Minggu, 06 Juli 2025

Esai 7 - Nasabah Bank Sampah

“Menjadi Nasabah Bank Sampah: Sebuah Langkah Kecil untuk Lingkungan yang Lebih Baik”

oleh Nariswari Salsabiela (NIM 23310410107)


Pada hari Jumat, tanggal 4 Juli 2025 pukul 13.00 WIB, saya bersama seorang teman sekelas bernama Annisa berkesempatan mengunjungi Bank Sampah Kusuma Pertiwi, yang terletak di daerah Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Kegiatan ini kami lakukan sebagai bagian dari kepedulian kami terhadap lingkungan sekaligus penerapan langsung dari materi psikologi lingkungan yang telah kami pelajari di kelas.

Bank Sampah Kusuma Pertiwi merupakan salah satu bank sampah aktif di Kota Yogyakarta yang mengelola sampah rumah tangga berbasis partisipasi warga. Ketua bank sampah ini, Ibu Endang Yuni, dengan ramah menyambut kami dan langsung menjelaskan tentang sistem kerja serta prosedur manajemen bank sampah. Ia memaparkan bagaimana para nasabah menyetorkan sampah terpilah, seperti plastik, kertas, logam, atau barang-barang bekas tertentu, yang kemudian ditimbang dan dikonversi menjadi saldo tabungan berupa uang.

Ibu Yuni menekankan pentingnya keteraturan dalam memilah dan menyetor sampah. Ia juga menunjukkan buku catatan transaksi manual yang digunakan sebagai pembukuan sederhana setiap nasabah. Pada hari itu, untuk pertama kalinya, kami menyetorkan sampah sebagai bentuk pendaftaran dan secara resmi menjadi nasabah di bank sampah tersebut. Suasana yang akrab dan penuh semangat dari ketua bank sampah membuat pengalaman ini menjadi sangat berkesan.

Saat itu, saya membawa beberapa sampah untuk disetorkan, meskipun jumlahnya belum banyak. Di antaranya adalah beberapa galon plastik bekas sekali pakai, yang menurut Ibu Yuni dihargai Rp800,- per galon besar. Selain itu, saya juga menyetor sandal hotel bekas yang saya kumpulkan dari perjalanan pekerjaan saya ke luar kota. Namun karena beratnya kurang dari 1 kg dan belum ada acuan harga pasti untuk kategori tersebut, saya belum mengetahui nominal uang yang akan saya dapatkan. Meskipun demikian, proses ini membuka wawasan saya bahwa barang-barang yang selama ini dianggap sampah ternyata bisa memiliki nilai ekonomi dan mendukung keberlanjutan lingkungan.

Pengalaman ini sangat erat kaitannya dengan psikologi lingkungan, sebuah bidang ilmu yang membahas hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Dalam konteks ini, keterlibatan saya dalam bank sampah merupakan bentuk perilaku pro-lingkungan (pro-environmental behavior) yang dipengaruhi oleh kesadaran ekologis dan nilai sosial (Gifford, 2014). Menurut teori Value-Belief-Norm (Stern, 2000), tindakan-tindakan kecil seperti menjadi nasabah bank sampah dapat muncul dari keyakinan bahwa lingkungan perlu dilestarikan, serta adanya norma pribadi untuk bertanggung jawab terhadapnya.

Menjadi bagian dari Bank Sampah Kusuma Pertiwi mengajarkan saya bahwa perubahan bisa dimulai dari tindakan sederhana, seperti memilah sampah dan menyetorkannya secara berkala. Selain berdampak positif terhadap lingkungan, kegiatan ini juga memperkuat rasa tanggung jawab sosial dan empati terhadap komunitas. Di masa depan, saya berharap bisa lebih rutin berpartisipasi dan mendorong orang lain untuk ikut serta dalam gerakan ini, karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil.


Daftar Pustaka:

Gifford, R. (2014). Environmental Psychology: Principles and Practice. Optimal Books.

Stern, P. C. (2000). Toward a coherent theory of environmentally significant behavior. Journal of Social Issues, 56(3), 407–424.

Bank Sampah Indonesia. (2022). Panduan Operasional Bank Sampah. Jakarta: KLHK.

Website resmi Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta: https://dlh.jogjakota.go.id

0 komentar:

Posting Komentar