Selasa, 06 April 2021

 

PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERDASARKAN JANGKAUAN DAERAH TERKAIT

 

Oleh : Atika Nuryanti

NIM. 20310410064

Dosen pengampu : Dr. Arundati Shinta M.A

Persyaratan ujian mid Psikologi Sosial

Fakultas Psikologi, Universitas Proklamasi Yogyakarta.

 

Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana sekelompok individu didalam masyarakat  berada pada situasi dan sumber daya manusia yang terbatas dengan menunjukkan adanya lingkaran ketidakberdayaan seperti tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah, produktivitas kerja, serta kesehatan dan gizi yang tidak terjaga.

Di Indonesia sendiri pada Maret 2015 memiliki penduduk miskin dengan jumlah mencapai 28,59 juta orang atau setara dengan 11,22%. Hal tersebut bertambah sebesar 0,86% jika dibandingkan dengan kondisi pada September 2014 dengan jumlah 27,73 juta orang atau setara dengan 10,96% (Badan Pusat Statistik, 2015).

Di Yogyakarta pada Maret 2020 memiliki penduduk miskin sebanyak 275,72 ribu orang atau setara 12,28 % dari total penduduknya, terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin pada bulan September 2019 sebanyak 3,11% (Badan Pusat Statistik Provinsi D.I Yogyakarta, 2020).

Presentase perhitungan penduduk miskin diatas menggunakan konsep head count indekx (HCI-P0), dan sumber data utama yang digunakan yakni menggunakan data survey sosial ekonomi nasional (susenas) panel modul konsumsi dan kor. Dan menggunakan rumus perhitungan berikut :

 

Dimana :

α = 0

z  = garis kemiskinan

yi = rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (yi < z)

q = banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan

n = jumlah penduduk.

Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan jumlah dan presentase penduduk  miskin seperti  terjadinya globalisasi, pembangunan, konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan juga tingginya jumlah penduduk serta terjadinya inflasi atau kenaikan harga bahan kebutuhan pokok seperti beras, cabai rawit, telur, gula pasir. Dan hal tersebut (bahan pokok) menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan baik didesa maupun diperkotaan.

Garis kemiskinan sendiri ialah hasil dari penjumlahan antara garis kemiskinan makan / GMK (nilai pengeluaran kebutuhan minimum makan yang setara 2100 kalori perkapita perhari) dan garis kemiskinan non makanan / GKNM (nilai kebutuhan minimum yang digunakan untuk pengeluaran berupa perumahan, sandang, pendidikan dan juga kesehatan).

Penduduk dapat dikatakan miskin menurut BKKBN apabila tidak memenuhi 6 syarat seperti :

1.      rumah layak huni baik milik sendiri atau bukan milik sendiri

2.      memiliki akses air bersih dan sanitasi

3.      pendapatan yang telah dikonfersi dengan pengeluaran

4.      memiliki asset

5.      frekuensi makan lebih dari 2 kali sehari dan memiliki kualitas gizi makanan yang baik

6.      serta dalam setahun mampu membeli paling sedikit 1 set pakaian baru

Dari 6 syarat tersebut apabila mendapat skor 3 bahkan lebih maka keluarga atau masyarakat dapat masuk kedalam kategori miskin,sehingga dari data tersebut memudahkan untuk menentukan strategi yang tepat dan relevan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. 

Penanggulangan kemiskinan dengan berfokus / berpusat pada penduduk lebih mengarah pada pemberdayaan. Hal tersebut lebih mengarah pada insisiatif dan kreatifitas masyarakat sebagai sumber daya pembangunan yang utama dan juga memandang kesejahteraan baik secara material maupun spiritual rakyat sebagai tujuan yang akan dicapai karena pemberdayaan yang kuat dalam upaya kemasyarakatan yang dapat menjadi kekuatan bagi masyarakat.

 

Pustaka :

BPS-Statistic Indonesia. 2015. Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2015 : Presentas Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22%. Berita Resmi Statistik. No. 86/09/Th. XVIII.

BPS-Statistic Indonesia. 2021. https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html. Diakses pada 1 April 2021.

Kadji Y. 2013. Kemiskinan Dan Konsep Teoritisnya. [ARTIKEL] Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNG : Gorontalo.

0 komentar:

Posting Komentar