SIKAP MAHASISWA
PSIKOLOGI DALAM MENGHADAPI COVID-19
Oleh Marsum
Nim 183104101187
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu FX
Wahyu Widiantoro,S.Psi.,MA
Pada Desember 2019, dunia internasional dihebohkan dengan penemuan virus
baru yang disebut “Corona” di Wuhan,
Tiongkok, bersumber dari media, awal mula penyebarannya virus tersebut
diduga melalui konsumsi daging “kelelawar”.
Beberapa bulan kemudian kasus
tersebut menjadi isu internasional, karena penyebarannya yang begitu cepat ke
berbagai negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan terdapat
lebih dari 100.000 kasus di dunia internasional, yang mengakibatkan kematian
lebih dari 3.000 orang.
Wabah atau virus tersebut akhirnya
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lesu di beberapa negara, termasuk
Indonesia, pelarangan kunjungan luar negeri, sampai pembatasan aktivitas umum
masyarakat.
Di Indonesia sendiri, virus tersebut mulai menjadi kepanikan masyarakat,
karena awal Maret 2020, pemerintah mengumumkan dua orang warga negara
Indonesia, positif terjangkit virus
corona yang kemudian disebut virus Covid-19.
Penyebarannya yang cepat mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia
menjadi rawan, sebut saja Jakarta, Surakarta, Depok dan berapa daerah lainnya.
Penanganan dari pemerintah daerah pun dilakukan beragam, mulai dari
memberhentikan sementara aktivitas masyarakat, termasuk persekolahan, sampai
pemberlakuan KLB (Kejadian
luar biasa) di Sukakarta.
Pemerintah pusat pun telah
menunjuk juru bicara penanganan viris Covid-19 yaitu Achmad Yurianto
sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes.
Kabar Terbaru, Pemerintah Pusat
telah membentuk gugus tugas untuk mengatasi virus Covid-19, yang dipimpin
langsung oleh Kepala BNPB, Letjen. Doni Monardo. Narasi di atas telah
menunjukan kepada kita, ikhtiar pemerintah Indonesia dalam mengatasi virus
Covid-19 yang sangat meresahkan.
Faktanya masih terjadi resistensi
dalam masyarakat kita, terutama dalam hal “keterbukaan” pemerintah mengenai
data komprehensif seputar penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
Memang kebijakan tersebut akan menimbulkan
dampak lain, tetapi mari kita refleksikan, bagaimana agar masyarakat tidak
panik, sedangkan masyarakat tidak mengetahui lokasi pasti penyebaran virus
Covid-19 tersebut. Mereka hanya mampu menebak dan mendeskripsikan spekulasi.
Memberikan rasa aman menjadi tugas
wajib pemerintah. Beragamnya pemberitaan media nasional maupun internasional
mengenai perkembangan virus Covid-19 ini menjadi konsumsi publik, yang
mengakibatkan tidak jelasnya pemberi informasi utama yang representatif dan
efektif. Lumrah publik menunggu informasi valid dari pemerintah agar masyarakat
tidak berspekulasi, dan berburuk sangka, keterbukaan pemerintah akan
menimbulkan rasa aman, nyaman dan mengatasi ketidaktahuan masyarakat.
Mengapa sampai saat ini jumlah
pasien yang terkena virus Covid-19 di Indonesia cenderung bertambah, karena
tidak terjadi keterbukaan yang mampu mengatasi rasa penasaran masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan upaya kerja sama baik dengan lembaga swasta maupun
masyarakat umum, sehingga kuncinya pada proses komunikasi dan kepercayaan.
Memang secara general problematika
mengenai virus Covid-19 berada pada ranah kesehatan, sehingga orang yang bukan
ahlinya tidak memiliki kesempatan untuk berperan aktif mengatasi kasus
tersebut.
Tetapi jangan lupa, ilmu politik memiliki
konsep “mempengaruhi dan mengajak”, bagaimana pemerintah mengajak masyarakat
untuk melaksanakan pola hidup sehat, dan mempengaruhi agar masyarakat mau
melaksanakan instruksi pemerintah terkait penanganan virus Covid-19, menjadi
alternatif solusi guna mempercepat Indonesia terbebas dari virus Covid-19.
Bagiamana masyarakat bersedia
patuh akan ajakan dan anjuran pemerintah, sedangkan masih terdapat
ketidakterbukaan mengenai informasi yang masih layak diketahui oleh masyarakat
umum.
Efektifnya pemerintah diikuti dan
dihormati, sangat dipengaruhi oleh keteladanan pemerintah itu sendiri, walau
tetap perlu kita apresiasi upaya pemerintah dalam mengatasi virus tersebut.
Sejak dulu bangsa ini selalu
berhasil karena adanya kerja sama, bagaimana kerja sama mengusir penjajah,
merumuskan dasar negara, menjalankan roda pemerintahan. Tentu dalam konteks
mengatasi virus Covid-19 ini perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak,
sehingga tahap pertama yang perlu dilakukan adalah saling percaya dan
bersinergi.
Konkritnya pemerintah perlu
berkolaborasi dengan berbagai institusi dan lembaga baik negara maupun swasta.
Terlebih dengan media sebagai mitra dalam memberikan informasi yang valid dan
komprehensif mengenai virus tersebut.
Semakin masyarakat mengetahui
karakteristik dan pola penyebaran virus Covid-19, akan semakin memperbesar
peluang masyarakat terbebas dari virus tersebut. Terlebih virus tersebut telah
ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi.
Sebagai bangsa yang beradab tentu
kita perlu merefleksikan fenomena tersebut dengan penuh kebijaksanaan,
bagaimana kesiapan negara kita dalam mengatasi berbagai ancaman, yang
mengganggu keberlangsungan hidup bangsa. Di atas kekuasaan manusia, masih ada
kekuasaan Tuhan, sejarah mencatat bagaimana dengan mudahnya Tuhan menghilangkan
sebuah peradaban manusia yang dzolim.
Terlalu dini sekaligus jauh
menyimpulkan bahwa penyebaran Covid-19 merupakan murka Tuhan, tetapi dengan
fenomena tersebut kita harus menyadari pentingnya menjadi bangsa yang religius
dan beradab.
Referensi:
https://www.suara.com/yoursay/2020/03/16/092818/menyikapi-virus-covid-19
(diakses 16 maret 2020)
0 komentar:
Posting Komentar