TRANS DISOSIATIF
Ana Istiqomah
163104101126
Mata Kuliah
Psikologi Abnormal
Ada berbagai macam gangguan mental yang
dapat terjadi pada manusia, salah satunya trans disosiatif. Di Indonesia, trans
disosiatif ini lebih dikenal dengan istilah kesurupan. Kondisi trans biasanya
terjadi pada perempuan dan seringkali dihubungkan dengan stres dan trauma
(Barlow dan Durran, 2002: 177). Hal ini karena perempuan
lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Orang
yang sugestible ini lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi korban
kejahatan hipnotis.
Trans
disosiatif adalah gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan sementara aspek
penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungan, dalam
beberapa kejadian individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh
kepribadian lain, kekuatan ghaib, malaikat atau “kekuatan lain” (Maslim, 2002:
82).
Kriteria
diagnostik untuk trans disodiatif menurut DSM IV TR (2002), yaitu:
a)
Salah satu (1)
atau (2)
1.
Trance, yaitu
perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang biasanya
terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh identitas pengganti,
disertai dengan sekurangnya satu dari berikut:
a.
Penyempitan
kesadaran tentang sekeliling, atau penyempitan dan pemusatan perhatian selektif
yang tidak biasanya terhadap stimuli lingkungan.
b.
Perilaku atau
gerakan stereotipik yang dirasakan di luar kendali orang tersebut.
2.
Trance kesurupan
(possession trance), suatu perubahan tunggal atau episodik dalam keadaan
kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi yang lain
dengan identitas pribadi. Hal ini dipengaruhi oleh suatu roh, kekuatan, dewa,
atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu (atau lebih) berikut ini:
a.
Perilaku atau
gerakan stereotipik dan ditentukan secara kultural yang dirasakan sebagai
pengendalian oleh makhluk lain yang memasuki (possessing agent).
b.
Amnesia penuh
atau sebagian terhadap kejadian.
b)
Keadaan trance
atau trance kesurupan adalah tidak diterima sebagai bagian normal dari praktek
kultural atau religius kolektif.
c)
Keadaan trance
atau trance kesurupan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Gejala-gejala
yang timbul saat seseorang mengalami trans disosiatif ini antara lain badan
menjadi kaku, tidak sadar akan diri sendiri, terkadang sangat keras, disertai
teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan kaan tetapi tidak ada air mata. Orang
yang mengalami trans ini biasanya kejang-kejang, dengan pandangan mata
kebingungan, tidak mau diajak bicara, mencoba menyakiti diri sendiri, dll.
Menurut
Kartono (1981: 86), trans disosiatif ini disebabkan oleh faktor psikologis dan
kultural yang menimbulkan stres dan ketegangan kuat yang kronis pada seseorang.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain ialah predisposisi pembawaan,
berupa sistem syaraf yang lemah; tekanan-tekanan mental; disiplin dan kebiasaan
hidup yang salah; penggunaan deffence mechanisme yang keliru dan maladjustment;
kondisi fisik yang tidak menguntungkan.
Contoh
kasus, fenomena kesurupan yang sering terjadi pada buruh pabrik. Hal ini
kemungkinan terjadi karena stres beban kerja yang berat dan tuntutan-tuntutan
kebutuhan hidup di kota yang kemudian menjadi pemicu terjadinya fenomena
kesurupan tersebut.
Jadi,
menurut saya trans disosiatif ini atau yang lebih dikenal dengan fenomena
kesurupan memang terjadi akibat adanya tekanan psikologis dan beberapa faktor
lain. Dilihat secara ilmiah maupun kepercayaan kultural, keduanya memiliki
kesamaan bahwa faktor psikologis merupakan penyumbang terbesar terjadinya
fenomena trans disosiatif tersebut. Dan boleh jadi trans disosiatif ini
merupakan salah satu cara pelepasan stress individu terhadap masalah yang ia
alami.
Referensi
Diniari, N. K. Sri, dan Hanati, Nyoman. (2012). Kesurupan,
Tinjauan Dari Sudut Budaya Dan Psikiatri. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 43(1),
37-40. file:///C:/Users/hp/AppData/Local/Temp/4949-1-7744-1-10-20130307.pdf
Harsono. (2012). Gambaran
Trans Disosiatif Pada Mahasiswi. Journal of Social and Industrial Psychology,
1(2), 59-65. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip
0 komentar:
Posting Komentar