Minggu, 15 April 2018

Gangguan Kepribadian Skizoid


        Gangguan Kepribadian Skizoid
Nama : Meissy Bella Sari
Nim : 163104101143
Psikologi Abnormal



Isolasi sosial adalah ciri utama dari gangguan kepribadian schizoid, orang yang dengan kepribadian schizoid kehilangan minat pada hubungan sosial. Emosi dari orang dengan kepribadian schizoid tamoak dangkal atau tumpul, namun pada derajat yang lebih rendah dibandingkan skizofenia.
Ciri-ciri gangguan skizoid, orang tersebut tampak jarang mengalami kemarahan, kebahagiaan dan kesedihan yang kuat, mereka tampak jauh dan menjaga jarak, wajah mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional, dan mereka jarang bertukar senyum sosial atau salam yang disertai anggukan kepada orang lain. Mereka tanpak tidak berpengaruh terhadap kritik atau pujian dan tampak terbungkus dalam ide-ide abstrak daripada dalam pikiran mengenai manusia. Meski mereka lebih senang menjaga jarak dari orang lain, mereka membina kontak yang lebih baik dengan realitas daripada orang yang menderita skizopenia. Pola kepribadian skizoid umumnya dapat dikenali saat awal dewasa, pria dengan gangguan ini jarang berkencan atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini cenderung merima ajakan romantic secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinisiatif untuk membina hubungan atau mengembangkan ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.
Akhtar (1987) menyatakan bahwa kemungkinan terdapat kesenjangan antara penampilan luar dan kehidupan terdalam dari orang-orang dengan kepribadian skizoid. Merki mereka terlihat memiliki sedikit minat terhadap seks, misalnya. Mereka mungkin memiliki keinginan voyeuristic dan menjadi tertarik pada pornografi. Akhtar juga menyatakan bahwa perilaku menjauh dan menjaga jarak osial dari orang-orang dengan kepribadian skizoid mungkin hanya dipermukaan saja. Mereka juga memiliki sensitivas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam tentang orang lain, dan harapan akan cinta yang tidak dapat mereka ekspresikan.
Contoh kasus gangguan kepribadian skzoid, John pensiunan polisi berusia 50 tahun, mencari penanganan selama beberapa minggu setelah anjingnya ditabrak mobil dan mati. Sejak kematian aningnya, John merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit berkonsentrasi dan juga sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih senang sendirian, membatasi kontaknya dengan orang lain dengan hanya mengatakan “halo” atau “apa kabar?” sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung bila ada orang lain yang mencoba membina persahabatan dengannya. Meski ia hobi membaca surat kabar dan tetap mengikuti perkembangan dari peristiwa terkini, ia tidak memilii minat yang nyata terhadap manusia. Ia bekerja sebagai penjaga keamanan dan digambarkan oleh rekan kerjanya sebagai “penyendiri”. Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya, yang dengannya ia merasa dapat berbagi perasaan yang lebih sensitive dan lebih hangat daripada yang dapat ia bagi dengan orang lain. Saat natal, ia akan brtukar kado dengan anjingnya, membelikan hadiah untuk anjingnya dan membungkus sebotol scotch untuk dirinya sendiri sebagai hadiah dari binatang tersebut. Satu-satunya peristiwa yang pernah membuatnya sedih adalah kehilangan anjingnya. Sebaliknya, kehilangan orang tuanya tak mampu membangkitkan suatu respon emosional. Ia merasa dirinya berbeda dari orang lain dan bingung dengan adanya emosionalitas yang dia lihat pada orang lain.
Menurut saya orang yang mengalam gangguan kepribadian skizoid akan lebih menjadi tertutup atas perasaannya, terutama bila berada ditengah-tengah orang asing. Tapi orang yang berkepribadian skizoid jarang selalu mengeskpresikan emosi dan tampak jauh seta menjaga jarak, namun emosinya tidak dangkal atau setumpul emosi orang yang skizopenia. Serta orang yang memiliki gangguan skizoid memiliki perasaan yang lebih mendalam trhadap binatang dari pada terhadap sesame, mereka menunjukkan sedikit tidak ada minat pada sesame namun mengembangkan perasaan yang kuat pada binatang.


Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar