Kegiatan Kunjungan dan Belajar di
TPST Randu Alas
Pada kegiatan kali ini mahasiswa Psikologi UP45 mendapatkan kesempatan untuk beljar lebih
lanjut mengenai sampah di TPST Randu Alas. Dalam proses belajar ini penulis
diintruksikan untuk membelikan makanan dan minuman untuk pegawai di TPST namun
ternyata intruksi yang sampai ini kurang tertangkap dengan baik sehingga
sedikit ada misskomunikasi diawal. Namun hal ini tidak menggoyahkan penulis dan
rekan-rekan dalam proses pembelajaran.
Di TPST ini terdapat 7 orang karyawan termasuk
koordinatornya. Jika dilihat lokasinya memang cukup luas dan menurut penulis
sudah tertata dari proses pemilahan dan pembakarannya. Namun namanya sampah
tetaplah sampah yang sangat bau. Dan baunya itu sangat mencekam. SOP yang ada
di TPST ini adalah semua karyawannya harus menggunakan sarung tangan dan juga
masker. Mengapa demikian jelas sekali bahwa namanya sampah tetaplah sampah yang
memang sangat menjijikan dan kotor. Sehingga SOP ini dilakukan untuk melindungi
karyawan yang bekerja di TPST. Karyawan disini tentulah sangat dengan dengan
penyakit. Tidak hanya flu tetapi juga
bia menjadi infeksi. Sehingga SOP ini memang harus dijalankan. Selain ada SOP
TPST juga sudah bekerjasama dengen puskesmas untuk siap mengobati sakit para
karyawan. Namun beberapa karyawan tidak mau mengeclam hak tersebut dikarenakan
malas antrinya.
Dari 7 karyawan ini tentunya juga dipikirkan
kesejahteraannya. Kesejahteraan karyawan tergantung dengan jumlah pelanggan yang ada di
TPST tersebut. Gaji yang bisa didaptkan setiap bulannya adalah sekitar
1.800.000 – 2.000.000. beragam harga pengambilan sampah setiap rumahnya pun
berbeda-beda dari harga 30.000, 50.000,
sampai dengan 450.000. Itupun jika dilihat harganya kurang bagi pengorbanannya.
Namun masayrakat terkadang telihat acuh tak acuh dengan membuang sampah tidak
dikelompokkan. Bahkan membuang sampah sentimentilpun tidak dibersihkan.
Jika dilihat dari narasi diatas sebenarnya manusia sendirilah
yang membuat bumi ini semakin gersang dan semakin rusak. Sudah dibantu dengan
adanya TPSTpun belum bisa membuat manusia ini menjadi berubah mau mengelompokkan
sampahnya. Itu memang terlihat mudah tetapi sebenarnya sulit dilakukan apalagi
konsisten.
0 komentar:
Posting Komentar