Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Rabu, 27 Maret 2024

Essay 2 Meringkas Jurnal Motivasi : Wildan Hanif Nurfauzan

 Pengaruh Motivasi Belajar Mahasiswa Psikologi Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah Metodelogi Riset Eksperiment

 

Psikologi Inovasi Essay 2 Meringkas Jurnal Motivasi

 

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA

 


 

 

Wildan Hanif Nurfauzan

 

21310410202

 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

2024

 

Topik

Motivasi belajar, Prestasi belajar Metodelogi Penelitian

Sumber

Nafeesa, Nafeesa & Siregar, Erlina Sari., (2022), Pengaruh Motivasi Belajar Mahasiswa Psikologi Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah Metodelogi Riset Eksperiment. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi dan Kesehatan (J-P3K), (2022), 150-153.

Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah bahwa motivasi belajar mahasiswa berpengaruh terhadap prestasi belajar pada mata kuliah Metodologi Riset Eksperimen, namun masih terdapat sebagian variabel lain yang tidak diketahui yang juga mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun motivasi belajar memberikan kontribusi yang signifikan, masih ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menggambarkan tingkat pengaruh motivasi belajar mahasiswa terhadap prestasi belajar mata kuliah Metodologi Riset Eksperimen. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana motivasi belajar mahasiswa dapat memengaruhi tingkat keberhasilan belajar pada mata kuliah tersebut.

Isi

· Motivasi belajar merupakan faktor penting yang mempengaruhi kesuksesan belajar mahasiswa dalam mata kuliah Metodologi Riset Eksperimen.

· Penelitian ini dilakukan sebagai studi kasus terhadap 26 mahasiswa psikologi semester VI di Universitas Medan Area, dengan menggunakan metode penelitian korelasi deskriptif.

· Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat pengaruh motivasi mahasiswa terhadap prestasi belajar mata kuliah Metodologi Riset Eksperimen.

· Data dikumpulkan melalui kuesioner tentang motivasi belajar dan hasil tes mahasiswa sebagai indikator prestasi belajar.

· Data diproses menggunakan perhitungan statistik dan korelasi rata-rata dengan bantuan SPSS 16.0.

· Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar mahasiswa, dengan pengaruh motivasi belajar sebesar 48,1% terhadap prestasi belajar mata kuliah Metodologi Riset Eksperimen.

· Studi ini juga menginformasikan pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, serta bahwa motivasi belajar yang tinggi dapat mempengaruhi hasil belajar yang baik.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel motivasi belajar dan prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Metodologi Riset Eksperimen. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui kuesioner tentang motivasi belajar dan mengukur prestasi belajar mahasiswa melalui hasil tes. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan statistik dan korelasi rata-rata dengan bantuan perangkat lunak statistik seperti SPSS. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam konteks mata kuliah tersebut.

Hasil

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Metodelogi Riset Eksperiment Penelitian. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa, semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai. Koefisien korelasi antara motivasi belajar dan prestasi belajar mencapai 0,693, yang mengindikasikan hubungan yang kuat antara kedua variabel tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh sebesar 48,1% terhadap prestasi belajar mahasiswa, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diketahui.

Diskusi

Diskusi penelitian tersebut dapat mengaitkan temuan dengan teori-teori yang relevan tentang motivasi belajar dan prestasi belajar. Misalnya, teori-teori seperti hierarki kebutuhan Maslow atau teori motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana motivasi belajar memengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Selain itu, diskusi juga dapat membahas implikasi temuan tersebut terhadap praktik pembelajaran di perguruan tinggi. Misalnya, universitas dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui berbagai metode, seperti memberikan penghargaan atau insentif bagi mahasiswa yang mencapai prestasi belajar tinggi. Diskusi juga dapat mencakup saran-saran untuk penelitian lebih lanjut, seperti menggali lebih dalam faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa atau bagaimana meningkatkan efektivitas metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Selain itu, penting juga untuk membahas batasan-batasan dari penelitian tersebut, seperti ukuran sampel yang mungkin terbatas atau metode pengumpulan data yang digunakan. Dengan memperhatikan batasan-batasan ini, penelitian selanjutnya dapat melakukan perbaikan dan pengembangan lebih lanjut terhadap temuan tersebut.

 

 

Esai 2 Psikologi Inovasi : Meringkas Jurnal Motivasi Puji Astutik (21310410164)

 

MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA SISWA/SISWI METHODIST 5 MEDAN

Puji Astutik

NIM : 21310410164 

Esai 2 : Meringkas Jurnal Motivasi

Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA


Topik

Motivasi berprestasi, konsep diri


Sumber

Tanadi, M., Sri, H. & Achmad, I.D.P . (2020). Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Konsep Diri pada Siswa/Siswi Methodist 5 Medan. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 22 No. 1, Februari 2020, 17-27.


Permasalahan

Saat ini taraf pendidikan di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Menurunnya taraf Pendidikan tersebut dikarenakan minat baca yang juga masih rendah. Kasus yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bangli. Siswa SMKN  1 dan 2 Bangli tidak naik kelas dikarenakan absen yang melebihi batas maksimal dan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kepala SMKN 1 Bangli mengungkapkan, siswa SMKN 1 Bangli yang dinyatakan tidak naik kelas sebanyak lima orang. Sementara siswa SMKN 2 bangli tahun ini terdapat 9 siswa yang tidak naik kelas. Melalui wawancara singkat yang dilakukan kepada 10 siswa siswi sekolah Methodist 5 Medan yang dilakukan pada bulan Juli 2019 diketahui bahwa terdapat siswa yang mengatakan kadang-kadang malas dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung, malas untuk mengulang pembelajaran di rumah. Selain itu siswa-siswa tersebut tidak menetapkan target dalam mencapai prestasinya.

Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui adanya korelasi konsep diri dengan motivasi berprestasi.

 

Isi

Pendidikan memegang bagian penting dalam meningkatkan sumber daya manusia agar berkembang menjadi lebih baik. Pendidikan dilaksanakan untuk menciptakan bangsa yang intelektual dan cerdas.

Bersekolah merupakan salah satu cara agar anak mendapatkan Pendidikan. Melalui sekolah setiap siswa diharapkan dapat belajar lebih baik (school as a place for better learning), sehingga potensi siswa dapat berkembang dengan optimal.

Dalam meraih prestasi di sekolah bukanlah hal yang mudah bagi sebagian anak. Anak-anak sering dihadapkan pada berbagai kendala baik secara internal  maupun eksternal. Banyak murid yang menganggap sekolah hanya untuk sekedar dikatakan mampu naik kelas atau lulus saja.

Motivasi berprestasi merupakan sarana serta alat untuk mencapai prestasi yang maksimal. Tingginya motivasi berprestasi seorang siswa akan menunjukkan perilaku maupun tindakan yang membedakan dirinya dengan siswa yang rendah motivasi dan keinginan belajarnya.

Konsep diri ialah salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Seseorang dengan konsep diri yang positif jika menghadapi kegagalan, individu tersebut tidak akan takut dan tidak akan menganggap dirinya lemah, tetapi akan mencoba dan menemukan hal-hal yang menyebabkan kegagalan tersebut dan berusaha memperbaiki. Seseorang dengan konsep diri positif selalu optimis dan realistis. 

Sumbangan konsep diri berperan paling besar (44,7%) dalam mempengaruhi motivasi berprestasi pelajar dan selebihnya 55,3% dipengaruhi faktor lain seperti dukungan sosial, resiliensi, kepercayaan diri, efikasi diri, kebiasaan belajar, optimisme masa depan, regulasi emosi, konformitas, dan adversity intelligence.

 

Metode

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian adalah pelajar kelas X, XI, dan XII di SMA Methodist 5 Medan. Jumlah sampel sebanyak 167 pelajar dari total populasi 315 pelajar. Dalam menentukan jumlah sampel menggunakan Teknik disproportionate stratified random sampling. Teknik analisis data menggunakan metode korelasi Product Moment (Pearson Corellation).


Hasil

Terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA Methodist 5 Medan, yang berarti semakin positif konsep diri maka semakin tinggi motivasi berprestasi, dan sebaliknya jika semakin negatif konsep diri maka semakin rendah motivasi berprestasi.


Diskusi

Siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan selalu bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan sehingga akan berusaha mengerjakan setiap tugas yang dimilikinya tepat waktu.

Ajakan teman untuk bermain terkadang membuat pelajar lupa untuk mengerjakan tugasnya sehingga tidak maksimal dalam mencapai prestasi di sekolah.

Peran guru dan juga guru BK dalam menasehati murid-murid dengan cara yang baik berpengaruh positif bagi diri pelajar untuk membentuk konsep diri yang baik tentang diri mereka.

Bagi siswa-siswi agar tetap mengembangkan potensi dan kemampuan diri untuk selalu berpikir positif dan memiliki kesadaran untuk meningkatkan dan memacu semangat motivasi dalam berprestasi sehingga bisa menyelesaikan Pendidikan dengan baik dan tercapai cita-cita.


 

Selasa, 26 Maret 2024

Esai 2 Psikologi Inovasi : Meringkas Jurnal Motivasi Prabawati Tresnaning Jati (21310410175)

 

ESSAI 2  MERINGKAS JURNAL

Prabawati Tresnaning Jati

21310410175 / SP

PSIKOLOGI INOVASI / FAKULTAS PSIKOLOGI

Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta

Dosen : Dr., Dra. Arundati Shinta MA



Topik

The Motivation at Work Scale: Validation Evidence in Two Languages

Sumber

Educational and Psychological Measurement 70(4) 628 –646 © 2010 SAGE Publications

Permasalahan

Meskipun motivasi kerja merupakan salah satu topik utama dalam perilaku organisasi, namun tidak banyak survei motivasi kerja yang ada. Pengecualian mencakup ukuran perbedaan individu oleh Amabile, Hill, Hennessey, dan Tighe (1994) dan ukuran orientasi tujuan oleh VandeWalle (1997). Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan dan memvalidasi skor pada Skala Motivasi di Tempat Kerja / Motivation at Work Scale (MAWS) berdasarkan kerangka teori penentuan nasib sendiri (SDT; Deci & Ryan, 1985b, 2000). SDT menawarkan konseptualisasi multidimensi motivasi yang memungkinkan penilaian tingkat motivasi dan jenis motivasi.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan MAWS dan menguji struktur faktorial dan validitasnya dalam dua bahasa Perancis dan Inggris

Isi

Sebagaimana dikemukakan dalam Gagne dan Deci (2005), motivasi kerja dipengaruhi oleh faktor disposisional dan situasional. Faktor disposisional dapat mencakup ciri-ciri kepribadian seperti optimisme, serta orientasi kausalitas yang tertanam dalam (Deci & Ryan, 1985b) yang dapat mempengaruhi reaksi orang terhadap peristiwa dan keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Faktor situasional dapat mencakup cara pekerjaan dibagi, diorganisasikan, dan dirancang, serta kualitas hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan, dan klien. Sistem penghargaan dan pengakuan juga cenderung mempengaruhi motivasi kerja (Gagne & Forest, 2008). MAWS dapat berfungsi sebagai alat yang berguna untuk melakukan penelitian yang mengkaji bagaimana berbagai jenis motivasi kerja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini.

MAWS juga dapat digunakan untuk mempelajari hasil berbeda yang terkait dengan jenis motivasi berbeda. Bahkan ada pendapat bahwa motivasi otonom setara dengan mengukur keterlibatan kerja (Meyer & Gagne, 2008). Berbagai subskala MAWS dapat digunakan secara terpisah untuk menguji efek-efeknya yang terpisah (Koestner & Losier, 2002), atau subskala tersebut dapat digabungkan menjadi tipe otonom dan terkontrol untuk menyederhanakan analisis. Agregat ini juga dapat berfungsi untuk menguji kemungkinan efek interaksi.  peneiti menyarankan teknik ini menggunakan indeks penentuan nasib sendiri (Ryan & Connell, 1989), yang terdiri dari pengurangan motivasi terkontrol dari motivasi otonom. Penggunaan skor perbedaan telah banyak dikritik (Zuckerman, Gagne, Nafshi, Knee, & Kieffer, 2002) karena menutupi pengaruh variabel masing-masing.  peneiti berharap MAWS akan membantu penyebaran penelitian organisasi yang menggunakan kerangka teori penentuan nasib sendiri, yang telah memberikan hasil yang sangat berguna di bidang lain.

Metode

Skala Motivasi di Tempat Kerja / Motivation at Work Scale (MAWS) dikembangkan sesuai dengan konseptualisasi motivasi multidimensi yang didalilkan dalam teori penentuan nasib sendiri. Para penulis meneliti struktur MAWS pada sekelompok 1.644 pekerja dalam dua bahasa berbeda, Inggris dan Perancis.  Peneliti membuat MAWS dalam dua bahasa berbeda, menilai strukturnya menggunakan analisis faktor konfirmatori dengan uji invarian, dan menguji kaitannya dengan anteseden dan hasil yang relevan dengan perilaku organisasi

Hasil

Hasil yang diperoleh dari sampel ini menunjukkan bahwa struktur motivasi kerja lintas bahasa secara konsisten disusun menjadi empat jenis berbeda: motivasi intrinsik, regulasi yang teridentifikasi, regulasi yang diintrojeksi, dan regulasi eksternal. Subskala MAWS diperkirakan terkait dengan konstruksi perilaku organisasi. Pentingnya skala multidimensi baru ini untuk pengembangan penelitian motivasi kerja baru dibahas.

Diskusi

MAWS dikaitkan dalam arah yang diharapkan dengan konstruksi lain yang relevan dengan domain perilaku organisasi. Motivasi otonom dikaitkan dengan hipotesis pendahulunya, seperti kepuasan kebutuhan psikologis akan kompetensi, keterhubungan, dan otonomi serta dengan dukungan dan optimisme organisasi yang dirasakan. Motivasi terkendali tidak berhubungan dengan pendahulunya. Motivasi otonom juga berhubungan positif dengan hasil yang dihipotesiskan, seperti kepuasan kerja, kesejahteraan, dan komitmen afektif, dan berhubungan negatif dengan niat berpindah dan tekanan psikologis. Meskipun  peneiti memperkirakan motivasi yang terkendali berhubungan negatif dengan hasil,  peneiti menemukan bahwa hal itu tidak berhubungan dengan hasil. Satu-satunya hasil yang berhubungan dengan motivasi yang dikendalikan, seperti yang diharapkan dalam Meyer et al. (2004), adalah komitmen kelanjutan. Hal ini mendukung pernyataan SDT bahwa motivasi otonom menghasilkan hasil yang lebih positif dibandingkan motivasi terkontrol dan sependapat dengan sejumlah penelitian yang telah menunjukkan keuntungan menggunakan penilaian motivasi yang lebih berbeda, karena bentuk motivasi yang berbeda menghasilkan konsekuensi yang berbeda (Deci & Ryan, 2000; Koestner & Losier, 2002).

Perbedaan rata-rata antara skor pekerja yang bekerja di berbagai sektor menunjukkan bagaimana peneliti dapat mengharapkan motivasi kerja bervariasi sebagai fungsi dari sejauh mana pekerjaan membuat karyawan merasa mandiri, kompeten, dan berhubungan dengan orang lain. Analisis kovarians sependapat dengan premis teori penentuan nasib sendiri, dan juga dengan premis Model Karakteristik Pekerjaan (Hackman & Oldham, 1975), dimana pekerjaan dengan karakteristik berbeda memberikan kepuasan kebutuhan psikologis dasar secara berbeda, sehingga mempengaruhi jenis motivasi yang akan diadopsi orang di tempat kerja. Secara khusus, pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kebutuhan psikologis kemungkinan besar akan menumbuhkan motivasi otonom, namun tidak mengubah tingkat motivasi yang terkendali

Secara keseluruhan, penelitian kali ini menunjukkan bahwa peneliti memperoleh hasil yang jauh lebih baik dengan motivasi mandiri dibandingkan dengan motivasi terkendali. Motivasi yang terkendali tidak selalu buruk, hanya saja motivasi tersebut tidak mempunyai banyak pengaruh terhadap hasil yang dinilai oleh organisasi. Ada kemungkinan bahwa motivasi yang terkendali akan dikaitkan secara positif dengan hasil organisasi yang tidak diinginkan, seperti perilaku menyimpang.  peneiti masih memerlukan penelitian untuk memperluas temuan  peneiti bahwa mendorong motivasi otonom adalah jalan menuju hasil organisasi yang sukses. Misalnya, Kacmar, Andrews, Van Rooy, Steilberg, dan Cerrone (2006) baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat turnover dapat mempengaruhi penjualan dan keuntungan. Karena kepuasan kebutuhan telah terbukti mempengaruhi turnover aktual pada pekerja sukarela (Gagne, 2003), nampaknya masuk akal bahwa motivasi otonom akan memberikan mekanisme yang berguna untuk mempengaruhi turnover aktual dan kesuksesan finansial organisasi. (Hutan, Gilbert, Beaulieu, LeBrock, & Gagné, 2009).

Kelebihan

Penelitian ini memberikan bukti validitas lintas budaya dari skala motivasi kerja, menunjukkan kemampuannya untuk mengukur konstruk motivasi kerja dengan konsistensi yang tinggi di antara populasi yang berbicara bahasa yang berbeda.

Validasi skala motivasi kerja dalam dua bahasa memungkinkan replikabilitas hasil oleh peneliti independen dalam konteks budaya yang berbeda, meningkatkan kepercayaan terhadap validitas instrumen tersebut.

Keterbatasan

Semua data dikumpulkan secara cross-sectional menggunakan laporan mandiri, yang dapat menyebabkan masalah varians metode yang umum.

Sampel hanya terbatas pada pekerja kanada, sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memvalidasi skor MAWS dalam budaya dan bahasa lain serta jenis pekerjaan dan organisasi lain.


 

Esai 1 Psikologi Inovasi: Meringkas Film Youtube "The Theory of Everything" Vina Milatul Azka (21310410181)

 

Esai 1 : Meringkas Film Youtube

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Dosen : Dr. Arundati Shinta, MA



Judul : The Theory of Everything

Vina Milatul Azka

21310410181

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Topik

The Theory of Everything menceritakan kisah kehidupan Stephen Hawking di Universitas Cambridge. Nasib buruk  menimpa Stephen saat dia terjatuh dan mengalami benturan keras di kepalanya.

Sumber

The Theory of Everything : Durasi : 1:26:14 https://youtu.be/gb8k26w2R40?si=Njf_H8X1HMLeSGOI

Ringkasan film

"The Theory of Everything" merupakan film yang menceritakan kisah ilmuwan jenius Stephen. Cerita dimulai dengan kehidupan Stephen di Cambridge, yang mempertemukan dia dan Jane. Suatu saat, Stephen terjatuh dan mengalami luka parah di kepalanya. Kejadian ini menyebabkan dia  didiagnosis menderita penyakit neuron motorik. Penyakit dimana fungsi otot seluruh tubuh terhenti, namun kinerja otak tidak  menurun. Dokter mengatakan Stephen hanya punya waktu dua tahun untuk hidup. Stephen menyerahkan makalah kepada komite peninjau yang menyatakan bahwa lubang hitam pada Big Bang memancarkan panas dan menciptakan alam semesta yang berakhir pada Big Bang. Saat merayakan kesuksesan tesisnya bersama Jane dan teman-temannya. Stephen menyadari tidak bisa berjalan dan mulai menggunakan kursi roda. Stephen mengembangkan  teori tentang visibilitas lubang hitam dan menjadi fisikawan terkenal di dunia. Jane terlalu fokus pada anak-anaknya dan kesehatan Stephen sehingga tidak dapat mengerjakan makalahnya dan merasa frustrasi. Stephen memberi tahu Jane bahwa Stephen akan mengerti jika Jane membutuhkan bantuan. Jane bergabung dengan paduan suara gereja, dia bertemu dengan janda Jonathan dan keduanya menjadi teman dekat. Jane mempekerjakan Jonathan sebagai guru piano putranya. Jonathan berteman dengan keluarga lain, membantu Stephen mengatasi penyakitnya, mendukung Jane, dan bermain dengan anak-anak. Singkat cerita, Jane melahirkan anak laki-laki lain yang merupakan hasil dari perselingkuhannya dengan Jonathan. Saat Jane dan Jonathan pergi berkemah bersama anak-anak, Stephen diundang  menghadiri pertunjukan opera di Bordeaux dan jatuh sakit karena pneumonia. Dokter memberi tahu Jane bahwa Stephen memerlukan trakeotomi, yang akan mencegahnya berbicara. Jane setuju untuk dioperasi. Stephen belajar menggunakan papan ejaan dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan Elaine perawat barunya. Ia mendapatkan komputer dengan sintesis bunyi dan menggunakannya untuk menulis buku, A Brief History of Time, yang menjadi buku dengan penjualan terbaik secara internasional. Jane dan Stephen setuju untuk bercerai. Stephen kuliah bersama Elaine. keduanya jatuh cinta. Stephen menyaksikan seorang mahasiswa menjatuhkan pena di kampus. Dia membayangkan dia bisa bangkit dan mengembalikannya. Dia hampir menangis ketika mengingat dampak penyakitnya terhadap dirinya. Dia kemudian memberikan pidato yang mengharukan: “Kita semua berbeda dan hidup bisa jadi buruk, tapi selalu ada sesuatu yang bisa Anda lakukan dan sukses. Selama masih ada kehidupan, masih ada harapan”.

Permasalahan

Meski mengalami penyakit yang serius hingga membuat Stephen kesulitan untuk melakukan aktivitas secara mandiri, namun Ia tidak pernah berhenti untuk berkarya. Bahkan saat dikhianati oleh istrinya, Stephen tetap bisa menerima semua itu. Dari perjuangannya hingga menjadi seorang fisikawan dan menciptakan buku dengan penjualan terbaik secara internasional patut dicontoh dan ditiru semangatnya oleh para Mahasiswa untuk berinovasi dan berpikir kreatif.

Opini saya

Film ini sangat menginspirasi dan layak untuk ditonton. Selain itu dapat memberi motivasi pada kita sebagai mahasiswa untuk semangat berkarya dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.

 

Esai 1 Psikologi Inovasi: Meringkas Film Youtube "The Imitation Game" Adip Norman Fatkuri (21310410176)

 

 

ESSAY 1 PSIKOLOGI INOVASI –MERINGKAS FILM

"THE IMITATION GAME"

2014

ADIP NORMAN FATKURI

21310410176



Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA

TOPIK

Pentingnya sikap dan kepribadian individu dalam proses inovasi dan pencapaian luar biasa dalam kehidupan.

 

SUMBER

https://www.youtube.com/watch?v=xKbpIrLvrz0&t=4417s 

 

RINGKASAN

"Imitation Game" adalah film biografi yang dirilis pada tahun 2014, yang disutradarai oleh Morten Tyldum. Film ini mengisahkan kehidupan Alan Turing, seorang matematikawan, logikawan, dan ahli komputer asal Inggris, yang memainkan peran penting dalam memecahkan kode Enigma Jerman selama Perang Dunia II.

 

Alan Turing, diperankan oleh Benedict Cumberbatch, adalah seorang pria yang brilian namun eksentrik. Dia direkrut oleh pemerintah Inggris untuk bergabung dengan tim yang bekerja untuk memecahkan kode Enigma, sebuah kode rahasia yang digunakan oleh Nazi Jerman untuk mengirim pesan-pesan mereka. Turing, dengan pendekatannya yang inovatif dan mesin yang dibuatnya, berhasil menciptakan mesin dekripsi yang efektif yang dikenal sebagai "Bombe", yang membantu memecahkan kode Enigma dan memberikan keunggulan taktis kepada Sekutu dalam perang.

 

Dalam perjuangannya untuk memecahkan kode ini, Turing bekerja sama dengan tim ahli, termasuk Joan Clarke (diperankan oleh Keira Knightley). Meskipun Turing adalah seorang genius, dia sering kali kesulitan berinteraksi secara sosial dan sering bertentangan dengan atasan militernya.

 

Film ini juga menyoroti masa lalu Turing yang rumit, Dia harus berurusan dengan sikap anti-sosialnya, termasuk hubungannya dengan teman sekolahnya Christopher Morcom, dan juga fakta bahwa dia adalah seorang homoseksual dalam sebuah masyarakat yang pada saat itu sangat intoleran terhadap orientasi seksualnya.

 

Dalam perjalanannya memecahkan kode Enigma, Turing mengembangkan mesin dekripsi yang kemudian dikenal sebagai mesin Turing. Meskipun upayanya pada awalnya dipandang skeptis oleh rekan-rekannya, akhirnya mesin ini membuktikan keberhasilannya dalam memecahkan kode Enigma.

 

Namun, Turing juga harus menghadapi cobaan pribadi setelah perang, ketika dia ditangkap karena orientasi seksualnya yang dianggap ilegal pada waktu itu. Dia dipaksa untuk menjalani "terapi" pengubahan orientasi seksual dan pada akhirnya meninggal karena bunuh diri pada tahun 1954.

 

Setelah kematiannya, pengetahuan akan kontribusi Turing dalam memecahkan kode Enigma dan pengembangan mesin Turing semakin dihargai. Mesin-mesin yang dikembangkannya menjadi landasan bagi perkembangan komputer modern dan kecerdasan buatan.

PERMASALAHAN

Alan Turing, seorang matematikawan dan kriptografer brilian, mengalami berbagai konflik internal dan eksternal sepanjang hidupnya. Dia terus berjuang dengan eksentrisitasnya, kesulitan berinteraksi sosial, dan ketidaknyamanannya dalam berurusan dengan atasan militernya. Selain itu, Turing menghadapi ketidakadilan karena orientasi seksualnya yang homoseksual, yang membuatnya harus menjalani "terapi" dan mengalami penindasan.

 

Hubungan pribadinya dengan Christopher Morcom, teman dekat yang meninggal, memberikan wawasan tentang kehidupan pribadinya dan dampak pengalaman tersebut. Di tempat kerja, terutama dalam tim memecahkan kode Enigma, Turing menghadapi ketegangan dengan anggota tim dan atasan militernya.

 

Perjuangannya untuk mendapatkan pengakuan atas ide-idenya, terutama dalam pengembangan mesin dekripsi, juga menjadi bagian penting dalam cerita. Namun, ketidakadilan yang dihadapinya setelah perang, ketika dia ditangkap dan dihukum atas orientasi seksualnya, menjadi puncak dari semua konflik yang dia alami, menyebabkan penderitaan emosional yang mendalam dan akhirnya mengakibatkan kematiannya.

OPINI

Dari sudut pandang psikologi inovasi, "The Imitation Game" menggambarkan kreativitas Alan Turing dalam mengembangkan mesin dekripsi untuk memecahkan kode Enigma, menekankan pentingnya berpikir di luar batas-batas yang ada. Film ini juga menyoroti tekanan yang dihadapi oleh inovator seperti Turing, termasuk penolakan dan konflik internal. Hubungan pribadi Turing memberikan wawasan tentang bagaimana emosi dan pengalaman pribadi dapat memengaruhi inovasi seseorang. Diskriminasi seksual yang dialaminya juga menunjukkan hambatan sosial terhadap inovasi. Akhirnya, film ini menggarisbawahi dampak jangka panjang inovasi Turing dalam sejarah, menyoroti pentingnya usaha untuk menciptakan perubahan yang signifikan untuk dunia.

 

Essay 2 Meringkas Jurnal Motivasi oleh Arjun Fanandito (21310410200)

 ESAI 2 – Meringkas Jurnal Tentang Motivasi

Pemberian Motivasi serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Telekomunikasi Jakarta

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA

 



Oleh:

Nama: Arjun Fanandito

NIM: 21310410200

Kelas: Psikologi SJ

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

TOPIK

Pemberian Motivasi serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Telekomunikasi Jakarta

SUMBER

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta/article/view/8838/0

(Jurnal Rani Kurniasari Univ. BSI)

PERMASALAHAN

Tidak adanya motivasi kerja yang baik pada karyawan, tidak mempunyai semangat bekerja, mudah menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya alhasil kinerja yang dihasilkan juga tidak memuaskan.

Maka dari itu Pimpinan perusahaan menyadari bahwa harus ada penggerak untuk membuat karyawan mereka untuk tetap bekerja lebih giat dan semangat dalam melaksanakan tugasnya

TUJUAN

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada salah satu perusahaan telekomunikasi di Jakarta Selatan yang bergerak di bidang industri Teknologi.

ISI

Ada beberapa pengertian motivasi . Salah satunya menurut Winardi (20011:1), istilah motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti bergerak (to move). Kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan pegawai yang “mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

Sukses tidaknya suatu organisasi, sangat tergantung dari aktifitas dan kreatifitas sumber daya manusianya. Untuk itu, hal utama yang harus diperhatikan seorang manajer ialah membangkitkan gairah kerja karyawannya.

Peranan manajer sangat besar dalam memotivasi karyawan agar bekerja sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Pentingnya motivasi dikarenakan motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja keras, giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal.

Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.

METODE

Data penelitian diperoleh melalui kuesioner, observasi dan studi pustaka yang kemudian diolah dengan menggunakan uji statistik. Data penelitian ini terdiri dari karakteristik 50 responden. Data variabel X (Kompensasi) dan data variabel Y (Motivasi Kerja). Untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara Pemberian motivasi terhadap kinerja karyawan pada perusahaan telekomunikasi maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan program SPSS.

Kemudian jawaban dari para responden dijadikan masukan oleh penulis untuk menganalisis tingkat kedua hubungan variabel tersebut. Namun, sebelum penulis menganalisis tingkat kedua hubungan variabel tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen dimana butir-butir kuisoner di uji apakah instrumen tersebut valid dan reliabel.

HASIL

Penelitian ini menganalisis dua variabel yaitu yang berkaitan dengan motivasi terhadap kinerja. Kedua variabel tersebut, yaitu variabel bebas (X) adalah motivasi dan variabel terikat (Y) adalah kinerja. sebagaimana telah digambarkan pada sebelumnya dalam beberapa indikator, yaitu berdasarkan teori kebutuhan Abraham maslow.

Dari indikatorindikator yang terdapat di kedua variabel tersebut, penulis membuat kuesioner yang kemudian disebarkan kepada 50 responden berdasarkan perhitungan jumlah sampling data dengan menggunakan rumus slovin.

DISKUSI

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan perusahaan adalah dengan cara melihat hasil penilaian kinerja.

Sasaran yang menjadi objek penilaian kinerja adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala.

Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja karyawan atau dengan kata lain, kinerja merupakan hasil konkret yang dapat diamati dan dapat diukur.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

  1. Adanya Pengaruh yang kuat antara Pemberian motivasi terhadap kinerja karyawan. Motivasi yang diberikan berupa aktualisasi diri, penghargaan diri, kepemilikan sosial, rasa aman dan kebutuhan fisiologis.

  2. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (KD) menunjukkan bahwa selain motivasi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan seperti masa kerja, latar belakang dan tingkat pendidikan dari karyawan juga mempengaruhi motivasi mereka dalam bekerja.