Gangguan
Paranoid
Nama
: Meissy Bella Sari
Nim
: 163104101143
Psikologi
Abnormal
Gangguan
kepribadian paranoid adalah perasaan curiga yang pervasive, cenderung untuk
menginterpretasi perliaku orang lain sebagai hal yang mengancam atau
merendahkan. Orang dengan gangguan ini sangat tidak percaya pada orang lain,
dan hubungan sosial mereka terganggu karenanya. Meski mereka mencurigai rekan
kerja aau penyelia mereka, pada umunya mereka tetap dapat bekerja.
Ciri
–ciri paranoid, penderita
paranoid pada umumnya akan memiliki rasa curiga yang berlebihan pada semua
orang, termasuk pada keluarga atau bahkan pasangannya. Penderita paranoid juga
akan sangat sulit untuk mempercayai orang lain, termasuk orang-orang
terdekatnya. Sulit memaafkan dan cenderung selalu menyimpan dendam di hatinya,
bagi seorang penderita paranoid, masalah-masalah kecil saja bisa menjadi begitu
rumit di dalam pandangannya, meskipun hal tersebut telah terselesaikan dengan
baik sebelumnya. Penderita paranoid tidak mudah melupakan, bahkan cenderung
menyimpan dendam atas berbagai masalah yang pernah dialaminya. Bukan hanya pada
masalah yang besar, kesalahan kecil yang dianggapnya telah dilakukan oleh
seseorang padanya juga akan menjadi catatan buruk yang sulit dimaafkan. Penderita
paranoid juga tidak mau untuk berbagi informasi tertentu yang dimilikinya
kepada orang lain. Hal ini bahkan dianggapnya sebagai sebuah ancaman, di mana
penderita berpikir dan memiliki rasa takut jika orang tersebut kelak akan
menyakitinya. Berbagai ketakutan dan juga kekhawatiran ini biasanya muncul
tanpa alasan yang kuat dari penderita paranoid. Reaksi yang berlebihan juga kerap
ditunjukkan oleh para penderita paranoid, bahkan pada hal-hal yang sebenarnya
tidak begitu penting. Penderita paranoid juga memiliki tingkat kecurigaan yang
sangat tinggi pada pasangannya. Selalu salah mengartikan kata-kata atau bahkan
sekedar sapaan dari orang lain.
Gejala yang dialami gangguan
paranoid, merasa cemas, takut, khawatir, dan tidak merasa nyaman pada
lingkungannya sekalipun. Merasakan halusinasi dalam bentuk suara, sehingga
sulit berkonsentrasi pada berbagai hal di sekitarnya. Mengalami perasaan cemburu yang tidak
realistis, hal ini juga berlangsung secara terus-menerus dan berulang. Mengalami
gangguan persepsi terhadap berbagai hal. Merasakan delusi kebesaran, di mana
penderita merasa dirinya memiliki kemampuan lebih daripada kenyataan yang
sebenarnya. Mengalami delusi paranoid secara rutin dan stabil, bahkan dalam
kurun waktu yang sangat panjang sekalipun.
Contoh kasus gangguan kepribadian
paranoid, seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh
pekerja sosial untuk menetukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta
istrinya yang sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan
gangguan mental. Ia dan istriya telah menikah selama 60 tahun, dan tampak bahwa
istrinya merupakan satu-satunya orang yang benar-benar ia percaya. Dia selalu
curiga pada orang lain, ia tidak akan mengungkap informasi pribadi pada siapa
pun kecuali istrinya, yakin bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya.
Saat menerima telepon ia akan menolak untuk menyebutkan namanya sampai ia tahu
maksud si penelepon. Ia selalu melibatkan dirinya dalam “pekerjaan yang berguna”
untuk mengisi waktunya, bahkan selama 20 tahun masa pensiunnya. Ia meluangkan
waktu yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar
dengan pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang
membuatnya curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang
curang.
Menurut saya kecurigaan orang yang
menderita gangguan kepribadian paranoid sangatlah berlebihan dan tidak
berdasar, orang yang memiliki kepribadian paranoid cenderung tidak mencari
penanganan untuk diri mereka, namun mereka memandang orang lain sebagai
penyebab dari masalah mereka. untuk menjauhkan diri dari gangguan paranoid haruslah dari keyakinan diri penderita itu sendiri, mampu mengetahui apa yang sedang ia alami dan juga dapat mengontrol diri dengan baik.
Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar