola interaksi yang dalam, terlihat dari hubungan kerjasama antar kegiatan, kontak bersama antara nelayan dengan nelayan, dan dengan masyarakat lainnya. Sesuai dengan budaya masyarakat nelayan, menjalankan usaha dan mempertahankan sistem tetap untuk menjalankan usaha. Budaya masyarakat nelayan merupakan sistem ideologi atau sistem kognitif masyarakat nelayan yang dijadikan acuan perilaku sosial budaya oleh individu dalam interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial yang mendalam, komunitas nelayan memiliki karakteristik yang berbeda dengan komunitas lainnya. Seperti disebutkan di atas, cara komunitas nelayan berinteraksi merupakan proses yang menentukan dalam kehidupan berkelanjutan.
Pada dasarnya kelompok masyarakat nelayan memiliki beberapa perbedaan karakteristik sosial. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kelompok umur, tingkat pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Dalam suatu kelompok nelayan, berdasarkan hubungan antara nelayan dan masyarakat Townsley, sering ditemukan perbedaan kohesi internal (Widodo, 2006). Selain itu pengelompokan nelayan merupakan elemen sosial yang sangat penting dalam struktur masyarakat pesisir. Kebudayaan mereka menjadikan tingkah laku sosial dan budaya seluruh masyarakat pesisir menjadi ciri khas.
Referensi:
Kusnadi. 2004. Mengatasi Kemiskinan Nelayan Jawa Timur, Pendekatan Terintegrasi. Yokyakarta: Pembaharuan.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: CV Rajawali.
Imron. 2003. Pengembangan Ekonomi Nelayan dan Sistem Sosial Budaya. Jakarta: PT Gramedia.
Sastrawidjaya. 2002. Nelayan dan Kemiskinan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Widodo,J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suharto. 2002. Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan; Mengkaji Peran Negara Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol. 7 No. 4.
Tulisan ini adalah narasi untuk lomba memotret bertemakan "Street Photography" yang diselenggarakan oleh Kelas Jakarta,Photo Walk Ramean dan berkolaborasi dengan Xiaomi Indonesia. Periode lomba berlangsung pada tanggal 1 April - 1 Mei 2021.
Kamis, 08 April 2021
MEDITASI
Menyendiri dalam artian yang positif yakni dengan melakukan meditasi. Meditasi merupakan sebuah latihan agar dapat menciptakan tubuh supaya lebih rileks serta membantu menenangkan pikiran. Manfaat meditasi diyakini sangat ampuh agar membuat seseorang yang sedang dalam keadaan stress akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa tersebut. Meskipun yang anda lihat, meditasi hanya seolah-olah duduk diam tanpa melakukan apapun. Akan tetapi itulah yang membuat kegiatan ini sangat baik bagi orang yang memiliki pikiran sedang tidak baik. Lebih baik lagi jika anda lakukan pada malam hari, itu lebih membuat kesehatan tubuh menjadi normal dan juga dapat melatih mental serta fisik manusia.
Jika membahas mengenai fungsi meditasi pada malam hari, sebenarnya apa saja manfaat jika dilakukan pada keadaan sepi?
1. Dapat mengurangi Rasa Stres
2. Dapat Menurunkan Tekanan Darah
3. Manfaat Meditasi juga Untuk Mengontrol Kecemasan
4. Mampu Meningkatkan Kesehatan pada Emosional Seseorang
5. Dapat Meningkatkan Kesadaran Diri Seseorang
PENYUSURAN KORBAN SUNGAI DI TURI
Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial
Nama : Rina Widya A.
Nim : 20310410045
PENYUSURAN KORBAN SUNGAI DI TURI
Sungai yang berada di daerah Turi ini kembali menelan korban jiwa. Diketahui, ratusan pelajar itu melakukan susur sungai dalam rangka melakukan kegiatan Pramuka. siswa yang tergabung dalam kegiatan pramuka merupakan kelas 7 dan 8. "Sebanyak 257 orang melakukan penyusuran Sungai Sempor tanpa melihat kondisi cuaca yang saat itu hujan lebat.
Sementara, beredar sebuah video yang menampilkan siswa yang tenggelam itu dengan kondisi lemas dan pucat. Sejumlah warga yang menemukan siswa tersebut langsung memboyongnya ke atas sungai dan melakukan sejumlah upaya menyelamatkan korban.
Polisi menetapkan satu orang berinisial IYA sebagai tersangka dalam tragedi susur sungai siswa SMPN 1 Turi Sleman yang hanyut di Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pasal yang dikenakan adalah Pasal 359 KUHP, tentang kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Selain itu, polisi mengenakan Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang lain luka-luka. Ancamanya hukuman maksimal 5 tahun penjara.
PENYEBAB MUNCULNYA KEJAHATAN JALANAN ATAU YANG SERING KITA DENGAR DENGAN SEBUTA KLITIH
Oleh : Setya Pramudi (20310410032)
Dosen pengampu : Dr. Arundati Shinta, M. A
Tugas Psikologi Sosial
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Masa muda merupakan masa dimana
kita mencari jati diri kita, masa dimana berusaha mendapatkan apa yang kita
harapkan sejak dulu, mendapatkan apa yang kita mau, berteman dengan siapapun
dan mencari relasi sebanyak mungkin agar dapat memudahkan kita dalam mencari
pekerjaan maupun mendapatkan berbagai macam pengalaman dari teman teman,
menjalani kehidupan di masa remaja memanglah menyenangkan dan tidak akan bisa
mengulanginya suatu saat nanti, banyak diantara mereka yang memanfaatkan moment
ini dengan melakukan berbagai macam aktifitas yang bermanfaat bahkan mungkin
merugikan dengan harapan mereka memiliki pengalaman didalamnya.
Sebagai remaja tentu saja tidak
lepas dengan pertemanan, akan tetapi dalam hal ini banyak yang belum bisa
memilah dan memilih lingkungan bermain yang mana dianggap itu baik dan mana
yang dianggap itu kurang baik, di siniliah beberapa permasalahan muncul di
lingkungan, baik itu akan berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,bahkan
juga ada yang sampai merugikan masyarakat dan meresahkan,
Semua itu tergantung pada
lingkungan yang mereka dalami, lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap
perilaku dan karakter setiap individu, baik di masa balita maupun remaja,
apabila kita salah memilih lingkungan maka akan terjerumuslah kita ke hal yang negatif,
akan tetapi jika kita dapat memilih sebagai manusia yang diberi akal tentu saja
kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Klitih atau kejahatan jalanan
memang akhir akhir ini sering terdengar di telinga kita baik dari media maupun
dari kabar burung yang sampai ke kita, hal tersebut tidak luput dari pergaulan
yang di dalaminya, karena hal tersebut bukanlah ajang untuk mendapatkan apa
yang dia mau akan tetapi kebanyakan mereka melakukan hal itu dengan alasan agar
mendapatkan kebanggaan dan pengakuan dari kelompoknya, pasti apabila dalam
suatu kelompok seseorang merasa tidak mampu melakukanya hal tersebut menjadi tekanan
tersendiri bagi dirinya.
Disiniliah muncul tindak kejahatan jalanan atau yang
sering kita dengar dengan istilah klitih, dan dari beberapa kasus yang terjadi
kejadian tersebut dilakukan oleh para remaja bahkan mereka yang masih dibangku
sekolah, karena dimana masa muda adalah waktu dimana kita menemukan jati diri
kita.hal ini tentu saja menjadikan sebuah terror bagi masyarakat yang sering
bepergian malam atau bekerja hingga larut malam, perasaan tidak tenang dan was
was sering mereka alami saat keluar malam,
Maka dari itu kita sebagai
orangtua ataupun tetangga sebaiknya memantau pergaulan anak anak di masa
milenial seperti saat ini, dengan demikian kita dapat mengarahkan anak untuk
bergaul ke dalam pergaulan yang terarah dan dapat menjadikan karakter anak. Dengan
demikian kita mulai dari diri kita untuk menekan tindak kejahatan jalanan
maupun kejahatan yang lain di lingkungan masyarakat.
PENTINGNYA MENGENDALIKAN EMOSI BAGI MAHASISWA KELAS KARYAWAN
Dosen pengampu : Dr. Arundati Shinta, M. A
Tugas Psikologi Sosial
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Emosi merupakan luapan perasaan senang
maupun sedih yang di picu oleh faktor eksternal maupun internal diri kita,
emosi juga berkaitan dengan suasana hati individu, pasti setiap orang pernah
mengalami hal ini dalam keseharianya, karena pada dasarnya setiap individu
memiliki tingkatann emosional yang berbeda beda, mungkin ada yang sangat mudah
emosi ada juga yang bisa mmeredam emosinya dengan berbagai cara dan alasan
tertentu,
Di Indonesia khususnya di provinsi
D.I.Yogyakarta yang sering di sebut dengan kota pelajar tentu saja banyak sekali
mahasiswa baik dari luar kota maupun dalam kota yang melaksanakan perkuliahan
di Yogyakarta, karena kita ketahui bersama banyak universitas yang terdapat di
Yogyakarta, banyak juga aneka ragam budaya yang ada di Yogyakarta karena hampir
setengah mahasiswa adalah mahasiswa yang berasal dari luar daerah, tentu saja
banyak kepribadian yang sering kita temui.
Yogyakarta juga memiliki
universitas yang memiliki kelas malam atau sering kita dengar dengan sebutan
kelas karyawan, ya tentu saja mereka yang berkuliah kelas karyawan tentu saja
memiliki berbagai alasan mengapa mereka memilih kelas karyawan untuk dia tempuh
di bangu kuliah, ada yang sudah berkeluarga dan tidak memiliki banyak waktu
untuk melaksanakan perkuliahan regular, ada juga yang sudah bekerja dan hanya
memiliki waktu pada sore dan malam hari
Dalam hal ini tentu saja banyak
dari mereka yang melaksanakan kuliah di kelas karyawan memiliki banyak tekanan
secara psikologis, apalagi bagi mereka yang sudah bekerja dan memiliki
keluarga, melaksanakan pembelajaran atau mengerjakan tugas dalam kondisi capek
tentu saja dapat memancing emosi dalam diri pada setiap individu, apalagi bagi
mereka yang bekerja tentu saja sering merasakan suntuk dan hasrat ingin
meluapkan rasa capeknya dengan refreshing.
Dengan demikian sangannlah penting
bagi mahasiswa kelas karyawan dalam mengontrol dan menjaga stabilitas emosinya
demi lancarnya keberlangsungan pembelajaran di bangku kuliah, banyak cara dan
strategi untuk mengatur itu semua, tergantung pada diri setiap individu itu
mencari kegiatan untuk mengobati suntuk dalam menjalankan perkuliahan, ada yang
selalu menyempatka weekend untuk berlibur dan bersantai ada yang menjalankan
hobinya dirasa cukup untuk mengobati lelah, dan ada juga yang melampiaskan
dengan memeihara hewan.
Apabila emosi individu dalam
menghadapi permasalahan tersebut tidak dapat mengontrolnya dapat menjadikan
stress dalam hidupnya, mulailah mengenali dirimu sendiri dimana saat kalian
memahami dan mengenali dirimu sendiri maka akan tahu kapan, dimana dana pa yang
harus kalian lakukan untuk menghadapi permasalahan tersebut, apabila hal
tersebut belum kalian temukan dalam diri kalian disitulah tambahan beban yang
kalian hadapi, yaitu memikirkan apa yang harus diakukan saat suntuk dan penat
setelah menjalani keseharian.
Maka dari itu sangatlah penting
bagi kita untuk dapat menggontrol emosi agar dapat menenangkan diri kita masing
masing dalam menghadapi kehidupan yang tentu saja setiap indibidu tidk selalu
memiliki kesamaan dalam hidupnya, awali dengan mengenali diri masing masing
maka satu langkah lebih baik untuk menghadapi problematika kehidupan.
PENTINGNYA EDUKASI PEMANFAATAN AIR SEJAK DINI
Air menjadi
bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan tidak terpisahkan dari
kehidupan semua makhluk hidup yang berada di bumi seperti hewan maupun tumbuhan.
Bahkan tubuh manusia sendiri terkandung 75% air. Maka dari itu, sangatlah penting
bagi kita untuk memenuhi kebutuhan air yang cukup bagi tubuh setiap harinya
untuk menggantikan air yang ada dalam tubuh kita
Selain sangat
penting bagi tubuh manusia air juga menjadi ragam kebutuhan lain dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mengolah makanan, mencuci piring dan
pakaian kotor, serta membersihkan diri. Namun seberapa pentingnya air itu dan
apa saja kandungan yang ada didalamnya? Meski air tampaknya hanya bening, namun
secara ilmiah ia tersusun dari beberapa senyawa dan mineral penting.
Sedangkan kita
ketahui bahwa serakah telah menjadi sifat manusia mulai dari dulu, apalagi
manusia merupakan makhluk konsumtif. Sampai saat ini pun sifat serakah masih
juga menjamur. Sejak kecil anak–anak
sudah cenderung untuk bersifat serakah. Contohnya saja, jika punya anak kecil
yang masih berumuran balita. Kalau kita punya satu dan dia juga punya satu,
pasti dia akan menangis untuk mendapatkan apa yang kita punya. Agar supaya dia
memiliki semua mainan dan kawannya tidak mendapatkanya sama sekali. keinginan
untuk memburu kepentingan diri dan hasrat menguasai adalah memang sifat dasar
dari manusia sejak kecil tanpa terkecuali.
Dalam hal ini
kita sebgai manusia yang menyadari sifat dasar manusia sebagai makhluk yang
serakah harusnya paham apa yang harus kita lakukan dan harus sebijaksana apa
kita menghadapi kehidupan yang semakin lama semakin bertambahnya populasi
manusia, dengan semakin bertambahnya populasi manusia maka akan menyempitnya
lahan pertanahan sebagai tempat tumbuhnya makhluk hidup dan ekosistem
didalamnya terutama pepohonan dan tumbuhan sebagai tempat cadangan air tanah,
maka dari itu semakin lama akan semakin berkurangnya air bersih di lingkungan
kita sebab menipisnya cadangan air di tanah,
Dengan
demikian kita sebagai orang dewasa dan juga makhluk tuhan yang diberi akal
sehat alangkah baiknya sejak dini kita berfikir tentang pentingnya air di dunia
ini, semua itu dapat kita mulai dengan hal hal kecil seperti berhemat air,
membuang sampah pada tempatnya, memelihara ekosistem di lingkungan kita, dan
hal lain sebagainya, alangkah kebih baiknya apabila sejak dini kita memberikan
edukasi dan paham tentang air kepada balita, kita ketahui bahwa di masa balita
adalah masa paling tepat untuk bermain, akan tetapi di samping bermain sebaiknya
kita menyisipkan pembelajaran agar supaya kelak saat dewasa akan selaalu
teringat masa kecil dengan apa yang mereka lakukan
Menyiram
tanaman bukanlah hal yang sulit, bukan juga hal yang perlu modal besar, dengan
kita menanam tanaman sayuran di halaman rumah kita dapat menjadikanya bahan
maakanan juga bisa sebagai penyimpan air tanah secara alami, maka dari itu
dengan hal kecil yang sangat bermanfaat kita edukasikan anak kita agar
menyadari bahwa air tidak hanya bisa untuk mainan saja akan tetapi dapat
menjadikan manfaat bagi tumbuhan, dengan demikian anak akan senang dan yang
sebelumnya menggunakan air untuk bermain dan tidak bermanfaat di sini kita
edukasikan pemanfaatan air sebagai suplemen bagi tumbuhan,
Cukup dengan
dua kali sehari kita ajak anak kita untuk menyayangi tumbuhan maka akan menjadi
sebuah kedisiplinan dan akan tertanam sampai dia dewasa nanti, akan tetapi
semua itu harus dilakukan dengan pengawasan orang dewasaa walaupun hal tersebut
tidak berbahaya.
KEKUATAN NETIZEN NEGARA +62
Di era modern ini, perkembangan teknologi
sangatlah pesat. Teknologi baik berupa alat-alat yang menunjang khusus untuk
pekerjaan manusia serti robot, personal computer, kendaraan dengan fitur
terkini, maupun alat-alat yang menunjang kelancaran komunikasi manusia seperti
gadget. Fitur-fitur dalam perangkat gadget itu sendiri juga seiring bertambah
tahun juga semakin canggih pula, yang semakin lengkap dan tentunya semakin bisa
menunjang keperluan-keperluan yang manusia itu sendiri inginkan. Mulai dari
fitur alat hitung, game yang berbasis online, maupun sosial media. Tiap
jenis-jenis aplikasi itu sendiri juga memiliki macam yang banyak, meski pada
dasarnya memiliki kegunaan yang sama. Pada tulisan saya kali ini, pembahasan
akan saya fokuskan pada media sosial dan aktivitas menonjol netizen Indonesia
dalam menggunakannya.
Apa itu media sosial? Menurut P.N Howard
dan M.R Parks (2012) Media sosial adalah media yang terdiri atas tiga bagian,
yaitu : Insfrastruktur informasi dan alat yang digunakan untuk memproduksi dan
mendistribusikan isi media, Isi media dapat berupa pesan-pesan pribadi, berita,
gagasan, dan produk-produk budaya yang berbentuk digital, Kemudian yang
memproduksi dan mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital adalah individu,
organisasi, dan industri. Kemudian menurut Michael Cross (2013) Media sosial
adalah sebuah istilah yang menggambarkan bermacam-macam teknologi yang
digunakan untuk mengikat orang-orang ke dalam suatu kolaborasi, saling bertukar
informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang berbasis web. Dikarenakan
internet selalu mengalami perkembangan, maka berbagai macam teknologi dan fitur
yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami perubahan. Hal ini menjadikan
media sosial lebih hypernym dibandingkan sebuah referensi khusus terhadap
berbagai penggunaan atau rancangan. Dari kedua pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa media sosial adalah media daring yang digunakan untuk
kebutuhan komunikasi jarak jauh, proses interaksi antara user satu dengan user
lain, serta mendapatkan sebuah informasi melalui perangkat aplikasi khusus
menggunakan jaringan internet. Tujuan dari adanya social media sendiri adalah
sebagai sarana komunikasi untuk menghubungkan antar pengguna dengan cakupan
wilayah yang sangat luas.
Lalu, bagaimaan aktivitas di dalamnya?
Penggunaan sosial media merupakan hak tiap-tiap orang atau individu, berarti
hal ini tiap orang bebas menggunakan bagaimanapun sesuai dengan kehendak mereka
dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Maka, seharusnya sudah semesthinya untuk
menggunakannya dengan bijak dan terarah mengingat zaman sekarang ini selain
terdapat aturan yang mengikat manusia di dunia nyata, aturan juga dibuat dan
diterapkan untuk para pengguna jejaring sosial media pula, di Indonesia UU ITE
misalnya.
Sayangnya, bisa kita lihat belum semuanya
menggunakan jejaring sosial media ini dengan bijak dan terarah. Beberapa
kejadian di sosial media yang sempat viral adalah aktivitas netizen Indonesia
yang ramai-ramai mematikan akun Instagram official kompetisi badminton dunia
yang kala itu dianggap curang untuk menghentikan langkah atlet badminton
Indonesia. Tak kalah viral pula aktivitas netizen Indonesia yang menyerbu akun
selebgram perempuan asal Kazakhstan, yang memberikan pesan-pesan kurang
mengenakkan serta beramai-ramai untuk unfollow akun Instagram officialnya,
bahkan hingga memberikan sangat banyak dislike pada unggahan karya selebgram
tersebut di youtube officialnya. Serta yang baru-baru ini, penyerbuan akun
“koboi fortuner” founder salah satu platform restock namun ternyata salah
sasaran oleh netizen. Yang mereka banned merupakan akun restock perusahaan lain.
Belum lagi aktivitas-aktivitas individu lain yang pernah memberikan komentar
dengan unsur melecehkan, merendahkan, serta mengandung unsur SARA yang dapat
dipidanakan.
Lebih lagi, terdapat pula sikap-sikap
netizen yang mudah untuk terprovokasi oleh akun-akun yang memang memiliki motif
tertentu yang menyebarkan informasi-informasi yang tidak benar atau hoax.
Mudahnya para netizen terprovokasi ini tentu sangat merugikan, yang mana mereka
tidak mengetahui secara persis sebenarnya mengenai apa yang mereka komentari
itu dan ini membuat mereka menjadi “latah informasi”, dimana mereka dengan
segera mengomentari suatu topik atau bahasan tanpa dasar dan tanpa ada
referensi kuat terlebih dahulu.
Disini dapat disoroti bahwa memang penggunaan
sosial media merupakan hak masing-masing, namun baiknya harus selalu diingat
dan dipedomani untuk menggunakannya dengan positif dan terarah agar tidak
merugikan. Saat kita membaca dan mengetahui informasi di suatu media sosial,
baiknya kita juga mencari tahu terlebih dahulu dari berbagai sumber guna
mengetahui lebih banyak informasi dan melihatnya dari berbagai sudut pandang.
Hal ini semua dimaksudkan agar dapat membawa dampak baik serta lebih
bermanfaat.
Daftar Pustaka:
Buletin
Psikologi UGM 2017, Vol.25, No. 1, 36 – 44 Perilaku Penggunaan Media Sosial
beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Terapan
http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/13625/0
MEMAHAMI
HUBUNGAN TERHADAP SAHABAT DAN BATASAN-BATASANNYA BERDASARKAN TEORI AJZEN dan
FISHBEIN
Oleh
:
AGUNG
SAPRIANTO
(NIM
20310410040)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundhati Shinta MA.
Memahami dan memprediksi perilaku
manusia telah menjadi perhatian khusus para peneliti selama bertahun-tahun.
Selain itu, asumsi bahwa pengetahuan tentang sikap akan membantu dalam tugas
memprediksi perilaku manusia telah menjadi dasar bagi banyak penelitian
konsumen dan sosial. Sikap dianggap memainkan peran penting dalam teori
perilaku manusia sebagai penghubung penting antara apa yang dipikirkan orang
dan apa yang mereka lakukan.
Secara
umum diasumsikan bahwa prediksi perilaku paling baik dicapai dengan pemahaman
dan pengukuran variabel kognitif. Mungkin asumsi paling mendasar yang mendasari
konsep sikap adalah anggapan bahwa sikap dalam beberapa cara, membimbing,
mempengaruhi, mengarahkan, membentuk, atau memprediksi perilaku actual.
Salah
satu penjelasan yang ditawarkan untuk ketidakkonsistenan dalam temuan
sikap-perilaku adalah bahwa secara historis peneliti belum secara universal
menyetujui komponen atau elemen dari sikap membangun, dan sebagai
konsekuensinya, mereka juga tidak menyetujui definisi eksplisit tentang sikap.
Tanpa definisi yang jelas tentang sikap yang tersedia, tidak ada pendekatan
yang jelas tentang bagaimana sikap harus diukur, yang mengarah ke berbagai
ukuran 'sikap' yang dilaporkan dalam literatur awal. Dalam mengenali kesulitan
awal dengan hubungan sikap-perilaku, Ajzen dan Fishbein mengajukan teori di
mana konsep sikap diperiksa dalam bagian-bagian yang terpisah. Secara khusus,
dasar untuk kerangka konseptual Ajzen dan Fishbein disediakan oleh perbedaan
mereka antara empat komponen: keyakinan, sikap, niat, dan perilaku
·
Keyakinan
Sikap seseorang diyakini terbentuk sebagai
respons terhadap perolehan keyakinan tertentu. Keyakinan adalah blok bangunan fundamental yang
mendasari kerangka konseptual Ajzen dan Fishbein. Mereka mengandaikan bahwa
orang dapat memperoleh kepercayaan atas dasar pengamatan langsung, atau
informasi yang diterima dari sumber luar, atau melalui berbagai proses
inferensi. East (1990) menjelaskan bahwa kebanyakan orang memegang keyakinan
positif dan negatif tentang suatu objek (misalnya orang, tindakan), dan sikap
dipandang sesuai dengan pengaruh total yang terkait dengan keyakinan mereka.
Misalnya, keyakinan bahwa 'perdana menteri adalah pemimpin yang efektif'
mengaitkan objek 'perdana menteri' dengan atribut positif 'pemimpin yang
efektif'. Di sisi lain, seseorang mungkin juga percaya bahwa objek, 'perdana
menteri' dengan atribut “pemimpin yang tidak efektif”, Oleh karena itu, konsep
sikap dapat dilihat sebagai seperangkat keyakinan, setiap keyakinan dapat
dianggap sebagai atribut yang terpisah, dan keseluruhan sikap seseorang
terhadap objek merupakan fungsi dari evaluasinya terhadap atribut tersebut.
Orang yang berbeda mungkin memiliki keyakinan yang sama tentang berbagai objek
tetapi mungkin memberi mereka bobot evaluatif yang sangat berbeda. Dengan
demikian, keyakinan yang sama dapat menghasilkan sikap yang berbeda, bergantung
pada bobot evaluatif yang diberikan. Oleh karena itu, individu akan berbeda
dalam sikap mereka tentang katakanlah, preferensi pemilihan politik, tergantung
pada kekuatan dan campuran kepercayaan.
·
Sikap
Sikap
terhadap suatu objek belum tentu terkait dengan sikap berperilaku terhadap
objek itu, dan bahwa kegagalan peneliti untuk mengenali perbedaan sikap ini
telah menyebabkan ketidakakuratan dalam prediksi perilaku. Misalnya, seseorang
mungkin memiliki sikap yang sangat disukai terhadap suatu partai politik
(objeknya), tetapi tidak cenderung memilih pada pemilihan berikutnya (perilaku
terhadap objek tersebut). Karenanya, korelasi antara sikap terhadap objek dan
tindakan terhadap objek tersebut mungkin tidak tinggi. Oleh karena itu, Ajzen
(1988) menyarankan jika tindakan terhadap perilaku yang ingin diprediksi oleh
peneliti, maka sikap untuk melakukan tindakan inilah yang perlu diukur.
·
Niat
Selama bertahun-tahun para peneliti berasumsi
bahwa hubungan antara sikap dan perilaku adalah langsung. Artinya, semakin
disukai suatu sikap, semakin besar kemungkinan seseorang berperilaku sesuai
dengan sikap tersebut, tanpa ada variabel lain yang mengganggu hubungan
tersebut. Namun, Ajzen dan Fishbein (1980) membantah asumsi ini, dan
berpendapat bahwa upaya untuk memprediksi perilaku hanya dengan mengukur sikap
tidak akan berhasil. Dalam kerangka konseptual Ajzen dan Fishbein, sikap
dipandang sebagai satu penentu utama niat seseorang untuk melakukan perilaku
tersebut. Namun, keyakinan lain juga dianggap relevan untuk pembentukan niat
berperilaku (Ajzen & Fishbein, 1970). Keyakinan normatif adalah keyakinan
yang terjadi karena pengaruh orang lain terhadap apakah seseorang harus atau
tidak harus melakukan perilaku yang dimaksud. Misalnya, pengaruh teman,
keluarga, atau rekan kerja dapat berdampak pada niat seseorang untuk memilih
partai politik. Ini menjelaskan mengapa dua orang mungkin memiliki sikap yang
sama terhadap, katakanlah, Partai Hijau, tetapi mungkin berperilaku berbeda
dalam hal pemungutan suara politik, tergantung pada sejauh mana orang lain
memengaruhi tindakan mereka. Selain sikap dan keyakinan normatif, Ajzen (1985)
mengakui bahwa pembentukan niat untuk bertindak juga dapat dipengaruhi oleh
aspek-aspek yang tidak berada di bawah kendali kemauan seseorang, seperti
persyaratan kemampuan tertentu, atau sumber daya yang diperlukan. Misalnya,
selain keyakinan sikap atau keyakinan normatif, niat seseorang untuk memilih
juga dapat dipengaruhi oleh kemampuannya untuk pergi ke tempat pemungutan suara
pada Hari Pemilihan. Untuk alasan ini
·
Perilaku
Ajzen
dan Fishbein melihat niat perilaku sebagai anteseden langsung dari perilaku
terbuka yang sesuai; oleh karena itu, prediksi perilaku terbaik adalah niat
seseorang untuk melakukan perilaku tersebut. Namun, kesederhanaan yang tampak
dari pendekatan ini agak menipu. Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan ada dua
faktor yang dapat mengganggu hubungan niat-perilaku. Yang pertama adalah waktu
intervensi antara niat yang dinyatakan dan waktu sebenarnya dari tindakan
tersebut. Karena seringkali tidak praktis untuk mengukur niat seseorang segera
sebelum kinerja perilaku, ukuran niat yang diperoleh pada satu waktu mungkin
tidak mewakili niat orang tersebut pada saat observasi perilaku (East, 1990).
Ini disebabkan oleh fakta bahwa niat perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor
situasional, yang dapat mengintervensi dan mengganggu hubungan sikap-perilaku.
Pada gilirannya hal ini mengarah pada situasi di mana niat perilaku tidak
sesuai dengan perilaku yang sebenarnya. Sebagai contoh, Fishbein dan Ajzen
(1975) menjelaskan bahwa jika seseorang menyatakan niat untuk membeli mobil
dalam waktu tiga bulan, setiap perubahan dalam posisi keuangannya, harga mobil,
atau ketersediaan atau harga bensin dapat mempengaruhi. maksud tersebut.
Faktor
kedua yang disarankan Fishbein dan Ajzen (1975) menyebabkan masalah dalam
pengukuran sikap niat-perilaku dijelaskan sebagai tingkat kompatibilitas dalam
tingkat spesifisitas. Artinya, niat hanya dapat memberikan ukuran yang akurat
dari perilaku yang diprediksi jika ada kompatibilitas dengan apa yang
sebenarnya sedang diukur. Oleh karena itu, Fishbein dan Ajzen menyatakan
penting bahwa ukuran sikap dan niat yang diperoleh berada pada tingkat
spesifisitas yang sama dengan perilaku yang mereka coba prediksi, untuk
mencocokkan sebab dan akibat. Artinya, semakin tepat niat perilaku yang
diperoleh, semakin besar kemungkinan untuk secara akurat terkait dengan
perilaku selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA:
Oppenheim, AN (1992).
Desain kuesioner, wawancara dan sikap pengukuran. London: Pinter Publishers
Ltd.
Fishbein, M., &
Ajzen, I. (1975). Keyakinan, sikap, niat, dan perilaku: An pengantar teori dan
penelitian. Membaca, Massachusetts: Perusahaan Penerbitan Addison-Wesley.
Ajzen, I. (1988).
Sikap, kepribadian, dan perilaku. AS: The Dorsey Press.
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MASA PANDEMI
Pandemi Covid-19 adalah krisis kesehatan yang pertama
dan menjadi fokus di seluruh dunia.Pada awal bulan Januari 2020, korona atau
yang dikenal dengan Covid-19 ini mulai menjadi topik terhangat yang dibicarakan
oleh dunia. Indonesia sendiri melalui Presiden Republik Indonesia Bapak Joko
Widodo bersama Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto pada Senin tanggal 2
Maret 2020 mengumumkan bahwa Covid-19 sudah masuk ke Indonesia, sehingga siap
atau tidak Indonesia harus menghadapi, mencegah, dan melawan penyebaran
Covid-19 tersebut. Untuk itu Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan
kebijakan, salah satunya adalah bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH)
bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), yaitu melaksanakan tugas kedinasan di
rumah/tempat tinggalnya masing-masing untuk mencegah dan meminimalisir
penyebaran virus corona di masyarakat. Seperti halnya juga banyak Negara
lainnya yang memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan tinggi, universitas
dan kantor-kantor pemerintahan serta perusahaan swasta juga memberlakukan
bekerja dari rumah.
Pemerintah mengantisipasi penyebaran virus covid-19
melalui surat edaran yang dikeluarkan, terdapat 10 poin salah satunya adalah
anjuran untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring atau online.
Pembelajaran daring atau online memiliki kelebihan dan hambatan dalam
implementasinya. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia dengan cepat
melaksanakan intruksi yang telah dikeluarkan untuk dapat diterapkan di
institusi pendidikan (Yandwiputra, 2020).
Pencegahan penyebaran covid-19 dapat dilakukan dengan
cara menghentikan acara atau kegiatan yang menyebabkan masa berkumpul.
Pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka perlu ditinjau ulang pelaksanaannya
karena mengumpulkan banyak siswa dalam satu ruangan. Upaya pencegahan penularan
dapat dilakukan dengan cara meniadakan pembelajaran secara tatap muka yang
berhubungan secara fisik antara siswa dengan siswa lain maupun dengan pendidik
dapat meminimalisir penyebaran virus ini (Firman dan Rahman, 2020). Pengunaan
teknologi dapat menjadi alternatif dalam melaksanakan pembelajaran walaupun
siswa dengan pendidik tidak berada pada tempat yang sama (Milman, 2015).
Kondisi pendidikan seperti di atas tentunya menjadi
suatu tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Banyak fasilitas fisik maupun
nonfisik serta psikologis yang harus disediakan guna memperbaiki kualitas
pendidikan. Salah satu cara untuk memperbaiki kompleksitas kualitas pendidikan
adalah dengan meningkatkan prestasi belajar siswa (Alfassi, 2004). Untuk
meningkatkan prestasi belajar, melibatkan penguasaan keterampilan baru atau
peningkatan keterampilan yang sudah dimiliki siswa (Duncan dkk, 2007).
Menurut Azwar (2004), secara umum terdapat dua faktor
yang mempengaruhi peningkatan prestasi seseorang, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor
psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi umum seperti penglihatan
atau pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik seperi minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap, dan kesehatan
mental. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi tempat belajar,
perlengkapan belajar, materi belajar, kondisi lingkungan belajar, dukungan
sosial, serta pengaruh budaya. Semua faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa selama pandemi.
Dukungan sosial, menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa. Menurut House dan Kahn (1985)
dukungan sosial didefinisikan sebagai tindakan yang bersifat membantu yang
melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrumental, dan penilaian
positif terhadap individu dalam menghadapi permasalahannya. Sumber dukungan
yang diterima oleh siswa akan turut mempengaruhi perkembangannya. Dukungan
sosial memberikan perasaan yang berguna pada individu sehingga ia merasa
diterima. Dukungan akan bermanfaat apabila sesuai dengan situasi yang ada
(Kumalasari dan Ahyani, 2012). Sedangkan menurut Sarafino & Smith (2006),
dukungan sosial merupakan kehadiran orang lain yang dapat membuat individu
merasa nyaman diperdulikan, dihargai serta bantuan yang tersedia jika
diperlukan. Dukungan sosial mengacu pada tindakan yang sebenarnya dilakukan
oleh orang lain.
Berdasarkan penjelasan mengenai dukungan sosial di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan kehadiran dari
orang-orang sekitar yang memberikan keperdulian, penghargaan, dan bantuan
kepada individu yang bersifat membantu agar individu tersebut dapat menghadapi
permasalahannya sehingga ia merasa berguna dan merasa di terima dalam
lingkungannya.
Seorang siswa akan membutuhkan orang tua, keluarga,
teman, guru serta masyarakat di lingkungan tempat ia tinggal untuk mendapatkan
sumber dukungan sosial. Segala sesuatu yang terjadi pasti akan berakibat pada
dukungan sosial baik dari segi emosional, penghargaan, instrumental, maupun
informasi. Siswa yang memperoleh dukungan sosial, secara emosional akan merasa
lega karena diperhatikan, mendapat saran dan masukan yang menyenangkan pada
dirinya dari orang-orang sekitarnya. Hal tersebut dapat membuat siswa lebih
optikis dalam menjalani kehidupannya khususnya pada kegiatan belajarnya
walaupun terdapat tuntutan baru yang harus dihadapi.
Antara sekolah, guru, orang tua, teman, dan masyarakat
harus mampu memberikan dukungan sosial yang positif terhadap setiap siswa agar
mereka merasa nyaman dan senang dalam proses belajar. Peran dukungan sosial yang di terima siswa
dapat membangun kepercayaan, membantu mereka dalam memecahkan permasalahan dan
dapat memperbaiki pencapaian prestasi di sekolah (Lee dkk, 1999). Keberhasilan
siswa dalam meraih prestasi tidak lepas dari adanya dukungan sosial yang
berkontribusi dalam dirinya. Dukungan sosial yang paling berkontribusi bagi
siswa berasal dari keluarga (Conger, 1991). Dukungan sosial yang banyak
diterima yaitu dukungan emosional, diikuti dukungan spiritualm relasional,
informasional, material, dan temporal. Dukungan emosional berupa nasehat yang
diberikan oleh orang tua atau keluarga kepada anak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dukungan sosial secara langsung dari keluarga memiliki peran
utama dalam peningkatan prestasi siswa yang diikuti adanya peran guru dan teman
serta lingkungan sekitar selama pembelajaran di masa pandemi.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfassi, M. (2004). Effects of a
learner-centred environment on the academic competence and motivation of
students at risk. Learned Environments Research, 7, 1-22.
Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi
intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Conger, J.J. (1991).
Adolescenceandyouth: Psychological development in changing world. NewYork:
Harper and Row Publisher.
Duncan, G.J., Dowsett,C.J.,
Claessens,A., Magnuson,K., Huston, A.C., Klebanov, P., Japel, C. (2007). School
readiness and later achievement. Development Psychology,43 (6), 1428-1446.
Firman., & Rahman, S. R. (2020).
Pembelajaran online di tengah pandemi covid-19. Indonesian journal of
educational science (ijes), 02(02), 81-80.
House,T., & Kahn,R.L. (1985).
Measures and concept of social support. London: Academic Press Inc.
Kumalasari, F., & Ahyani, L. N.
(2012). Tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja
Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1),21-31.
Lee, V.E., Smith, J,B., Perry T,E.,
& Smylie, M.A. (1999). Social support, academic press and student
achievement. Chicago: AViewFromTheMiddle Gradesin.
Milman, N. B. (2015). The flipped
classroom strategy: What is it and how can it best be used?. Distance Learning,
9(3), 85-87.
Sarafino, E., & Smith, T. (2008).
Health Psychology Biopsychology Interanctions Seventh Edition. New Jersey: John
Wilay & Sons, Inc.
Yandwiputra, A. R. (2020). Kuliah
Jarak Jauh karena Virus Corona, UI: Bukan Lockdown. dalam Metro Tempo.co.
Retrieved from https://metro.tempo.co/read/1319537/kuliah-jarak-jauh-karenaviruscorona-ui-bukan-lockdown
EMBUNG PENYEDIA KEHIDUPAN
Air adalah sumber kehidupan. Sekitar
80—90% zat penyusun makhluk hidup pun berupa air. Sumber air beragam, di
antaranya dari presipitasi atau hujan, mata air, dan air bawah tanah. Sumber
air yang kurang termanfaatkan dan kerap terbuang adalah air hujan. Indonesia
sebagai negara tropis memiliki curah hujan tinggi, rata-rata 2.000—3.000 mm per
tahun. Jumlah itu kerap terbuang karena kurang optimalnya penampungan air.
Andai setiap tetes air hujan itu termanfaatkan, tentu irigasi untuk pertanian
bisa lebih optimal, mengingat banyak daerah pertanian di Indonesia berupa lahan
tadah hujan. Salah satu kiat yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan air hujan
adalah menampungnya, agar kelebihan air pada musim hujan bisa digunakan pada
musim kemarau. Embung bisa menjadi pilihan sebagai alat penampung air. Tidak
hanya air hujan, sumber air potensial lain seperti air sungai, air parit,
suplesi air irigasi, hingga air dari mata air pun bisa ditampung di embung.
Tak seperti sekarang, pada zaman dahulu
air masih sangat melimpah dan terjaga karena semua berjalan alami begitu saja,
tanpa ada campur tangan manusia dengan berbagai factor yang dapat menurunkan
kualitasnya. Namun di satu sisi, di zaman sekarang ini dengan segala teknologi
dan pemikirannya, manusia menggunakan air dibarengi dengan menggunakan
teknologi tersebut. Baik untuk menemukan sumber mata air itu sendiri maupun
untuk meningkatkan kualitas air agar tetap layak digunakan. Maka dari itu,
pemberdayaan air sangatlah diperlukan.
Pelestarian air oleh manusia memiliki
perbedaan di setiap daerah menyesuaikan dengan kondisi alam dan daerah
masing-masing. Sebagai contoh di desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunungkidul. Disini terdapat sebuah embung yang bernama Embung Jlamprong.
Lokasinya berada di pegunungan yang letaknya dikelilingi oleh persawahan,
perkebunan, dan terdapat goa yang lingkungannya dijaga keasliannya sekaligus
dijadikan sebuah tempat wisata.
Berdasarkan buku Pedoman Teknis Konservasi
Air Melalui Pembangunan Embung yang diterbitkan oleh Direktorat Pengelolaan Air
Irigasi, Kementerian Pertanian (2011) embung merupakan bangunan konservasi air
berbentuk cekungan disungai atau aliran air berupa urugan tanah, urugan batu,
beton dan/atau pasangan batu yang dapat menahan dan menampung air untuk
berbagai keperluan. Menurut (Rustam, 2010) embung adalah bangunan artifisial
yang berfungsi untuk menampung dan menyimpan air dengan kapasitas volume kecil
tertentu, lebih kecil dari kapasitas waduk/bendungan. Embung biasanya dibangun
dengan membendung sungai kecil atau dapat dibangun di luar sungai. Kolam embung
akan menyimpan air dimusim hujan dan kemudian air dimanfaatkan oleh suatu desa
hanya selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dengan urutan prioritas, penduduk,
ternak, dan kebun atau sawah. Jumlah kebutuhan tersebut akan menentukan tinggi
tubuh embung dan kapasitas tampungan embung.
Embung yang dibangun pada tahun 2015 ini
tergolong embung penampung air (storage dams) dalam jenisnya. Dikarenakan,
embung ini dibangun bertujuan untuk menyimpan air di musim hujan kemudian
dipergunakan di musim kemarau, dimana pada masa ini kebutuhan air meningkat
apalagi daerah ini adalah daerah dengan kontur tanah keras dan batuan karst
yang sulit menampung air. Ada pun air, maka sumbernya berada di bawah tanah,
terdapat sungai bawah tanah dimana terdapat air mengalir namun sulit dijangkau
oleh warga.
Selain digunakan untuk menampung air,
embung yang bervolume tampung 16.778 m3 ini juga digunakan warga
sekitar maupun warga dari daerah lain untuk memancing, olahraga jogging,
berwisata, ataupun kegiatan refreshing lainnya. Bahkan, pemerintah setempat
juga beberapa kali mengadakan acara untuk warganya disana.
Daftar Pustaka
http://e-journal.uajy.ac.id/17541/3/MTS026712.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/236378322.pdf
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6382
http://sda.pu.go.id/berita/view/pembangunan_4_embung_dan_kedaulatan_pangan_di_ta_2017_
Air bagi banyak keperluan dan kehidupan
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Bisa dikatakan dua per tiga bumi tempat kita tinggal ini adalah air dan satu per tiganya adalah daratan. Di dalam tubuh makhluk hidup (manusia) pun terdapat 60% air dari komponen penyusunnya. Sehingga bisa saja orang bertahan lama tidak makan, tetapi orang tidak akan bisa bertahan lama tanpa minum. Oleh karena itu dapat dikatakan air sangat penting, tanpa adanya air di muka bumi ini maka sangat mustahil ada kehidupan di dalamnya. Dengan demikian kita semua harus terus berusaha untuk mengelola air agar ekosistem alam tetap terjaga kelestariannya.
Diharapkan penggunaan air yang baik dan benar dapat memberikan contoh bagi tempat2 lain agar tetap menjaga bumi ini untuk bersama 🌏
📍Lokasi : Puton Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta
#hariairsedunia
#fakultaspsikologiup45
#psikologiup45
#hariairsemafpunipas
#lombafotosemafpunipas
PENGENDALIAN EMOSI ANGGOTA KEPOLISIAN SAAT TERJADI KERICUHAN PENGAMANAN SEPAK BOLA
Di
Susun Oleh :
Ade
Rei Enggi Wijaya
20310410034
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen
Pengampu : Dr.Arundhati Shinta, M.A
Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) merupakan salah satu lembaga Negara yang ada di Negara Republik
Indonesia yang dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Kapolri). Sebagai sebuah organisasi, Polri telah menerapkan sistem
sentralisme dimana ada satu kesatuan yang saling terkait antara Polri tingkat
pusat yaitu Mabes Polri sampai dengan Polri tingkat bawah yaitu Polisi Sektor
(Polsek) sebagai ujung tombaknya. Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada
kemampuannya untuk mengelola berbagai macam sumber daya yang dimilikinya, salah
satunya yang sangat penting yaitu sumber daya manusia. Sumber daya manusia
senantiasa melekat pada setiap sumber daya organisasi apapun sebagai faktor
penentu keberadaan dan peranannya dalam memberikan kontribusi ke arah
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Tujuan dari organisasi Polri, yaitu
menciptakan Kepolisian Republik Indonesia yang professional, salah satunya
dengan cara berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Hal itu
menjadi acuan dalam Polri sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat,
berada dekat masyarakat dan membaur bersamanya. Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa Tugas
Pokok Kepolisian Negara Indonesia adalah: Memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, Menegakkan hukum, dan Memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat. Tugas-Tugas tersebut harus dipahami, dihayati dan
dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang ada di organisasi Polri, yaitu semua
personil Polri. Kenyataan di lapangan bahwa banyak personil Polri yang tidak
memahami, menghayati, dan melaksanakan tugas dengan baik dan benar, sehingga
menimbulkan pandangan dan penilaian negatif dari masyarakat, yang dampaknya
dirasakan organisasi Polri. Jika tugas yang diemban tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya, maka kepercayaan masyarakat terhadap Polri tidak akan
pernah terwujud seperti yang diharapkan oleh institusi Polri selama ini.
Setiap anggota Polri di lapangan yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk melakukan berbagai tugas pembinaan
(perlindungan, pengayoman dan pelayanan) diharapkan harus bisa memberikan kesan
dan cermin Polri yang baik bagi masyarakat. Mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, cara berpakaian, cara berbicara, hingga pasca pelaksanaan tugas,
seorang anggota Polri harus dapat menampilkan sosok Polri yang baik, sehingga
di mata masyarakat Polri memiliki citra dan kesan yang baik. Pada pelaksanaan
tugasnya tersebut, anggota Polri dituntut untuk dapat memiliki kemampuan
berempati, membina hubungan dengan orang lain, terutama masyarakat, sesuai
dengan tugas utamanya, yaitu sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
Anggota Polri diharapkan dapat
mengelola emosi dalam dirinya agar dapat memiliki stabilitas emosi dalam
bekerja sehingga dapat mempertahankan kinerjanya dengan baik, serta dapat
mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya pada situasi dan kondisi yang
tepat.
Polisi adalah aparat penegak hukum
yang memiliki tugas dalam menjaga ketertiban masyarakat dan berperan sebagai
penjaga keseimbangan antara kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya,
misalnya hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat dengan
kepentingan orang lain yang menikmati haknya, misalnya hak untuk bekerja, hak
untuk bergerak, hak untuk beristirahat, dan sebagainya. Polisi dalam
undang-undang diberi kewenangan dan kekuasaan luas untuk menjaga ketertiban dan
ketentraman masyarakat. Polisi berwenang mengatur masyarakat di jalanan, di
tempat-tempat umum, serta mengawasi dan memaksa mereka untuk patuh pada aturan
sehingga undang-undang berjalan semestinya (Kunarto& Tabah, 1995).
Setiap anggota polisi dituntut untuk
memiliki sifat-sifat agresif sekaligus penyabar, yang akan menuntun
pertimbangannya dalam setiap situasi yang ia hadapi. Kerusuhan dapat diredam
dengan penggunaan kekuatan kepolisian dengan perkuatan kompi-kompi pengendali
massa, kritik tajam pengunjuk rasa, teriakan-teriakan dianggap penghujatan,
karenanya dalam menghadapi kerusuhan seringkali yang menonjol adalah justru
balas dendam melalui penggunaan kekerasan yang berlebihan (Ismail, 2001).
Akhir-akhir ini banyak sekali
pertandingan sepakbola yang berlangsung di wilayah hukum Polda D.I. Yogyakarta
yang tepatnya di Stadion Maguwoharjo dan Stadion Mandala Krida. Pertandingan
tersebut adakalanya berjalan dengan aman dan lancar, tetapi terkadang terjadi
kericuhan. Misalnya pada tanggal 15 Mei 2019 pertandingan antara PSS Sleman
melawan Arema FC yang berakhir dengan kericuhan.
Kericuhan sempat terjadi sebelum laga PSS Sleman vs Arema FC
dimulai namun berhasil diredam. Kericuhan justru terjadi lagi dan
mengakibatkan wasit harus menghentikan pertandingan antara menit ke
29-30. Dalam kericuhan
di laga PSS Sleman vs Arema FC,
suporter PSS Sleman dan pendukung Arema FC terlihat adu
lempar dengan menggunakan serpihan keramik serta batu. Penyebab kerusuhan
pertandingan itu bukan pendukung PSS Sleman
dan Arema FC
tetapi hanya beberapa provokator
yang merusak jalannya pertandingan tersebut.
Hal ini menyebabkan Anggota
Kepolisian berjibaku untuk mengendalikan Massa yang Anarkis. Sehingga
menyebabkan Anggota Kepolisian mengendalikan Emosinya untuk tetap tenang dan
Fokus untuk mengendalikan Massa agar situasi lekas aman kembali.
Tindakan
kekerasan pada saat menghadapi Suporter Sepak Bola yang Anarkis menunjukkan
bahwa masih ada sebagian anggota kepolisian yang tidak mampu mengendalikan
emosinya. Dalam aksi pengamanan Sepakbola seharusnya aparat kepolisian tidak
mudah terpancing dan tetap bisa mengendalikan diri disaat supporter mulai
bertindak anarkis. Massa yang anarkis tidak harus dilawan dengan kekerasan.
Kesabaran hati serta adanya kemampuan mengontrol emosi saat menghadapi
supporter yang anarkis akan membuahkan kebaikan, yakni kekerasan tidak terjadi
dan bentrokan pun bisa dihindarkan.
Referensi
:
Kapolri (2006). Peraturan Kapolri
NO. POL : 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa.
Rahardi, H. Pudi.2014.Hukum
Kepolisian: Kemandirian, profesionalisme, dan
Reformasi Polri, Surabaya: Laksbang
Grafika.
Ridwan, Syafiudin.2012. Manajemen
Amarah Petugas Pengendalian Massa (Dalmas) Polda Jatim.