Gangguan
Kepribadian Narsistik
Nama
: Meissy Bella Sari
Nim
: 163104101143
Psikologi
Abnormal
Orang
dengan gangguan narsistik memiliki rasa bangga dan keyakinan yang berlebihan
terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan
prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian, orang
pada gangguan ini bersidat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang
lain.
Ciri
dari orang yang mengalami gangguan narsistik adalah, melebih-lebihkan bahwa dirinya orang
yang istimewa., lebih fokus pada fantasi akan kebesaran dirinya (kesuksesan,
kecantikan, atau kepandaiannya), meyakini dirinya istimewa dan hanya bisa
dimengerti oleh orang yang juga istimewa, selalu butuh perhatian dan pujian
dari orang lain, punya kemauan tidak rasional akan perlakuan dari orang lain, suka
mengambil kesempatan dari orang lain demi keberhasilannya. kurang empati dan tak
peduli perasaan orang lain, sering cemburu dengan keberhasilan orang lain dan
yakin orang lain juga cemburu pada dirinya, perilakunya arogan.
Seorang narsistik mungkin tampak
memiliki harga diri yang tinggi, tetapi sebenarnya bisa saja sebaliknya. Ada
rasa ketidakamanan yang mendalam di balik eksterior dirinya yang besar. Pribadi
narsistik ingin orang lain untuk menjadi iri dengan dirinya, tetapi sebenarnya
dia adalah orang yang memiliki rasa cemburu yang besar dan merasa terancam oleh
prestasi orang lain. Seseorang yang memiliki kepribadian narsistik tidak bisa
mendengarkan dan sering menyela. Kepribadian jenis ini cenderung berkomunikasi
satu arah dan tidak memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara.
Contoh
kasus gangguan narsistik, David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama
kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal
pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia
secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru
yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada terapis
tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani
oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang
berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang
kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti
apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia
adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya hingga
tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David semakin
sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia memliki
pekerjaan yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi membutuhkan
bantuan ekonomi dario sang istri. Setelah perceraian tersebut, David memutuskan
bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka
menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias apaartemennya
dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali
berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David
merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun
merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya,
mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah (sumber :
Barlow & Durant, 1995).
Menurut saya Penderita narsisme
terjebak dalam lingkaran setan, di mana sebuah tindakan dapat membuat mereka
semakin mengalami kesulitan. Kondisi psikologis ambivalen (atau keadaan
memiliki hubungan yang ambivalen dengan seseorang yang penting) seperti itu,
jelas bukan keadaan yang nyaman. Nemiah juga menjelaskan bahwa penderita
narsisme besar kemungkinannya menderita kesulitan emosional, bila dihadapkan
pada kematian individu tempat dirinya bergantung dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan narsistiknya.
Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar