GANGGUAN KEPRIBADIAN
RESENSI ARTIKEL
KLINIK PSIKOLOGI
Marsum
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Orang dengan gangguan kepribadian memiliki rasa bangga
dan keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstreme
akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain
menghujani mereka dengan pujian, orang pada gangguan ini bersidat self-absorbed
dan kurang memiliki empati pada orang lain.
Ciri dari orang yang mengalami gangguan kepribadian
adalah, melebih-lebihkan bahwa dirinya orang yang istimewa., lebih fokus
pada fantasi akan kebesaran dirinya (kesuksesan, kecantikan, atau
kepandaiannya), meyakini dirinya istimewa dan hanya bisa dimengerti oleh orang
yang juga istimewa, selalu butuh perhatian dan pujian dari orang lain, punya
kemauan tidak rasional akan perlakuan dari orang lain, suka mengambil
kesempatan dari orang lain demi keberhasilannya. kurang empati dan tak peduli
perasaan orang lain, sering cemburu dengan keberhasilan orang lain dan yakin
orang lain juga cemburu pada dirinya, perilakunya arogan.
Contoh kasus gangguan kepribadian, Johar berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal
35an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood
negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa Johar sangat menaruh perhatian
pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju
setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. Johar juga bertanya kepada terapis tentang mobil
yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani oleh terapis
tersebut. Johar sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan
seseorang yang terbaik bidangnya. Johar bercerita tentang kesuksesannya dalam
bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang
memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah
seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya hingga tidak
memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, Johar semakin
sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia memliki
pekerjaan yang mapan, Johar menceraikan isterinya karena tidak lagi membutuhkan
bantuan ekonomi dario sang istri.
Setelah perceraian tersebut, Johar memutuskan
bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka
menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias apaartemennya
dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali
berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, Johar
merasa nyaman apabila dirinya menjadi
pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi
mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan,
ataupun memiliki kekayaan berlimpah (sumber : Barlow & Durant, 1995).
Menurut saya Penderita Kepribadian terjebak dalam
lingkaran setan, di mana sebuah tindakan dapat membuat mereka semakin mengalami
kesulitan. Kondisi psikologis ambivalen (atau keadaan memiliki hubungan yang
ambivalen dengan seseorang yang penting) seperti itu, jelas bukan keadaan yang
nyaman. Nemiah juga menjelaskan bahwa penderita narsisme besar kemungkinannya
menderita kesulitan emosional, bila dihadapkan pada kematian individu tempat
dirinya bergantung dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan narsistiknya.
Referensi:
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Referensi:
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar