Senin, 27 Mei 2019

Cinta Lokasi Di Dunia Kerja


Meysella Al Firdha Hanim
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta



“Dik, saya seorang karyawati yang sudah berkeluarga yang saat ini saya mencintai teman kerja saya yang juga sudah berkeluarga. Kami saling mencintai, tapi saya tahu ini salah. Hal ini membuat saya bahagia sekaligus takut, apa yang harus saya lakukan?”

Mba, cinta lokasi bisa terjadi pada siapapun. Godaan untuk berselingkuh yang besar dan sangat berpeluang. Godaan yang datang ketika Mba menemukan teman sekantor yang menyambut sinyal cinta yang dipancarkan Mba. Bahkan rasa bersalah yang ada dalam diri Mba sudah dikalahkan oleh rasa bahagia ketika bersama dia
Pertanyaan saya :
Apa yang membuat Mba bahagia bersamanya?
Apakah pasangan (suami) Mba tidak bisa memberi kebahagiaan?
Kalau dua pertanyaan itu dijawab dengan jujur, dan kalian berdua benar-benar menemukan jawaban yang kuat dan masuk akal, maka kalian harus membuat komitmen baru yang dapat mempersatukan kalian. Which is komitmen ini akan menyakitkan suami Mba dan istri si dia dan juga keluarga besar. Kalau pertanyaannya tidak dijawab dengan jujur, maka saya sarankan untuk mengakhiri hubungan terlarang ini. Mengapa terlarang? Karena selingkuh itu bukan suatu tindakan yang dibenarkan oleh pihak manapun, bahkan oleh agama apapun. Saya hanya ingin Mba berpikir jernih sebelum melangkah, tindakan yang diambil tidak merugikan diri Mba sendiri atau siapapun yang Mba sayangi. Hidup di atas penderitaan orang lain tidak akan membuat bahagia dunia akhirat.

Kuncinya adalah komitmen. Pernikahan adalah sebuah janji sakral yang harus dihormati dan dipelihara. Semua akan mengalami kesulitan hidup yang dialami dan perbedaan karakter antara suami istri. Tuhan tidak membebani diri kita dengan masalah yang tidak mampu kita atasi atau diluar kemampuan kita. Oleh karena itu, jangan membuat masalah yang membebani hidup kita di luar kemampuan kita. Coba diingat saat menikah dulu, apa sih yang jadi komitmen Mba dan suami? Berjanji membangun rumah tangga yang mawwadah warahmah dan siap menghadapi suka duka berdua.
Pernahkah diskusi dengan suami perasaan Mba sekarang?
Siapkah Mba untuk menerima konsekuensi dari tindakan yang akan diambil?
Silakan dijawab dengan tindakan sebagai seorang dewasa yang paham perbedaan baik dan buruk. Hal yang perlu dipertimbangkan, sebagai seorang perempuan Mba akan mendapatkan penilaian negatif dari lingkungan sekitar Mba. Apalagi jika perselingkuhan ini tidak diselesaikan dengan baik. Demikian saran saya, silakan dipertimbangkan dengan matang dan tidak berdasarkan emosi semata. Setiap langkah, keputusan, pilihan, selalu mengandung konsekuensi pada diri Mba. Ambil langkah terbaik yang tidak merugikan diri sendiri. Semoga membantu.

0 komentar:

Posting Komentar