Keterkaitan Budaya Film TILIK
Dengan Psikologi Sosial
Essay I Persyaratan Ujian Tengah
Semester Psikologi Sosial II
(Semester Ganjil 2021/2022)
Rahayu (20310410061)
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundati
Shinta, M.A
Suatu
Film bertema“Tilik” yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo yang
berlandaskan skenario karangan Bagus Sumartono yang dipublikasi pada tahun 2018
silam dan sempat booming membuat pembicaraan di ranah kehidupan sosial
masyarakat Indonesia. Pastinya peristiwa tersebut mengacu pada ciri-ciri atau
karakter kehidupan sehari-hari yang sudah menjadi dinamika kehidupan sosial
pada umumnya.
Film
tersebut menceritakan suatu budaya yang menjadi adat-istiadat masyarakat
Indonesia yaitu mengunjungi orang sakit. Budaya membesuk ini sampai dengan sekarang masih banyak
diaplikasikan di lingkungan pedesaan,
terlebih di pulau Jawa. Mayoritas jika
ada warga dari salah satu desa yang sakit, masyarakat di lingkungan tersebut
pada umumnya langsung beriring-iringan untuk pergi membesuk. Karena budaya yang
masih lekat inilah maka dijadikan sebuah film dan disusun rapi dengan parodi
yang luar biasa untuk menghibur.
Dalam
suatu adat budaya semakin besar tingkatan atau kelas atau semakin berpengaruh
seseorang yang sedang sakit, maka semakin besar juga jumlah orang yang akan
datang untuk mengunjungi berbeda dengan lingkungan perkotaan yang sudah mulai
lenyap. Dalam setting film dijelaskan terletak di wilayah Yogyakarta tetapi
bukan masyarakat kota metropolis, sehingga budaya antar yang masih dijunjung
tinggi di wilayah tersebut masih terasa melekat dan kentara (Anggraeni, 2019).
Namun
dari budaya tersebut ada salah satu fenomena yang menarik perhatian yaitu
Ghibah, fenomena tersebut diperankan oleh tokoh yang bernama Bu Tejo, pada film
informasi yang diberikan oleh Bu Tejo adalah membincangkan orang lain dari
perspektif diri sendiri, hal ini disebut dengan istilah ghibah. Dalam pandangan
psikologi ghibah menjadi sifat awal manusia untuk membincangkan orang lain.
Dalam temuan penelitian ini didapati bahwa dengan berburuk sangka, suudzon atau
ghibah bisa membuat kecemasan & stress, beban pikiran, dan munculnya
gangguan penyakit jantung (Azizah, 2018). Walaupun tokoh bernama Dian yang di
bicarakan oleh Bu Tejo, di akhir cerita memang mengarah kepada hasil yang
digunjingkan oleh Bu Tejo namun budaya ghibah sudah mengakar di masyarakat pada
umumnya.
Berdasarkan
film tersebut bisa ditelah dari berbagai perspektif ilmiah khususnya dalam bidang
psikologi bahwa manusia merupakan makhluk sosial tidak bisa dipisahkan atau
dijauhkan oleh individu lainnya (Baron & Byrne, 2004). Manusia berinteraksi
atau menjalin korelasi melalui hubungan secara individual, kelompok, atau
perorangan dengan kelompok (Gillin & Gillin, 1954). Dalam film ini diceritakan
bahwa seorang tokoh yang bernama Bu Tejo berkomunikasi atau berhubungan sosial
secara individu dengan kelompok. Komunikasi merupakan cara transportasi pesan
dari pengirim atau pembawa (sender) kepada penerima atau pemeroleh pesan
(receiver) (Hanurawan, 2010). Prosedur
komunikasi yang dilakukan semasa perjalanan membangun hubungan
interpersonal dan menguatkan sosio-emosional antar kelompok (Hasanah, 2015).
Daftar
Pustaka
Anggraeni, L. D.
(2019). Hubungan interpersonal dalam konteks sosial masyarakat urban
yogyakarta: kajian privasi akustik, visual dan fisik.
Azizah, N. (2018).
Kajian buruk sangka dan ghibah bagi kesehatan tubuh.
Baron, R. A. &
Byrne, D. (2004). Social Psychology.
Understanding Human Interaction. Boston. Allyn and Bacon Corporation.
Gillin, J. L.
& Gillin, J. P. (1954). Cultural Sociology.
New York. The Mc Millan Company
Hanurawan, F.
(2010). Psikologi Sosial. Suatu Pengantar.
Bandung. PT Rosda Karya.
Hasanah, H.
(2015). Pengaruh komunikasi interpersonal dalam menurunkan problem tekanan
emosi berbasis gender. Sawwa. 11(1),
51-73.
0 komentar:
Posting Komentar