Kegiatan Before After Sampah
Psikologi Lingkungan
Nama: Antonius Wikan Purwanto
NIM : 23310410110
Dosen Pengampu : Arundati Shinta, M.A
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Hari Minggu bertempat di Embung Imogiri,Bantul kemarin menjadi salah satu hari yang berkesan bagiku.
Awalnya, aku hanya ingin berjalan-jalan pagi di sekitar taman dekat rumah.
Tapi, saat melewati jalan setapak menuju taman, aku merasa tidak nyaman melihat
banyaknya sampah yang berserakan — mulai dari plastik bekas minuman, bungkus
jajanan, hingga puntung rokok.
Aku sempat berhenti dan hanya memandangi semua itu. Dalam hati,
aku berpikir, “Kalau bukan aku yang peduli, siapa lagi?” Akhirnya aku
memutuskan untuk pulang sebentar, mengambil kantong sampah, sarung tangan, dan
masker, lalu kembali ke tempat itu.
Sebelum dibersihkan, jalan setapak itu benar-benar kotor. Rumputnya tinggi, sampah plastik terselip di semak-semak, dan baunya pun tidak sedap. Taman kecil yang harusnya jadi tempat santai justru tampak kumuh.
Selama hampir satu jam, aku memunguti satu per satu sampah yang
berserakan. Kadang aku harus jongkok, atau menarik sampah yang tersangkut di
antara ranting. Tidak sedikit orang lewat yang memandangku heran, tapi ada juga
yang tersenyum dan mengangguk, seakan memberi semangat.
Setelah selesai, aku melihat perbedaannya begitu jelas. Jalan
setapak tampak bersih dan rapi. Aku bahkan menata ulang beberapa batu yang
berserakan agar jalannya lebih enak dilalui. Rasanya ada kepuasan tersendiri
melihat perubahan itu — dari yang semula kotor dan tak terurus, menjadi bersih
dan enak dipandang.
Aku pulang dengan tubuh berkeringat, tapi hati terasa ringan. Dari
pengalaman sederhana ini, aku belajar bahwa satu tindakan kecil bisa membawa
perubahan nyata. Dan ternyata, membersihkan sampah bukan hanya tentang
kebersihan, tapi juga tentang cinta pada lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar