Senin, 30 Juni 2025

ESSAY 7: BANK SAMPAH- Cholifahtun Pratista- 23310410120

 

ESSAY 7: BANK SAMPAH

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.

 

 


Nama: Cholifahtun Pratista Dewi

NIM: 23310410120

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 

Pengelolaan Sampah Terpadu di TPS Go-Sari, Guwosari, Pajangan, Bantul. Permasalahan sampah merupakan tantangan besar bagi setiap daerah, termasuk di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengatasi persoalan ini secara mandiri, Desa Guwosari melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Guwosari Maju Sejahtera membentuk Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) yang dikenal dengan nama TPS Go-Sari. Didirikan sejak November 2019, TPS Go-Sari kini menjadi contoh sukses pengelolaan sampah terpadu yang mampu menyelesaikan sampah hingga tuntas di tingkat desa.

 


Pengumpulan dan Pemilahan dari Rumah Tangga Proses pengelolaan dimulai dari edukasi kepada warga mengenai pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Sampah yang dikumpulkan dan diangkut menggunakan kendaraan roda 3 seperti tossa di dapatkan sampah dari sekitar 500–550 kepala keluarga (KK) dipilah menjadi empat kategori:

  • Bosok (organik basah) seperti sisa makanan dan sayuran
  • Godhong tok (organik kering) seperti daun kering dan ranting
  • Rongsok (anorganik bernilai) seperti botol plastik, kardus, dan logam
  • Popok (residu) yang tidak dapat didaur ulang

Pemilahan ini menjadi langkah krusial agar sampah yang masuk ke TPS bisa langsung diarahkan ke jalur pengolahan masing-masing.

 


Pengolahan Sampah Organik: Kompos dan Maggot Sampah organik seperti sisa makanan diolah menjadi pakan maggot (larva lalat Black Soldier Fly). Maggot kemudian dijual sebagai pakan ternak yang bernilai ekonomi tinggi. Sementara itu, sampah daun dan ranting dijadikan kompos yang dapat digunakan untuk pertanian warga atau dijual. Selain mengurangi volume sampah, proses ini juga mendukung pertanian berkelanjutan dan ekonomi desa.

 

Pengelolaan Sampah Anorganik Bernilai Sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomi, seperti plastik dan logam, dipilah lebih lanjut oleh petugas TPS dan kemudian dijual ke pengepul. Penghasilan dari penjualan rongsok ini menjadi salah satu sumber pendapatan untuk operasional TPS dan menambah pemasukan desa. Proses ini menghidupkan kembali konsep ekonomi sirkular, di mana barang bekas mendapatkan nilai guna kembali.

 


Penanganan Sampah Residu dengan Insinerator Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang seperti popok, tisu basah, dan pembalut dikelompokkan sebagai residu. Sampah ini dimusnahkan melalui alat insinerator berkapasitas sekitar 1 ton/hari. Meskipun alat ini menghasilkan abu, insinerator menjadi solusi sementara untuk meminimalisir pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang sudah mengalami kelebihan kapasitas.

Namun demikian, pengelola tetap berupaya agar penggunaan insinerator dilakukan seminimal mungkin karena menyadari dampak lingkungan jangka panjang.

 


Pemanfaatan Teknologi dan Aplikasi Digital TPS Go-Sari juga memanfaatkan aplikasi digital bernama “Go-Sari” dan integrasi dengan aplikasi Rapel yang memudahkan pencatatan pengambilan sampah, sistem pembayaran iuran, serta pemetaan rumah tangga yang sudah berpartisipasi. Hal ini meningkatkan efisiensi operasional dan transparansi pengelolaan.

Penyelesaian Sampah di Tingkat Desa Dengan sistem pengelolaan yang menyeluruh, TPS Go-Sari mampu menyelesaikan hampir 100% sampah yang terkumpul di tingkat desa tanpa harus mengandalkan TPA luar. Konsep ini dikenal sebagai Zero Waste Village, di mana semua jenis sampah diolah hingga tuntas. TPS Go-Sari bukan hanya tempat pengumpulan sampah, tetapi menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis desa. Prosesnya mencakup pemilahan, pengolahan organik dan anorganik, pemanfaatan teknologi, hingga pembakaran residu secara terkendali. Model ini layak direplikasi di daerah lain karena mampu menyelesaikan persoalan sampah dari hulu hingga hilir secara berkelanjutan.

Dengan peran aktif masyarakat dan dukungan kelembagaan desa, TPS Go-Sari membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang terpadu dan mandiri sangat mungkin dilakukan – bahkan menghasilkan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial yang nyata.

0 komentar:

Posting Komentar