Jumat, 20 Maret 2020

Sikap mahasiswa Psikologi dalam menghadapi COVID-19


SIKAP MAHASISWA PSIKOLOGI DALAM MENGHADAPI COVID-19

Oleh Marsum
Nim 183104101187
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu FX Wahyu Widiantoro,S.Psi.,MA



   Pada Desember 2019, dunia internasional dihebohkan dengan penemuan virus baru yang disebut “Corona” di Wuhan, Tiongkok, bersumber dari media, awal mula penyebarannya virus tersebut  diduga melalui konsumsi daging “kelelawar”.
   Beberapa bulan kemudian kasus tersebut menjadi isu internasional, karena penyebarannya yang begitu cepat ke berbagai negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan terdapat lebih dari 100.000 kasus di dunia internasional, yang mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang.
   Wabah atau virus tersebut akhirnya mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lesu di beberapa negara, termasuk Indonesia, pelarangan kunjungan luar negeri, sampai pembatasan aktivitas umum masyarakat.
   Di Indonesia sendiri, virus tersebut mulai menjadi kepanikan masyarakat, karena awal Maret 2020, pemerintah mengumumkan dua orang warga negara Indonesia, positif terjangkit virus corona yang kemudian disebut virus Covid-19.
   Penyebarannya yang cepat mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia menjadi rawan, sebut saja Jakarta, Surakarta, Depok dan berapa daerah lainnya. Penanganan dari pemerintah daerah pun dilakukan beragam, mulai dari memberhentikan sementara aktivitas masyarakat, termasuk persekolahan, sampai pemberlakuan KLB (Kejadian luar biasa) di Sukakarta.
   Pemerintah pusat pun telah menunjuk juru bicara penanganan viris Covid-19 yaitu Achmad Yurianto sebagai  Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes.
   Kabar Terbaru, Pemerintah Pusat telah membentuk gugus tugas untuk mengatasi virus Covid-19, yang dipimpin langsung oleh Kepala BNPB, Letjen. Doni Monardo. Narasi di atas telah menunjukan kepada kita, ikhtiar pemerintah Indonesia dalam mengatasi virus Covid-19 yang sangat meresahkan.
   Faktanya masih terjadi resistensi dalam masyarakat kita, terutama dalam hal “keterbukaan” pemerintah mengenai data komprehensif seputar penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
   Memang kebijakan tersebut akan menimbulkan dampak lain, tetapi mari kita refleksikan, bagaimana agar masyarakat tidak panik, sedangkan masyarakat tidak mengetahui lokasi pasti penyebaran virus Covid-19 tersebut. Mereka hanya mampu menebak dan mendeskripsikan spekulasi.
   Memberikan rasa aman menjadi tugas wajib pemerintah. Beragamnya pemberitaan media nasional maupun internasional mengenai perkembangan virus Covid-19 ini menjadi konsumsi publik, yang mengakibatkan tidak jelasnya pemberi informasi utama yang representatif dan efektif. Lumrah publik menunggu informasi valid dari pemerintah agar masyarakat tidak berspekulasi, dan berburuk sangka, keterbukaan pemerintah akan menimbulkan rasa aman, nyaman dan mengatasi ketidaktahuan masyarakat.

   Mengapa sampai saat ini jumlah pasien yang terkena virus Covid-19 di Indonesia cenderung bertambah, karena tidak terjadi keterbukaan yang mampu mengatasi rasa penasaran masyarakat. Pemerintah perlu melakukan upaya kerja sama baik dengan lembaga swasta maupun masyarakat umum, sehingga kuncinya pada proses komunikasi dan kepercayaan.
   Memang secara general problematika mengenai virus Covid-19 berada pada ranah kesehatan, sehingga orang yang bukan ahlinya tidak memiliki kesempatan untuk berperan aktif mengatasi kasus tersebut.
   Tetapi jangan lupa, ilmu politik memiliki konsep “mempengaruhi dan mengajak”, bagaimana pemerintah mengajak masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat, dan mempengaruhi agar masyarakat mau melaksanakan instruksi pemerintah terkait penanganan virus Covid-19, menjadi alternatif solusi guna mempercepat Indonesia terbebas dari virus Covid-19.
   Bagiamana masyarakat bersedia patuh akan ajakan dan anjuran pemerintah, sedangkan masih terdapat ketidakterbukaan mengenai informasi yang masih layak diketahui oleh masyarakat umum.
   Efektifnya pemerintah diikuti dan dihormati, sangat dipengaruhi oleh keteladanan pemerintah itu sendiri, walau tetap perlu kita apresiasi upaya pemerintah dalam mengatasi virus tersebut.
   Sejak dulu bangsa ini selalu berhasil karena adanya kerja sama, bagaimana kerja sama mengusir penjajah, merumuskan dasar negara, menjalankan roda pemerintahan. Tentu dalam konteks mengatasi virus Covid-19 ini perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak, sehingga tahap pertama yang perlu dilakukan adalah saling percaya dan bersinergi.
   Konkritnya pemerintah perlu berkolaborasi dengan berbagai institusi dan lembaga baik negara maupun swasta. Terlebih dengan media sebagai mitra dalam memberikan informasi yang valid dan komprehensif mengenai virus tersebut.
   Semakin masyarakat mengetahui karakteristik dan pola penyebaran virus Covid-19, akan semakin memperbesar peluang masyarakat terbebas dari virus tersebut. Terlebih virus tersebut telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi.
   Sebagai bangsa yang beradab tentu kita perlu merefleksikan fenomena tersebut dengan penuh kebijaksanaan, bagaimana kesiapan negara kita dalam mengatasi berbagai ancaman, yang mengganggu keberlangsungan hidup bangsa. Di atas kekuasaan manusia, masih ada kekuasaan Tuhan, sejarah mencatat bagaimana dengan mudahnya Tuhan menghilangkan sebuah peradaban manusia yang dzolim.
   Terlalu dini sekaligus jauh menyimpulkan bahwa penyebaran Covid-19 merupakan murka Tuhan, tetapi dengan fenomena tersebut kita harus menyadari pentingnya menjadi bangsa yang religius dan beradab.

Referensi:









0 komentar:

Posting Komentar