Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Senin, 30 Juni 2025

ESSAY 7: BANK SAMPAH- Cholifahtun Pratista- 23310410120

 

ESSAY 7: BANK SAMPAH

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.

 

 


Nama: Cholifahtun Pratista Dewi

NIM: 23310410120

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 

Pengelolaan Sampah Terpadu di TPS Go-Sari, Guwosari, Pajangan, Bantul. Permasalahan sampah merupakan tantangan besar bagi setiap daerah, termasuk di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengatasi persoalan ini secara mandiri, Desa Guwosari melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Guwosari Maju Sejahtera membentuk Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) yang dikenal dengan nama TPS Go-Sari. Didirikan sejak November 2019, TPS Go-Sari kini menjadi contoh sukses pengelolaan sampah terpadu yang mampu menyelesaikan sampah hingga tuntas di tingkat desa.

 


Pengumpulan dan Pemilahan dari Rumah Tangga Proses pengelolaan dimulai dari edukasi kepada warga mengenai pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Sampah yang dikumpulkan dan diangkut menggunakan kendaraan roda 3 seperti tossa di dapatkan sampah dari sekitar 500–550 kepala keluarga (KK) dipilah menjadi empat kategori:

  • Bosok (organik basah) seperti sisa makanan dan sayuran
  • Godhong tok (organik kering) seperti daun kering dan ranting
  • Rongsok (anorganik bernilai) seperti botol plastik, kardus, dan logam
  • Popok (residu) yang tidak dapat didaur ulang

Pemilahan ini menjadi langkah krusial agar sampah yang masuk ke TPS bisa langsung diarahkan ke jalur pengolahan masing-masing.

 


Pengolahan Sampah Organik: Kompos dan Maggot Sampah organik seperti sisa makanan diolah menjadi pakan maggot (larva lalat Black Soldier Fly). Maggot kemudian dijual sebagai pakan ternak yang bernilai ekonomi tinggi. Sementara itu, sampah daun dan ranting dijadikan kompos yang dapat digunakan untuk pertanian warga atau dijual. Selain mengurangi volume sampah, proses ini juga mendukung pertanian berkelanjutan dan ekonomi desa.

 

Pengelolaan Sampah Anorganik Bernilai Sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomi, seperti plastik dan logam, dipilah lebih lanjut oleh petugas TPS dan kemudian dijual ke pengepul. Penghasilan dari penjualan rongsok ini menjadi salah satu sumber pendapatan untuk operasional TPS dan menambah pemasukan desa. Proses ini menghidupkan kembali konsep ekonomi sirkular, di mana barang bekas mendapatkan nilai guna kembali.

 


Penanganan Sampah Residu dengan Insinerator Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang seperti popok, tisu basah, dan pembalut dikelompokkan sebagai residu. Sampah ini dimusnahkan melalui alat insinerator berkapasitas sekitar 1 ton/hari. Meskipun alat ini menghasilkan abu, insinerator menjadi solusi sementara untuk meminimalisir pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang sudah mengalami kelebihan kapasitas.

Namun demikian, pengelola tetap berupaya agar penggunaan insinerator dilakukan seminimal mungkin karena menyadari dampak lingkungan jangka panjang.

 


Pemanfaatan Teknologi dan Aplikasi Digital TPS Go-Sari juga memanfaatkan aplikasi digital bernama “Go-Sari” dan integrasi dengan aplikasi Rapel yang memudahkan pencatatan pengambilan sampah, sistem pembayaran iuran, serta pemetaan rumah tangga yang sudah berpartisipasi. Hal ini meningkatkan efisiensi operasional dan transparansi pengelolaan.

Penyelesaian Sampah di Tingkat Desa Dengan sistem pengelolaan yang menyeluruh, TPS Go-Sari mampu menyelesaikan hampir 100% sampah yang terkumpul di tingkat desa tanpa harus mengandalkan TPA luar. Konsep ini dikenal sebagai Zero Waste Village, di mana semua jenis sampah diolah hingga tuntas. TPS Go-Sari bukan hanya tempat pengumpulan sampah, tetapi menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis desa. Prosesnya mencakup pemilahan, pengolahan organik dan anorganik, pemanfaatan teknologi, hingga pembakaran residu secara terkendali. Model ini layak direplikasi di daerah lain karena mampu menyelesaikan persoalan sampah dari hulu hingga hilir secara berkelanjutan.

Dengan peran aktif masyarakat dan dukungan kelembagaan desa, TPS Go-Sari membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang terpadu dan mandiri sangat mungkin dilakukan – bahkan menghasilkan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial yang nyata.

Minggu, 29 Juni 2025

Essai 4 Psikologi Lingkungan – Daur Ulang Sampah Organik

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

 

DAUR ULANG SAMPAH NON ORGANIK 

 

NAUFAL M A LUBIS

22310420087

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta M. A

 

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS  PROKLAMSI 45 YOGYAKARTA

 

Di tengah meningkatnya kekhawatiran global akan dampak pencemaran lingkungan, sampah non-organik seperti plastik menjadi salah satu ancaman terbesar bagi bumi. Plastik dikenal sulit terurai secara alami bahkan, satu botol plastik bisa membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk dapat terurai. Setiap harinya, jutaan ton plastik dibuang, sebagian besar berakhir di laut, mencemari ekosistem dan membahayakan kehidupan laut serta manusia.

Namun, di balik tantangan tersebut, muncul berbagai inisiatif kreatif sebagai solusiyaitu denga  mendaur ulang dan pemanfaatan kembali. Mengubah sampah menjadi barang fungsional tidak hanya membantu mengurangi sampah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai jual yang dapat di nikamati secara pribadi. 

Sebagai bentuk kontribusi kecil, saya memulai sebuah proyek sederhana dengan memanfaatkan galon air mineral bekas berkapasitas 15 liter. Daripada dibuang atau dibiarkan menumpuk tanpa guna, galon ini saya sulap menjadi tempat akuarium ikan mini. Prosesnya cukup sederhana : galon dibersihkan (galon dapat berupa merk lain dari mulai 5 – 15 liter),  dipotong sebagian sisi atas untuk membentuk bukaan masuknya air dan ikan serta udara, lalu dihias dengan kerikil dan tanaman air (pilihan jika ada), dan tentu saja beberapa ikan kecil. Hasil akhirnya bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga menciptakan suasana relaksasi yang dapat mendukung kesejahteraan psikologis. Hal ini uga sudah banyak yang melakukan penerapan seperti pemanfaatan galon untuk tanaman hias, pembatas pagar, tempat sampah atau alternatif pengganti ember. 




Gambar 1 : Pemanfaatan menjadi pot tanaman dan ember mutifungsi.



Gambar 2 : Pemanfaatan galon menjadi tempat sampah. 

Proyek ini sekaligus menjadi refleksi bahwa daur ulang bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek psikologis. Aktivitas kreatif seperti ini dapat menjadi sarana terapi sederhana melatih fokus, mengurangi stres, dan memberikan rasa puas atas karya yang dihasilkan. Mengolah kembali sampah plastik bukanlah hal yang rumit atau hanya bisa dilakukan industri besar. Kita semua bisa memulai dari hal kecil, dari rumah, dengan barang-barang di sekitar kita. Galon bekas, botol plastik, kemasan makanan semuanya punya potensi untuk dihidupkan kembali dengan sentuhan kreatif. Tahapan sangat mudah mengelola galon mineral menjadi alternatif pengganti akuarium untuk ikan. Caranya adalah pertama sediakan galon yang sudah tidak terpakai, kemudian potong bagian tengah galon atau bisa langsung diolah tanapa dipotong. Tahap terakhir tinggal isi air bersih, hiasan, dan ikan (seperti yang digambar). 




Gambar 3 : Pemanfaatan galon menjadi akuarium ikan. 

Mari jadikan upaya daur ulang sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Karena setiap plastik yang kita manfaatkan kembali adalah satu langkah lebih dekat menuju bumi yang lebih bersih, dan jiwa yang lebih sehat.

 

Daftar pustaka :

Gambar 1 & 2 :

https://images.app.goo.gl/koPnYGozrCtoQECG9

https://www.rri.co.id/daerah/852845/pemanfaatan-galon-air-mineral-bekas-untuk-pot tanaman

https://vt.tiktok.com/ZSkqKkXKx/

Gambar 3 :

Naufal M A Lubis


 

Essai 5 Psikologi Lingkungan - Eksperimen ke Rumah Dosen

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

 

KUNJUNGAN PRAKTEK KE RUMAH DOSEN

 

NAUFAL M A LUBIS

22310420087

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta M. A

 

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 

 

Gambar 1 : Kunjungan mahasiswa Psikologi 45. 

Pengelolan sampah merupakan bentuk kepedulian diri sendiri terhadap lingkungan sekitar atau lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Adanya pengelolaan sampah ini baik organik ataupun anorganik, memeberikan efek yang sangat berperngaruh terhadap lingkungan yang ada. Pergerakan ini mendorong seluruh masyarakat lebih menegerti dan paham terhadap penggunaan sampah yang ada di sekitar, atau sampah rumah tangga yang dimiliki. 

            Adanya kegiatan yang dilakukan ibu dosen Dr. Dra. Arundati Shinta, MA, yang dilakukan pada Minggu, 04 Mei 2025, pukul 09:00 WIB, yang berlokasi di kediaman ibu Shinta sendiri. Mahasiswa diminta melakukukan kegiatan yang bermanfaat ini dengan jumlah dalam 1 kelas psikologi lingkungan 2025. Mahasiswa diminta membawa makanan dengan keterangan 1 bahan makanan yang dilapisin oleh bahan organik seperti arem-arem atau lemper, dan 1 bahan makanan yang dilapisi oleh plasitik bisa seperti kue sus atau lapis. Hal ini bertujuan untuk melakykan praktik dengan bahan yang ada dan memudahkan mahasiswa dalam pemilihan sampah organik maupun nonorganik. 

            Pada kesempatan kali ini, mahasiswa juga diberitahu apasaja yang dapat diolah. Pengelolaan sampah ini dibagi dalam beberapa tahap dan bagian sampah organik mauapun non-organik. Pembagaian ini berupa pebuatan kompos, pemanfaatan bahan plastik yang dapat dijadikan ecobrick dan ada pembagian dalam pembuatan ecoenzim. 

            Hal eksperimen ini saya melihat bagaimana proses pembuatan ecoenzim dengan pembuatan kompos yang dilakukan oleh temen-teman lainnya. Disini saya melakukan eksperimen dengan membuat ecoenzim, bahan pembuatan ini kebetulan sudah ada yang telah dibuat oleh bu Shinta dengan bahan cairan ecoenzim yang sudah berusia 3 bulan. Bahan eco enzim sendiri terdiri dari, gula aren, air biasa, dan sampah kulit buah yang tersedia untuk perbandingannya adalah 1 (sampah kulit) : 3 (gula aren) : 10 (air) atau dengan contoh kulit buah 270 gr, gula aren 90 gr, dan air 900 ml . Dalam proses ini, sampah kulit buah dipotong kecil dengan meneysuaikan bentuk atau ukuran lubang botol mineral yang ada. Kemudian larutkan gula merah di air panas atau yang sudah mendidih, aduk hingga semua adonan rata kemudia diamkan untuk suhu cairan sedikit dingin. Pada proses selamnjutnya masukkan potongan daun sereh untuk menambahkan rasa aroma citrus yang segar dan saring air menggunakan saringan llalau masukkan kedalam botol. Kemudian potongan kulit dan cairan laurat gula arean menyatu dalam botol, laukan permentasi selama kurang lebih 3 bulan dan tutup botol dengan plastisin dan lakban kertas. 

  

Jika ingin membuat sabun eco enzim mudah dengan tamabahan bahan seperti, sabun MES 200 gr, glyserin 270 ml, garam, aminon 90 gr, pewangi secukupnya, pewarna, semua bahan akan diaduk dengan menggunkan cairan ecoenzim yang sudah di permentasi lalu letakakan dalam botol ukuran 350 ml. eksperimen ini menjadi sarana baik dalam penyampaian pemanfaatan sampah yang baik, bukan sekedar praktik untuk pengelolaan saja tapi hal ini juga dapat menambah pundi-pundi uang tunai dengan melakukan pemasaran dengan packaging yang menarik. 

 


Gambar 2 : Pembuatan bahan ecoenzim. 

Daftar Pustaka : 
 
Gambar 1 & 2 : Naufal M A Lubis


 


Essai 6 Psikologi Lingkungan – Pengelolaan Sampah TPSA Randu Alas

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

 

PENGELOLAAN SAMPAH DI TPST RANDU ALAS

 

NAUFAL M A LUBIS

22310420087

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta M. A

 

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 

 

 

 

Saya bekesempatan dapat mengunjungi salah satu TPS yang menerapkan 3R dalam pengelolaanya, yaitu TPST Randu Alas yang berlokasi di Jalan Pandanaran, Sardonoharjo, Kaliurang. Pada tanggal 19 April 2025 bersama ibu Shinta saya mengunjungi TPS tersebut sambil memperlajari proses pengelolaan sampa, pemilihan sampah yang akan dikelola, serta ilmu lainnya dalam urusan sampah. TPST Randu alas berdiri sekitar tahun 2015 dan mulai pengoprasian bangunan pada 2016. 

Acara kunjungan dibuka ibu Shinta selaku dosen dan pembimbing dalam melakukan kegiatan lapangan di TPST Randu Alas. Beliau memberikan arahan dan indormas dalam bentuk materi pembicaraan seperti informasi mengenai jenis sampah, pengelolaan sampah, pengetahuan tentang lokasi TPST Randu Alas berada, struktur pengelolaan sampah, dan pengajaran tentang bentuk rasa taanggung jawab dalam kepedulian lingkungan. Dalam sesi ini, bu Shinta di temani oleh kepala pengelola TPST Randu Alam yaitu pak Tujono sekaligus pegagas dalampembentukan TPS yang berdasarkan 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle. 

Pengelolaan sampah tersebut berasal dari sampah rumah tangga yang berada di sekitaran area TPS. Adanya kurang lebih 300 an KK yang teraftar dalam pemungutan tersebut, hal ini dilakukan dengan biaya perbulan yang bervariatif. Biaya yang dibutuhkan atau yang dikumpulkan dalam per bulanya kurang lebih mulai dari 20-60k perbulan. Adanya benefit yang dapat diterima dari pemunguta terebut adalah, adanya akses dalam pengumpulan tanpa harus memmbuang sampah sendiri, adanya pemilahan yang dilakukan oleh staff yang bekerja dalam pemisahan jenis sampah, dan terjaganya lingkungan sekitar. Jenis atau betuk sampah yang paling sering diterima ole TPS tentunya sampah organik dan onorganiktermasuk kain, jika sampah pembalut atau popok nanatinya akan ada itikatd baik atau tambahan biaya dengan alasan sampah yang sanagat susah diolah memerlukan peningkatan pemerhatian dengan memotong dan membersihkan sampah tersebut. 

       

Gambar (Naufal) : TPTA Randu Alas


Penerapan tugas utama dalam TPS ini adalah 3R degan pengelolaan sampah organik yang nantinya akan dikumpulkan dalam lubang besar yang akan nanatinya terurai seiring berjalan waktu sampah non-organik nantinya akan dipilah dan dipotong melalui mesin cutter khusus sampah seperti penggiligan yang mengangukut lebih dari 10 kg sampah, kemudian sampah yang dapat diurai akan dilakukan pembakaran. Pembakaran melalui tungku besar, dan cong yang menghadap tidak langsung ke permungkiman warga, yang nantinya ampas sisa pembakaran menjadai bahan timbunan tanak yang ada di belakang TPS. 

TPS dikelola bukan hanya oleh pak Tujono saja, pengelolaan terdiri dari 6 anggota yang bertugas dengan pembagian, 3 devisi yang bertugas menngangkut sampah, dan sisanya dalam pemilhan sampah. Dalam pengoprasionalnya ada banyak dan sedikitnya kendala yang dihadapi, seperti SDM pengelolaan yang kurang, pengetahuan kepada masyarakat dalam pemilhan, pemerhatian dalam alat yang tersedia, dan harapan besar terkait ke pemerintahan dalam pendanaan aataupun pemfasilitasn yang ada dalam TPST. 

Hal ini sangat bermanfaat dalam pemeberdayaan masyarakat, pengelolaan ini perlu dukungan yang besar dalam pengeorasionalannya. Dukungan dari semua sektor sangat diharapkan oleh TPST Randu Alas. Acara penyuluhan ini juga diharapkan dilakukan pergerakan yang aktif, bukan hanya sebagai pendengar saja diharpakan juga sebagi pelaku kepedulian sampah terhadap lingkungan.



                                                    Gambar (Naufal) : TPTA Randu Alas
 

ESSAY 8: KEGIATAN PRO LINGKUNGAN- Cholifahtun Pratista- 23310410120

 

ESSAY 8: KEGIATAN PRO LINGKUNGAN

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.


 

 

Nama: Cholifahtun Pratista Dewi

NIM: 23310410120

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Komitmen Seorang Mahasiswa dalam Menangani Sampah di Bantul: Sebuah Langkah Kecil Menuju Perubahan Besar

Masalah sampah telah menjadi persoalan krusial di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas konsumsi, volume sampah pun bertambah, terutama sampah plastik yang sulit terurai dan sering mencemari lingkungan. Dalam hal ini, peran mahasiswa sebagai agen perubahan menjadi sangat penting. Sebagai individu terdidik dan bagian dari masyarakat, mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk berkontribusi dalam pengelolaan sampah, dimulai dari kebiasaan sehari-hari seperti penggunaan kantong plastik dan cara membuang sampah.

Komitmen dalam menangani sampah bukanlah hal besar yang harus dilakukan secara serentak dan masif, melainkan bermula dari tindakan sederhana namun konsisten. Sebagai Seorang mahasiswa di Bantul, misalnya kita dapat menunjukkan komitmen tersebut dengan memilih untuk membawa tas belanja sendiri setiap kali berbelanja di pasar atau toko. Dengan menolak kantong plastik sekali pakai, mahasiswa tidak hanya mengurangi limbah plastik, tetapi juga memberi contoh konkret kepada masyarakat sekitarnya tentang pentingnya gaya hidup yang ramah lingkungan.

Selain itu, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya juga menjadi wujud nyata komitmen terhadap lingkungan. Di banyak titik di wilayah Bantul, masih sering dijumpai tumpukan sampah liar yang dibuang sembarangan. Dalam hal ini, mahasiswa dapat menjadi pelopor perubahan dengan disiplin membuang sampah sesuai jenisnya organik, anorganik, dan B3 serta mengedukasi masyarakat sekitar, termasuk keluarga dan tetangga, tentang pentingnya memilah sampah sejak dari rumah.

Komitmen tersebut tidak datang begitu saja, melainkan lahir dari kesadaran akan dampak jangka panjang sampah terhadap lingkungan, kesehatan, dan keberlanjutan hidup manusia. Mahasiswa, sebagai kaum intelektual, perlu terus mengasah kepedulian sosial dan lingkungan mereka melalui literasi, kegiatan kampus, maupun keterlibatan langsung dalam program-program lingkungan seperti bank sampah, kampanye bebas plastik, atau gerakan bersih desa.

Tentu, tantangan akan selalu ada. Lingkungan sosial yang masih permisif terhadap penggunaan plastik, minimnya fasilitas pendukung, serta kurangnya penegakan regulasi bisa menjadi hambatan. Namun, komitmen sejati terlihat dari kemampuan untuk tetap teguh menjalankan prinsip meski dalam kondisi yang tidak ideal. Keteladanan dari mahasiswa dapat menjadi pemantik perubahan budaya yang lebih luas.

Dengan demikian, komitmen mahasiswa dalam menangani sampah di Bantul merupakan langkah penting dalam upaya menjaga lingkungan. Meskipun terlihat sederhana, kebiasaan membawa tas belanja sendiri dan membuang sampah pada tempatnya adalah bagian dari perubahan budaya yang lebih besar menuju masyarakat yang lebih peduli lingkungan. Perubahan besar dimulai dari tindakan kecil—dan mahasiswa memiliki peran strategis sebagai penggerak awal dari perubahan tersebut.

Sabtu, 28 Juni 2025

ESSAY 8 - Pro Lingkungan

 Komitmen tentang Pro lingkungan 

Psikologi Lingkungan 


Nama    : Antonius Wikan Purwanto 

NIM    : 23310410110

Dosen Pengampu : Arundati Shinta, M.A

Universitas Proklamasi 45 

Yogyakarta


Namaku Antonius Wikan P, seorang mahasiswa yang tinggal di Bantul, Yogyakarta. Di tengah keindahan alam dan budaya yang masih kental, Bantul juga menghadapi tantangan lingkungan seperti sampah rumah tangga, limbah plastik, dan laju pembangunan yang sering mengabaikan keseimbangan alam.

Namun, di balik itu semua, aku bersyukur tinggal di lingkungan yang masih punya semangat gotong royong dan kepedulian terhadap bumi. Di desa tempat tinggalku, setiap bulan ada kegiatan bank sampah, di mana warga membawa sampah anorganik seperti botol plastik, kardus, dan kertas untuk ditimbang dan ditukar dengan uang atau sembako. Sampah-sampah itu nantinya akan disalurkan ke tempat daur ulang.

Selain itu, aku aktif dalam komunitas "Sadar Lingkungan Bantul", yang digerakkan oleh anak-anak muda. Kami mengadakan aksi bersih sungai di Kali Opak dan Kali Progo, menanam pohon di sekitar bantaran, serta edukasi ke sekolah-sekolah dasar tentang pentingnya memilah sampah dan menjaga alam.

Yang paling menginspirasi adalah kunjunganku ke sebuah pesantren di Imogiri yang memproduksi eco enzim dari sampah dapur. Para santri memfermentasi kulit buah dan sisa sayur menjadi cairan serbaguna yang bisa digunakan sebagai pembersih, pengusir serangga, dan pupuk cair. Mereka membuktikan bahwa ilmu agama bisa sejalan dengan kepedulian terhadap lingkungan.

Bantul mungkin bukan kota besar, tapi semangat warganya luar biasa. Di pasar tradisional, kini banyak pedagang yang mulai mengurangi kantong plastik. Di beberapa sekolah, sudah ada gerakan zero waste dan kantin yang tidak menjual makanan berbungkus plastik.

Aku bangga menjadi bagian dari perubahan kecil ini. Karena menjaga lingkungan bukan soal besar atau kecilnya tindakan, tapi tentang kemauan untuk mulai, hari ini juga, di tempat kita berpijak.

 


ESSAY 3 - Before After Sampah

 Kegiatan Before After Sampah 

Psikologi Lingkungan 


Nama: Antonius Wikan Purwanto

NIM : 23310410110

Dosen Pengampu : Arundati Shinta, M.A

Universitas Proklamasi 45 

Yogyakarta


Hari Minggu bertempat di Embung Imogiri,Bantul kemarin menjadi salah satu hari yang berkesan bagiku. Awalnya, aku hanya ingin berjalan-jalan pagi di sekitar taman dekat rumah. Tapi, saat melewati jalan setapak menuju taman, aku merasa tidak nyaman melihat banyaknya sampah yang berserakan — mulai dari plastik bekas minuman, bungkus jajanan, hingga puntung rokok.

Aku sempat berhenti dan hanya memandangi semua itu. Dalam hati, aku berpikir, “Kalau bukan aku yang peduli, siapa lagi?” Akhirnya aku memutuskan untuk pulang sebentar, mengambil kantong sampah, sarung tangan, dan masker, lalu kembali ke tempat itu.



Sebelum dibersihkan, jalan setapak itu benar-benar kotor. Rumputnya tinggi, sampah plastik terselip di semak-semak, dan baunya pun tidak sedap. Taman kecil yang harusnya jadi tempat santai justru tampak kumuh.

Selama hampir satu jam, aku memunguti satu per satu sampah yang berserakan. Kadang aku harus jongkok, atau menarik sampah yang tersangkut di antara ranting. Tidak sedikit orang lewat yang memandangku heran, tapi ada juga yang tersenyum dan mengangguk, seakan memberi semangat.

Setelah selesai, aku melihat perbedaannya begitu jelas. Jalan setapak tampak bersih dan rapi. Aku bahkan menata ulang beberapa batu yang berserakan agar jalannya lebih enak dilalui. Rasanya ada kepuasan tersendiri melihat perubahan itu — dari yang semula kotor dan tak terurus, menjadi bersih dan enak dipandang.

Aku pulang dengan tubuh berkeringat, tapi hati terasa ringan. Dari pengalaman sederhana ini, aku belajar bahwa satu tindakan kecil bisa membawa perubahan nyata. Dan ternyata, membersihkan sampah bukan hanya tentang kebersihan, tapi juga tentang cinta pada lingkungan.




 


ESSAY 8 - KOMITMEN MENJAGA LINGKUNGAN

 

Komitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan

Dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan, saya berkomitmen untuk mengelola sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan berorientasi pada pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.

    Mengurangi Produksi Sampah (Reduce): Menghindari penggunaan barang sekali pakai seperti plastik kresek dan mengganti dengan produk ramah lingkungan dan berkualitas agar tahan lama seperti tas dari kain selain itu juga  Mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara efisien seperti menggunakan kendaraan bermotor ketika bepergian dengan jarak yang cukup jauh dan tidak dapat dijangkau dengan sepeda

Menggunakan Kembali (Reuse):  Memanfaatkan kembali barang-barang yang masih layak pakai seperti ban bekas yang kemudian diolah menjadi kerajinan seperti meja dan kursi agar memiliki nilai jual  .  Mendorong kreativitas dalam mendaur ulang barang bekas menjadi produk bernilai jual dan bernilai guna.

Mendaur Ulang Sampah (Recycle):Memilah sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya. Mendukung program daur ulang dan bank sampah dengan memilih dan memilah sampah organik dan anorganik  di lingkungan sekitar. Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi Aktif, Menyebarkan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah,  Mengajak komunitas untuk terlibat aktif dalam kegiatan bersih lingkungan didesa

Dengan komitmen ini diharapkan bahwa dapat sedikit demi sedikit mengurangi sampah yang dapat mencemari bumi dan merusak lingkungan sehingga anak cucu kita kelak dapat menikmati lingkungan yang tetap sehat, bersih dan layak untuk ditinggali.