Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Minggu, 15 April 2018

ARTIIKEL TENTANG GANGGUAN JIWA
PSIKOLOGI ABNORMAL


Nama: Emiliano Domingos Lemos
Nim : 16.310.410.1150
Fakultas: Psikologi
Dosen: Fx Wahyu Widiantoro S,Psi M,Psi

Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart & Sundeen, 1998).

Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial dan ekonomi. Banyak tokoh jenius yang mengalami gangguan kejiwaan, seperti Abraham Lincoln yang mengalami Depression, Michaelangelo mengalami Autism, Ludwig von Beethoven mengalami Bipolar Disorder, Charles Darwin mengalami Agoraphobia, Leo Tolstoy mengalami Depression.

Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).

Secara lebih rinci, gangguan jiwa bisa dimaknai sebagai suatu kondisi medis dimana terdapat gejala atau terjadinya gangguan patofisiologis yang menganggu kehidupan sosial, akademis dan pekerjaan. Gangguan tersebut bisa berbentuk apa saja yang beresiko terhadap pribadi seseorang dan lingkungan sekitarnya.
Contoh ekstrim yang sering kita lihat dari gangguan jiwa ini adalah mereka yang menderita skizophrenia. Mereka sering bicara sendiri, tertawa sendiri, cepat tersinggung atau marah sehingga tidak bisa ikut dalam kegiatan sosial.
Contoh gangguan jiwa ringan yang sebenarnya banyak terjadi, namun sering dianggap masalah sepele adalah phobia. Takut ketinggian atau acrophobia misalnya, sebenarnya masalah sepele, namun akan berdampak negatif apabila si penderita diharuskan untuk bekerja di tempat yang tinggi. Misal si penderita menjadi pegawai di sebuah perusahaan yang kantornya ada di lantai 8 sebuah gedung.
Ada penderita phobia yang harus rela kehilangan pekerjaan yang sebenarnya sangat ia impikan karena masalah seperti tadi. Kasus seperti ini juga contoh dari efek negatif  gangguan jiwa terhadap diri sendiri.

Penyebab Gangguan Jiwa
Pertama, Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan (genetik), adanya ketidakseimbangan zat­zat neurokimia di dalam otak.
Kedua, Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita (halusinasi).
Dan  yang ketiga adalah Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada di luar lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja, sekolah, dll. Biasanya gangguan tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan atau pun jiwa.

Jenis/Macam Gangguan Jiwa
Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar.

Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.
Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).

Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang.

Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993).

Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
  Kecemasan
kecemasa pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993).

Penyebab maupun sumbernya biasa tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan ke dalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.

Menurut aku Gangguan Jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya.


ARTIKEL TENTANG GANGGUAN KECEMASAN
PSIKOLOGI ABNORMAL
Nama: Emiliano Domingos Lemos
Nim : 16.310.410.1150
Fakultas: Psikologi
Dosen: Fx Wahyu Widiantoro S,Psi M,Psi

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri (Lazarus, 1961).
  Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat.
Freud (dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud, kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya.
Gangguan kecemasan adalah gangguan yang menyebabkan anak-anak dan orang dewasa merasa takut, sedih dan gelisah tanpa alasan yang jelas. Meskipun sebagian besar pengalaman ketakutan remaja dan kekhawatiran yang dapat dicap sebagai kecemasan, dimana yang hadir dalam gangguan kecemasan sebenarnya menghambat kegiatan sehari-hari (Christophersen & Mortweet, 2001).
Masalah berkaitan dengan kecemasan yang relatif umum di masa muda, dengan tingkat prevalensi klinis seumur hidup masalah mulai dari 6 sampai 15% (Silverman & Ginsburg, 1998; US Public Health Service, 2000).
Para prevalensi gangguan kecemasan di masa muda lebih tinggi dibandingkan hampir semua gangguan mental lainnya (US Department of Health and Human Service, 1999). Pemuda dengan pengalaman masalah kecemasan yang signifikan dan sering berlangsung gangguan, seperti masalah sosial, konflik keluarga, dan kinerja yang buruk di sekolah dan bekerja (Langley, Bergman, McCracken & Paiacentini, 2004).
Rangkuman Berbagai Gangguan Anxietas Utama:
Fobia Ketakutan dan penolakan terhadap objek atau situasi yang tidak mengandung bahaya yang sesungguhnya

Gangguan Panik Serangan panik berulang yang mencakup timbulnya simptom-simtom fisiologis secara mendadak, seperti pusing, denyut jantung yang cepat dan gemetaran, disertai dengan teror dan perasaan berada dalam bencana; kadangkala disertai dengan agorafobia, ketakutan berada di tempat umum

Gangguan Anxietas Menyeluruh                                                                                         Kekhawatiran yang menetap dan tidak dapat dikontrol, sering kali terhadap hal-hal kecil
Gangguan Obsesif-komplusif                                                                                                          Pemikiran, impuls, dan citra yang tidak dapat dikontrol-obsesi-dan perilaku atau tindakan mental yang berulang-kompulsi
Gangguan Stres Pascatrauma
Masa setelah pengalaman traumatis dimana seseorang mengalami peningkatan kemunculan, penolakan stimuli yang diasosiasikan dengan kejadian traumatis yang dialami, dan kecemasan yang disebabkan oleh ingatan terhadap peristiwa tersebut

Gangguan Stres Akut Simptom-simptomnya sama dengan gangguan stress pascatrauma, namun hanya berlangsung selama empat minggu atau kurang.

Menurut Saya gangguan kecemasan itu merupakan gangguang yang yang menyebabkan anak-anak dan orang dewasa merasa takut, sedih dan gelisah tanpa alasan yang jelas. Meskipun sebagian besar pengalaman ketakutan remaja dan kekhawatiran yang dapat dicap sebagai kecemasan, dimana yang hadir dalam gangguan kecemasan sebenarnya menghambat kegiatan sehari-hari.

Gangguan Kepribadian Skizotipal


                                         Gangguan Kepribadian  Skizotipal
Nama : Meissy Bella Sari
Nim : 163104101143
Psikologi Abnormal


Gangguan skizotipal adalah gangguan kepribadian yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain karena merasa sangat tidak nyaman untuk berinteraksi. Selain itu, seseorang dengan gangguan ini memiliki cara berpikir yang abnormal sehingga memiliki perilaku yang cenderung eksentrik. Orang yang mengalami gangguan ini sering memiliki pemikiran yang salah akibat pemaham tentang kejadian sehari-hari yang keliru, meskipun kejadian tersebut merupakan hal yang biasa bagi orang lain. Mereka sangat mempercayai takhayul dan memiliki pemikiran sendiri akan suatu hal meskipun hal tersebut tidak wajar atau menyimpang dari norma sosial dari lingkungan di sekitarnya.
Gejala dari gangguan skizotipal yang seirng terjadi, menjadi penyendiri dan kurang bersosialiasi dengan teman dekat bahkan keluarga atau menjadi gangguan kepribadian anti sosial, memiliki pemikiran, keyakinan dan perilaku yang aneh dan ekstrensik, tidak biasa untuk lingkungannya, dressing dengan cara aneh, kepercayaan kepada kekuatan yang khusus, perubahan perseptual, pada beberapa kasus mengenai ilusi tubuh, memiliki kecemasan sosial yang berlebihan dan persisten, memiliki gaya bicara yang aneh, samar-samar berbicara dan bertele-tele serta tidak pernah berhenti selama melakukan percakapan, memiliki ide-ide yang mencurigakan atau paranoid, ragu akan kesetiaan orang lain, emosi yang datar, respon emosionalnya terbatas bahkan tidak pantas.
Contoh kasus, Jonathan merupakan seorang mekanik mobil yang berusia 27 tahun, memiliki sedikit teman dan lebig memilih membaca novel fiksi ilmiah daripada bersosialisasi dengan orang lain. Ia jarang bergabung dalam percakapan dengan orang lain. Suatu saat, ia tampak seperti hanyut dalam pemikirannya sendiri, dan rekan kerjanya harus besiul unuk mendapatkan perhatiannya saat ia sedang mengerjakan sebuah mobil. Ia sering menunjukkan ekspresi “ganjil” diwajahnya. Mungkin ciri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan pengalaman yang datang sewaitu-waktu akan “perasaan” bahwa almarhumah ibunya berdiri didekatnya. Ilusi ini menenangkan baginya, dan ia menantikan terjadinya peristiwa itu. Jonathan menyadari hal tersebut tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba untuk menyentuh roh tersebut, mengetahui bahwa roh itu akan menghilang begitu ia mendekat. Itu sudah cukup katanya untuk merasakan kehadiran ibunya.
Menurut saya, gejala kondisi dari gangguan kepribadian skizotipal ini dapat membaik seiring dengan berjalannya waktu. Faktor-faktor yang dapat membantu menurunkan gejala nya bisa didapatkan dari orang-orang di sekitarnya, misalnya saja memiliki hubungan yang positif dengan keluarga dan teman, prestasi di sekolan dan tempat kerja, dan berbagai pengalaman positif lainnya yang dapat meyakinkan seseorang untuk bisa mengatasi berbagai kesulitan dan memiliki dukungan sosial. 

Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

Gangguan Kepribadian Narsistik


                                        Gangguan Kepribadian Narsistik
Nama : Meissy Bella Sari
Nim : 163104101143
Psikologi Abnormal


Orang dengan gangguan narsistik memiliki rasa bangga dan keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian, orang pada gangguan ini bersidat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain.
Ciri dari orang yang mengalami gangguan narsistik adalah, melebih-lebihkan bahwa dirinya orang yang istimewa., lebih fokus pada fantasi akan kebesaran dirinya (kesuksesan, kecantikan, atau kepandaiannya), meyakini dirinya istimewa dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang juga istimewa, selalu butuh perhatian dan pujian dari orang lain, punya kemauan tidak rasional akan perlakuan dari orang lain, suka mengambil kesempatan dari orang lain demi keberhasilannya. kurang empati dan tak peduli perasaan orang lain, sering cemburu dengan keberhasilan orang lain dan yakin orang lain juga cemburu pada dirinya, perilakunya arogan.
Seorang narsistik mungkin tampak memiliki harga diri yang tinggi, tetapi sebenarnya bisa saja sebaliknya. Ada rasa ketidakamanan yang mendalam di balik eksterior dirinya yang besar. Pribadi narsistik ingin orang lain untuk menjadi iri dengan dirinya, tetapi sebenarnya dia adalah orang yang memiliki rasa cemburu yang besar dan merasa terancam oleh prestasi orang lain. Seseorang yang memiliki kepribadian narsistik tidak bisa mendengarkan dan sering menyela. Kepribadian jenis ini cenderung berkomunikasi satu arah dan tidak memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara.
Contoh kasus gangguan narsistik, David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia memliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi membutuhkan bantuan ekonomi dario sang istri. Setelah perceraian tersebut, David memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias apaartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah (sumber : Barlow & Durant, 1995).
Menurut saya Penderita narsisme terjebak dalam lingkaran setan, di mana sebuah tindakan dapat membuat mereka semakin mengalami kesulitan. Kondisi psikologis ambivalen (atau keadaan memiliki hubungan yang ambivalen dengan seseorang yang penting) seperti itu, jelas bukan keadaan yang nyaman. Nemiah juga menjelaskan bahwa penderita narsisme besar kemungkinannya menderita kesulitan emosional, bila dihadapkan pada kematian individu tempat dirinya bergantung dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan narsistiknya.

Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

Gangguan Kepribadian Skizoid


        Gangguan Kepribadian Skizoid
Nama : Meissy Bella Sari
Nim : 163104101143
Psikologi Abnormal



Isolasi sosial adalah ciri utama dari gangguan kepribadian schizoid, orang yang dengan kepribadian schizoid kehilangan minat pada hubungan sosial. Emosi dari orang dengan kepribadian schizoid tamoak dangkal atau tumpul, namun pada derajat yang lebih rendah dibandingkan skizofenia.
Ciri-ciri gangguan skizoid, orang tersebut tampak jarang mengalami kemarahan, kebahagiaan dan kesedihan yang kuat, mereka tampak jauh dan menjaga jarak, wajah mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional, dan mereka jarang bertukar senyum sosial atau salam yang disertai anggukan kepada orang lain. Mereka tanpak tidak berpengaruh terhadap kritik atau pujian dan tampak terbungkus dalam ide-ide abstrak daripada dalam pikiran mengenai manusia. Meski mereka lebih senang menjaga jarak dari orang lain, mereka membina kontak yang lebih baik dengan realitas daripada orang yang menderita skizopenia. Pola kepribadian skizoid umumnya dapat dikenali saat awal dewasa, pria dengan gangguan ini jarang berkencan atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini cenderung merima ajakan romantic secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinisiatif untuk membina hubungan atau mengembangkan ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.
Akhtar (1987) menyatakan bahwa kemungkinan terdapat kesenjangan antara penampilan luar dan kehidupan terdalam dari orang-orang dengan kepribadian skizoid. Merki mereka terlihat memiliki sedikit minat terhadap seks, misalnya. Mereka mungkin memiliki keinginan voyeuristic dan menjadi tertarik pada pornografi. Akhtar juga menyatakan bahwa perilaku menjauh dan menjaga jarak osial dari orang-orang dengan kepribadian skizoid mungkin hanya dipermukaan saja. Mereka juga memiliki sensitivas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam tentang orang lain, dan harapan akan cinta yang tidak dapat mereka ekspresikan.
Contoh kasus gangguan kepribadian skzoid, John pensiunan polisi berusia 50 tahun, mencari penanganan selama beberapa minggu setelah anjingnya ditabrak mobil dan mati. Sejak kematian aningnya, John merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit berkonsentrasi dan juga sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih senang sendirian, membatasi kontaknya dengan orang lain dengan hanya mengatakan “halo” atau “apa kabar?” sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung bila ada orang lain yang mencoba membina persahabatan dengannya. Meski ia hobi membaca surat kabar dan tetap mengikuti perkembangan dari peristiwa terkini, ia tidak memilii minat yang nyata terhadap manusia. Ia bekerja sebagai penjaga keamanan dan digambarkan oleh rekan kerjanya sebagai “penyendiri”. Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya, yang dengannya ia merasa dapat berbagi perasaan yang lebih sensitive dan lebih hangat daripada yang dapat ia bagi dengan orang lain. Saat natal, ia akan brtukar kado dengan anjingnya, membelikan hadiah untuk anjingnya dan membungkus sebotol scotch untuk dirinya sendiri sebagai hadiah dari binatang tersebut. Satu-satunya peristiwa yang pernah membuatnya sedih adalah kehilangan anjingnya. Sebaliknya, kehilangan orang tuanya tak mampu membangkitkan suatu respon emosional. Ia merasa dirinya berbeda dari orang lain dan bingung dengan adanya emosionalitas yang dia lihat pada orang lain.
Menurut saya orang yang mengalam gangguan kepribadian skizoid akan lebih menjadi tertutup atas perasaannya, terutama bila berada ditengah-tengah orang asing. Tapi orang yang berkepribadian skizoid jarang selalu mengeskpresikan emosi dan tampak jauh seta menjaga jarak, namun emosinya tidak dangkal atau setumpul emosi orang yang skizopenia. Serta orang yang memiliki gangguan skizoid memiliki perasaan yang lebih mendalam trhadap binatang dari pada terhadap sesame, mereka menunjukkan sedikit tidak ada minat pada sesame namun mengembangkan perasaan yang kuat pada binatang.


Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga