Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Minggu, 14 Maret 2021

PENGELOLAAN AIR SUNGAI BUAT SAWAH MASYARAKAT DESA MOYUDAN SLEMAN

 PENGELOLAAN AIR SUNGAI BUAT SAWAH MASYARAKAT DESA MOYUDAN SLEMAN

INDRI VALENI ( 20310410050 )

UJIAN MID SEMESTER MATA KULIAH PSIKOLOGI SOSIAL

DOSEN PENGAMPU : Dr.  Arundati Shinta., MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 

Alamat lokasi : Jl Sumbersari Moyudan Sleman, Yogyakarta

Istilah pertanian mulai di gunakan pada tahun 1974 , di kehidupan sehari hari kita sering mendengar istilah pertanian, pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan bahan pangan bagi dirinya masing-masing. Keberadaan air merupakan hal yg mutlak bagi manusia dan pertanian untuk menunjang kehidupannya, kita mungkin sudah mengetahui keguaan air bagi kehidupan kita sehari-harinya,dalam baik itu dalam aspek pertanian ataupun lainnya dan air pun tidak bisa terpisahkan untuk keberlangsungan kehidupan makhluk di bumi, dalam pertanian pun air adalah aspek terpenting bagi seorang petani, dalam memberlangsungkan pertaniannya untuk jangka panjang kegunaan air pun sebagai sumber irigasi pada pertanian, yang nantinya akan digunakan untuk keberlangsungan pada lahan tersebut.

Kearifan lokal merupakan bentuk kearifan lingkungan yg ada dalam kehidupan bermasyarakat ,kearifan lokal diperoleh dan diwariskan kepada secara turun temurun, Irigasi lahan pertanian. Setiap Negara memiliki areal pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Areal pertanian terutama lahan sawah irigasi bagi tanaman padi memerlukan air yang tidak sedikit. Jika dijumlahkan secara total maka penggunaan air untuk lahan pertanian termasuk yang menyebabkan jumlah pasokan air tawar menurun. Untuk itu, diperlukan teknologi yang terpadu dengan penggunaan variasi-variasi tanaman yang tidak memerlukan jumlah air yang banyak selama masa tanam.penggunaan air tawar adalah untuk irigasi. Kebutuhan manusia akan pangan tidak mungkin dihindari. Pangan adalah kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia di bumi. Jika penggunaan air untuk lahan irigasi dapat dikurangi atau diminimalisasi tentu saja diharapkan dapat meminimalisasi kelangkaan air tawar di bumi. Proses budidaya pertanian sebaiknya memperhatikan aspek kelestarian sumber air tawar yang selama ini digunakan untuk irigasi.

Pengelolaan sumber daya air adalah termasuk di dalamnya merencanakan, melaksanakan, memantau, mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Artinya, pengelolaan sumber daya air bukan sekedar menggunakan semata tetapi juga melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air, dimana justru ini yang cukup sering terlupakan.

Pemahaman mengenai kearifan lokal tersebut memunculkan keingintahuan tentang kearifan lokal terkait dengan tatanan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Langka dalam pengelolaan serta konservasi mata air.

Sistem pengelolaan sumber daya air secara terpadu antar lembaga dan masyarakat, serta memasukkan kearifan lokal pengelolaan lahan pertanian yang sudah tumbuh berkembang di masyarakat sejak masa lampau.

Pengelolaan sumber daya air merupakan proses yang mendorong keterpaduan antara pengelolaan air, tahan, hingga sumber daya yang lainnya. Pengelolaan sumber daya air ini bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan sosial dan ekonomi masyakarat secara berkelanjutan.

Kearifan lokal memiliki peran yang sangat besar dalam berkelanjutan ekosistem secara alami. Oleh karena itu ,kearifan lokal memegang peran penting dalam pengelolaan,kemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam ,sehingga masyarakat harus melestarikan dan menjaga kearifan lokal yang telah dilakukan oleh para masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal tersebut,para ketua di setiap daerahnya mewarisan norma,etika,nilai-nilai dan moral.

Pada foto tersebut bisa kita simpulkan keguaan pertaniaan untuk masyarakan di daerah moyudan sleman, sebagai sumber penghasilan petani dalam memberlangsungkan kehidupan seperti bahan makanan pokok sehari-hari ataupun sebagai sumber pekerjaan masyarakat lokal,dengan adanya lahan pertanian sumber bahan pokok makanan kita tercukupi.

Pemahaman mengenai kearifan lokal tersebut memunculkan keingintahuan tentang kearifan lokal terkait dengan tatanan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Langka dalam pengelolaan serta konservasi mata air.

Jumat, 12 Maret 2021

Analisis Perilaku Petani Padi Sawah

Ujian mid semester Psikologi Sosial

      Analisis Perilaku Petani Padi Sawah

         Siti Harnisa Taonu/ 20310410016

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta.,MA
                 
    Fakultas Psikologi
   
   Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
                            
2021-2022

                                 

Petani padi sawah adalah perilaku yang melakukan usaha tani pada lawah sawah yang dikelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis,  dan sosial ekomoni sesuai dengan tujuan, kemampuan dan sumber daya yang di miliki penghasilan padi sawah, sebagai komoditi penting dalam sektor pertanian tanaman pangan bagi masyarakat indonesia (Saribu 2003).

Ada tiga orang ibu-ibu sedang melakukan penanaman padi sawah.  Ketika saya menganalisis, perilaku kecepatan mereka dalam melakukan penanaman padi sawah perbeda-beda. Ada yang cepat dan ada juga yang lambat. Kita dapat simpulkan bahwa tidak semua manusia melakukan pekerjaan dengan kecepatan yang sama.  

DAFTAR PUSTAKA
repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/483/118220031_file.pdf
                    

Kamis, 11 Maret 2021

Analisis Perilaku Petani padi Sawah

 Ujian Mid Semester Psikologi Sosial


Analisis Perilaku Petani Padi Sawah


Nama : Siti Harnisa Taonu (20310410016)

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta., MA

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

2021-2022




Petani padi sawah adalah perilaku yang melakukan usaha tani pada lahan sawah yang di kelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis dan sosial ekonomi sesuai dengan tujuan, sebagai komoditi penting dalam sektor pertanian tanaman pangan bagi masyarakat indonesia (Saribu 2003).

Ada tiga orang ibu ibu sedang melakukan penanaman padi sawah. Ketika saya menganalisis, perilaku kecepatan mereka dalam melakukan penananman padi sawah berbeda-beda, ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Kita dapat simbulkan bahwa, tidak semua manusia melakukan suatu pekerjaan dengan kecepatan yang sama. 

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/483/5/118220031_file5.pdf





Rabu, 10 Maret 2021

Tragedi Susur Sungai sebagai Fenomena Psikologi Sosial

 

Tragedi Susur Sungai sebagai Fenomena Psikologi Sosial

Oleh :

Shafadita Putri Trisdianty ( NIM 20310410042 )

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 



            Pada Jumat sore, 21 Februari 2020 terjadi peristiwa menyedihkan yang hanyutnya ratusan siswa SMPN 1 Turi. Kegiatan susur sungai yang menelan korban Sebanyak 249 siswa karena  terbawa arus sungai. Terdapat tujuh siswa yang ditemukan tewas dan tiga lainnya hilang dinyatakan sampai sabtu pagi. Sisanya dinyatakan selamat namun beberapa mengalami luka-luka akibat batuan di sungai. Sebuah tragedi bisa menjadi pengalaman hidup yang luar biasa dan berpotensi traumatis. Orang-orang yang terkena dampak langsung dari tragedi bencana, beberapa mungkin mengalami cedera serius atau pengalaman mendekati kematian; mereka mungkin menyaksikan kehancuran di antara teman dan keluarga. Bagi mereka yang terkena dampak langsung, dampak langsung bencana dapat membuat bingung, dan terjadi guncangan pada jiwa. Berminggu-minggu dan berbulan-bulan setelah bencana seseorang akan susah untuk kembali hidup normal. Jadi, bagi sebagian orang, dampak penuh bencana dan dampaknya terhadap psikologi mereka mungkin tidak terlihat selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah tragedi bencana terjadi.

Individu yang terkena dampak langsung tragedi bencana mungkin merasakan kesedihan, panik, kehilangan, ketakutan, dan kesedihan yang kuat. Kesulitan tidur, marah, mudah tersinggung, dan rasa bersalah juga dapat muncul. Namun, mayoritas individu yang selamat dari tragedi bencana pada akhirnya akan pulih tanpa gangguan psikologis yang besar, bahkan jika mereka mengalami lonjakan gejala selama atau segera setelah bencana. Karena peristiwa yang berpotensi traumatis (seperti bencana) dapat menyebabkan stres yang parah pada individu, makan orang mungkin mengalami berbagai penyakit mental di masa depan. Seperti Gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat adalah efek psikologis dari suatu bencana atau peristiwa traumatis dan diklasifikasikan sebagai parah. (Bisson & Lewis, 2009).

Salah satu langkah untuk mencegah dampak serius ini adalah pelaporan psikologis, tetapi penelitian menemukan bahwa teknologi ini tidak dapat secara efektif mencegah terjadinya dampak serius akibat bencana.  Dalam waktu singkat, pertolongan pertama psikologis digembar-gemborkan oleh para pendukungnya sebagai "intervensi akut pilihan". Dengan beberapa model yang beredar dan digunakan, Bryant dan Litz (2009) mengeksplorasi tema umum ketika mereka menentukan tiga tujuan psikologis ini pertolongan pertama: (1) memulihkan keamanan, (2) mengurangi reaksi stres akut, dan (3) membimbing orang yang selamat untuk mengakses sumber daya.

Pertolongan pertama psikologis (PFA) atau bantuan psikologis dini kemudian digunakan sebagai intervensi lain. PFA adalah respons langsung terhadap suatu insiden, setara dengan pertolongan pertama fisik atau pertolongan pertama darurat setelah kecelakaan, untuk meminimalkan efek merugikan dari sebuah tragedi atau peristiwa traumatis dan meningkatkan proses penyembuhan bagi pasien. PFA saat ini merupakan teknologi yang berkembang dengan baik dan umum digunakan di Indonesia. Bersamaan dengan itu, berbagai percobaan telah dilakukan di negara lain untuk mengetahui kemanjuran PFA. Sebagian besar penelitian yang berusaha untuk menentukan kemanjuran PFA hingga saat ini adalah tinjauan literatur sistematis (Dieltjens, 2014).

Untungnya, individu dan komunitas pada umumnya menunjukkan ketahanan yang luar biasa setelah peristiwa traumatis seperti tragedi bencana dan kebanyakan orang dapat bangkit kembali setelah beberapa waktu. Namun, penting untuk dicatat bahwa minoritas relatif individu mungkin menderita gangguan psikologis jangka panjang, yang berlangsung setelah satu bulan atau lebih setelah bencana. Menjaga hubungan dengan orang lain setelah bencana bisa menjadi penyembuhan bagi individu dan komunitas. Menghindari isolasi dan meningkatkan dukungan sosial merupakan faktor penting dalam membangun ketahanan. Selain itu, meskipun mungkin sulit atau dapat menimbulkan perasaan bersalah pada beberapa orang, meluangkan waktu untuk perawatan diri, seperti makan, tidur, dan olahraga secara teratur, dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan melalui masa-masa sulit. Pada saat-saat stres atau kecemasan akut, latihan pernapasan dalam, berjalan-jalan, dan percakapan dengan orang lain yang mendukung dapat membuat perbedaan yang signifikan.

 

Sumber :

Bisson, J. I., & Lewis, C. (2009). Systematic review of psychological first aid. Commissioned by the World Health Organization (available upon request).

 

Bisson, J. I., McFarlane, A. C., Rose, S., Ruzek, J. I., & Watson, P. J. (2009). Psychological debriefing for adults. Effective treatments for PTSD: Practice guidelines from the International Society for Traumatic Stress Studies, 2, 83-105.

 

Bryant, R. A., & Litz, B. T. (2009). Mental health treatments in the wake of disaster. In Y. Neria, S. Galea, & F. Norris (Eds.), Mental health and disasters (pp. 321–335). New York, NY: Cambridge University Press.

 

Dieltjens, T., Moonens, I., Van Praet, K., De Buck, E., & Vandekerckhove, P. (2014). A systematic literature search on psychological first aid: lack of evidence to develop guidelines. PloS one, 9(12), e114714.

 

 

Intoleransi pada Keberagaman dan Cara Mengatasinya

 

Intoleransi pada Keberagaman dan Cara Mengatasinya

Oleh :

Shafadita Putri Trisdianty ( NIM 20310410042 )

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Intoleransi tampaknya menjadi hal yang lumrah di seluruh dunia. Meskipun intoleransi bukanlah hal baru, peristiwa terkini menunjukkan bahwa kita hidup di masa-masa intoleran. Psikolog cenderung menyamakan toleransi dengan sikap tidak menghakimi dan terbuka terhadap perbedaan, menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan "kecenderungan secara umum untuk bebas dari prasangka" (Duckitt, 1992, hlm. 8). Intoleransi kemudian disamakan dengan prasangka sebagai negativitas umum atau antipati terhadap sekelompok orang yang berbeda dari diri sendiri dalam berbagai hal, seringkali karena perasaan terancam.

Selain itu, terdapat intoleransi terhadap keragaman sudut pandang yang mengakibatkan disinvitasi, deplatforming, pemecatan, intimidasi, dan kekerasan terhadap orang yang berbeda ideologis (lihat Ceci & Williams, 2018). Meskipun orang menyebut semua contoh ini sebagai intoleransi, ada perbedaan psikologis penting yang perlu dibuat di antara mereka karena tidak semua situasi ini sama. "Intoleransi" adalah label yang sudah dikenal dan dangkal yang dengan mudah ditempelkan pada berbagai sikap, keyakinan, dan perilaku, yang menyoroti pentingnya membongkar variasinya untuk debat yang produktif, penelitian sistematis, dan intervensi yang berhasil. Perspektif klasik dalam psikologi sosial menyoroti bahwa konstruksi subjektif kita dari peristiwa mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku kita.

Dalam masyarakat kita yang semakin beragam, ada banyak alasan untuk mengatasi dan menentang intoleransi dan untuk mempromosikan toleransi. Namun, dalam melakukan itu, penting untuk memperjelas tentang perbedaan pemahaman tentang intoleransi yang tersembunyi. Sebaliknya, mengatasi intoleransi menyiratkan bahwa orang mencerminkan dan mengakui kebebasan berpendapat orang lain dan mengakui pentingnya kebebasan berekspresi dan berbicara secara demokratis. Menghargai keyakinan yang dianut demi menghormati hak orang lain sebagai warga negara yang setara sangat penting untuk belajar menerima keyakinan dan cara hidup yang tidak kita setujui. Selain itu, menangani intoleransi membutuhkan pertimbangan alasan untuk tidak mengizinkan praktik dan keyakinan yang berbeda pendapat yang mungkin mengalahkan mereka yang menerimanya (misalnya, kebebasan beragama).

Di sini, membuat orang sadar dan membujuk mereka untuk memikirkan dengan hati-hati tentang sifat dan kepentingan relatif alasan mengapa dan kapan sesuatu tidak dapat ditoleransi adalah sentral (Verkuyten, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan hubungan antara proses psikologis yang mendasari ketiga pemahaman intoleransi, serupa dengan apa yang telah diperdebatkan dan ditunjukkan dalam penelitian tentang teori proses ganda dari penilaian moral (Greene, 2013).

Karena masyarakat, tempat kerja kita, dan sekolah kita terdiri dari orang-orang dari latar belakang budaya, agama, dan etnis yang beragam, kesadaran akan keberagaman adalah kuncinya. Kita akan belajar dari satu sama lain jika pertama kali kita memiliki pemahaman dasar satu sama lain. Mengenali orang yang berbeda mendorong seseorang untuk memiliki pandangan yang lebih besar tentang dunia tempat kita tinggal. Hal ini membantu membongkar persepsi yang merendahkan dan prasangka pribadi terhadap berbagai komunitas. Lebih jauh, keragaman membantu kita dalam memahami dan menghormati "cara hidup" yang sebenarnya bukan milik kita. Sehingga kita bisa menjembatani persahabatan, apresiasi, dan empati melalui budaya saat kita berkomunikasi dengan orang lain. Lebih jauh, keragaman ini membuat negara kita menjadi tempat yang lebih menarik untuk ditinggali. Karena orang-orang dari budaya yang beragam menyumbangkan keterampilan bahasa, cara berpikir baru, pengetahuan baru, dan pengalaman yang berbeda.

Sebagai mahasiswa kita dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keragaman dengan meningkatkan tingkat pemahaman tentang budaya lain dengan berinteraksi dengan orang-orang di luar budaya Anda sendiri. Hindari memaksakan nilai-nilai pada orang lain yang mungkin bertentangan atau tidak sejalan dengan budaya atau agama lain. Mengakui dan memahami bahwa konsep dalam profesi penolong, seperti keluarga, peran gender, spiritualitas, dan kesejahteraan emosional, antar budaya dan mempengaruhi perilaku Di tempat kerja, lingkungan pendidikan, dan / atau lingkungan klinis, menganjurkan penggunaan materi yang mewakili berbagai kelompok budaya dalam komunitas lokal dan masyarakat pada umumnya. Lakukan intervensi dengan cara yang tepat ketika mengamati orang lain terlibat dalam perilaku yang menunjukkan ketidakpekaan budaya, bias, atau prasangka. Bersikaplah proaktif dalam mendengarkan, menerima, dan menyambut orang dan ide yang berbeda dari ide Anda sendiri.

 

Daftar Pustaka 

 

Duckitt, J. (1992). The social psychology of prejudice. London, England: Praeger.

 

Ceci, S. J., Williams, W. M. (2018). Who decides what is acceptable speech on      campus? Why restricting free speech is not the answer. Perspectives on           Psychological Science, 13, 299–323. doi:10.1177/1745691618767324

 

Verkuyten, M., Yogeeswaran, K., Adelman, L. (2020). Toleration and prejudice-   reduction: Two ways of improving intergroup relations. European Journal of Social Psychology, 50, 239–255. doi:10.1002/ejsp.2624

 

Greene, J. (2013). Moral tribes: Emotion, reason, and the gap between us and them.           London, England: Penguin.