Sabtu, 03 April 2021

MARAKNYA AKSI KLITHIH DI ERA GLOBALISASI

 MARAKNYA AKSI KLITHIH DI ERA GLOBALISASI

Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial


Elsa Kusumandari (20310410041) 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Dosen Pengampu : Arundhati Shinta, M. A



Klitih, satu kata yang asing di telinga orang dari luar Yogyakarta. Tapi bagi orang Yogyakarta, klitih merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindak kekerasan jalanan yang dilakukan kalangan pemuda atau pelajar.

Pelaku klitih ini biasanya terdiri lebih dari satu orang menggunakan senjata tajam seperti pedang, golok, dan ada juga gir sepeda motor yang telah dimodifikasi.

Aksi klitih kebanyakan dilakukan pelaku di malam hari. Para pelaku melakukan aksi kekerasan tidak pandang bulu. Bahkan kebanyakan mereka menyerang orang yang tidak dikenalnya.

Ruas jalan yang sepi hingga tempat nongkrong, seperti warung bubur kacang ijo (Burjo) atau warung kopi menjadi incaran para pelaku klitih. Tidak hanya luka senjata tajam yang diderita korban. Beberapa kejadian klitih bahkan membuat nyawa orang tak bersalah melayang.

Istilah klitih kini juga sering digunakan pihak kepolisian dan pemerintah di daerah Yogyakarta. Bahkan pada akhir 2016 lalu, saat laporan akhir tahun Polda DIY menggunakan klitih untuk menggambarkan kekerasan di kalangan pelajar. Polda DIY mencatat ada 43 kejadian klitih di wilayah setempat.

Dari sisi psikologis, perilaku klithih ini banyak dikaitkan dengan sifat-sifat anak remaja di mana mereka memasuki usia rentan. Pada usia remaja, biasanya mereka belum bisa mengendalikan emosi dengan baik.
berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya aksi klithih dari sisi psikologis pelaku :

1.Menunjukkan Eksistensi Diri
Masa remaja adalah masa di mana mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi diri. Sebenarnya perilaku ini bisa diarahkan ke hal-hal yang positif seperti berkecimpung di bidang seni, olahraga, tulis-menulis, dan sebagainya. Namun jika remaja tidak diarahkan dengan baik, maka dikhawatirkan akan terjerumus ke hal-hal negatif, salah satunya klithih.

Berdasarkan jurnal yang ditulis Laili Hanik Atum Maria yang berjudul Analyzing The Perpetrators Of Klithih Based On The Criminal Profiling In Yogyakarta Regional Police, perilaku klithih yang terjadi di kalangan remaja karena mereka ingin menunjukkan jati diri.

2.Minim Perhatian Keluarga
Salah satu faktor penyebab seorang remaja melakukan tindakan klithih adalah minimnya perhatian keluarga. Pendidikan keluarga, dalam hal ini orang tua merupakan pintu pertama pendidikan yang didapatkan seorang anak.

Berdasarkan data dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, sebagian besar pelaku klithih berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah. Selain itu ada pula yang berasal dari keluarga broken home.

3.Kecerdasan Emosional yang Rendah
Usia remaja adalah periode di mana kecerdasan emosi (EQ) belum terbentuk secara matang. Rata-rata orang yang suka melakukan kekerasan biasanya memiliki kecerdasan emosional pada level pertama, yaitu memahami diri sendiri.

Mereka belum mampu mencapai level dua yaitu mampu mengendalikan diri, apalagi mencapai level tiga yaitu memahami orang lain, dan level empat, yaitu mengendalikan orang lain.

4. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Berdasarkan jurnal karya Zulfikar Pamungkas yang berjudul Fenomena Klithih Sebagai Bentuk Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Budaya Hukum di Yogyakarta, fenomena klithih disebabkan karena munculnya rasa ingin tahu atau coba-coba.

Hal ini sebenarnya wajar karena mereka tengah memasuki masa pubertas. Mereka biasanya memiliki rasa ingin tahu apakah hal yang orang lakukan juga bisa Ia lakukan.

5.Rendahnya Motivasi Belajar
Dalam jurnal yang berjudul Klithih, Faktor, Risiko dan Developmental Pathway karya Arum Febriani juga disebutkan bahwa salah satu faktor penyebab klithih adalah karena mereka malas belajar.

Salah satu faktor ini ditandai dengan seringnya membolos sekolah, cenderung memiliki konflik terhadap guru. Mereka juga memandang diri sebagai anak yang kurang baik dibanding dengan teman-teman sebayanya. Mereka juga malas mengikuti pelajaran di sekolah karena dinilai membosankan.

Cara agar Remaja tidak salah bergaul dan tidak melakukan perilaku menyimpang yaitu sebagai berikut,


1. Di Lingkungan Keluarga

Upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial di rumah memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga luas. Di dalam hal ini, masing-masing anggota keluarga harus mampu mengembangkan sikap kepedulian, kompak, serta saling memahami peran dan kedudukannya masing-masing di keluarga. 
A. Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak, sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan.
B.Memberikan punnish and reward, artinya bersedia memberikan teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak berbuat baik atau memperoleh prestasi.

2.Di Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan sosial. 
A. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
B. Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di rumah.

3. Di Lingkungan Masyarakat. Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola pikir seseorang. Dalam hal ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter anak yang baik.
A. Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat diminimalisasikan.

Daftar Pustaka :

https://www.google.co.id/amp/s/amp.tirto.id/cara-atasi-kejahatan-jalanan-klitih-di-jogja-menurut-kriminolog-exiv

https://m.merdeka.com/jateng/dari-sisi-psikologis-pelaku-ini-5-faktor-penyebab-klithih.html


0 komentar:

Posting Komentar