Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Rabu, 20 Juli 2022

LIMBAH DAN SEBAB PENTING CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Essay Ujian Akhir Semester

Zein Reza Lasmono (20310410030)

Psikologi Lingkungan

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A

 



            Limbah merupakan bahan pembuangan tidak terpakai yang berdampak negatif bagi masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa produksi, baik dari alam maupun hasil kegiatan manusia. Keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang prosedur impor limbah, menyebutkan bahwa limbah adalah barang atau bahan sisa dan bekas dari kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah.

               Lalu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Dengan kata lain, limbah adalah barang sisa dari suatu kegiatan yang sudah tidak bermanfaat atau bernilai ekonomi lagi.

           Limbah yang dalam hal ini yang paling umum adalah sampah, dengan berbagai jenisnya. Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan dan melindungi infestasi pembangunan (Subekti, 2009).

        Sampah merupakan permasalahan yang terjadi di Indonesia terutama di kota besar. Tidak dapat dipungkiri, sampah akan selalu ada selama aktivitas kehidupan masih terus berjalan. Setiap tahunnya, dapat dipastikan volume sampah akan selalu bertambah seiring dengan pola konsumerisme masyarakat yang semakin meningkat.

               Menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) jumlah rata rata produksi sampah menghasilkan 175.000 ton per hari atau sebanding dengan 64 juta ton per tahun. Hal ini membuat Indonesia disebut negara penghasil sampah kedua  setelah  Tiongkok. Dari jumlah sampah tersebut hanya 7% didaur ulang dan sisanya  menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) terutama sampah plastik (Astriani et al 2020).

                Maka dari itu, yang menjadi sorotan dalam isi tulisan ini adalah peran daripada perusahaan selaku produsen bagi masyarakat sebagai konsumen. Maka diperlukan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (corporate social responsibility), di tengah lingkungan sosial dan publik, yang kini semakin kritis menyoroti berbagai praktik bisnis yang dilakukan perusahaan.

         Dalam kaitan itulah, penerapan CSR dipandang sebagai sebuah keharusan. CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka, bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar.

               Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR. Yaitu: meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin; posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya; makin mengemukanya arti kesinambungan; makin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan yang bersifat anti-perusahaan; tren ke arah transparansi; dan harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi pada era milenium baru.

            Namun, upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari kalangan ekonom sendiri juga muncul reaksi sinis. Ekonom Milton Friedman, misalnya, mengritik konsep CSR, dengan argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada hakikatnya adalah memaksimalkan keuntungan (returns) bagi pemilik saham, dengan mengorbankan hal-hal lain.

                Ada juga kalangan yang beranggapan, satu-satunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan proyek-proyek yang bersifat sosial adalah karena memang ada keuntungan komersial di baliknya. Yaitu, mengangkat reputasi perusahaan di mata publik ataupun pemerintah. Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus menunjukkan dengan bukti nyata bahwa komitmen mereka untuk melaksanakan CSR bukanlah main-main.

 

 

Daftar Pustaka:

 

Astriani, Linda. dkk. 2020. “Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Melalui Produk Kreatif Dari Pengolahan Sampah Plastik”. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ : 1–9.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta Subekti I. (2009)

SIPSN KLHK. (n.d.). CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional: SIPSN. Diakses pada 4 Juli 2022 dari website: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

The Economist Intelligent Unit. (2020). The Economist Intelligent Unit. Diakses pada 4 Juli 2022 dari website: http://country.eiu.com/Indonesia/ArticleList/Updates/Economy

Pentingnya Kegiatan CSR di Lingkungan Kita

 Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan

Kelas Karyawan (Kelas B), Psikologi UP45

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.

Semester Genap 2021/2022

Ikhsan Arifudin (20310410029)

    

Saat ini produksi sampah di lingkungan kita sudah semakin pesat pertumbuhannya. Porsi terbesar sampah disuplai dari limbah rumah tangga. Sejak tahun 2010-2019 Indonesia menjadi negara ketiga teratas dalam penghasil sampah. Hal ini menjadi tantangan para ilmuwan psikologi untuk turut serta dalam menangani dampak sampah yang ditimbulkan dan diharapkan mampu merubahah mindset masyarakat supaya tidak bergantung hanya pada dinas lingkungan hidup dalam pengelolaan sampah.

Upaya untuk mengurangi dampak buruk lingkungan atas pemakaian kantong plastic bisa dimulai dengan cara menyusun sistem daur ulang bagi kantong plastik oleh para pelaku usaha ritel.

Coba kita hilangkan kebiasaan memakai plastik. Itu pertama. Kedua, dan bagaimana pihak yang memproduksi sampah bisa kami minta daur ulang. Ini menjadi concern. Saya setuju walaupun kita terapkan ini kalau 50 masyarakat belum berubah maka sangat sulit mengimplementasikannya.

Program corporate social responsibility (CSR) merupakan upaya untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan manajemen pelaksanaannya. Sedangkan menurut Kotler dan program CSR adalah sebuah alternatif kegiatan yang dipilih dengan mempertimbangkan tujuan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang potensial. Salah satu bentuk alternatifnya yaitu corporate marketing dimana perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan perilaku yang berkaitan dengan isu kesehatan, perlindungan terhadap kecelakaan, lingkungan serta ketertiban masyarakat. 

Tujuan utama dari pelaksanaan program CSR salah satunya adalah untuk menjaga citra dan juga nama baik perusahaan di hadapan masyarakat umum. Kemudian program CSR juga bertujuan untuk menjaga dan memelihara hubungan baik dengan skateholder. Dengan program CSR yang dilakukan oleh perusahaan, maka hal itu akan menciptakan sebuah hubungan yang lebih hangat dan bersahabat dengan lingkungan perusahaan, dan terakhir, menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di sekitar lingkungan. Dengan adanya program CSR menjadi salah satu bentuk upaya dari perusahaan untuk membantu dalam menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekitar. 

Program CSR memiliki beberapa aspek, yaitu:

1) Aspek sosial: bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inti dari aspek sosial yaitu menghargai orang lain. 

2) Aspek ekonomi: meliputi dampak ekonomi dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan. 

3) Aspek lingkungan: perusahaan harus menyadari semua aspek lingkungan langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan kinerja usahanya, penyerahan jasa, dan manufaktur produk. 

Bentuk kegiatan CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu:

1) Di bidang ekonomi: membentuk program Koperasi Simpan Pinjam dan Usaha untuk masyarakat dan juga karyawan, mengembangkan UMKM yang ada di sekitar wilayah perusahaan, dan memberikan beberapa dana modal untuk usaha masyarakat sekitar. 

2) Di bidang kesehatan: menyediakan acara donor darah yang bisa diikuti oleh masyarakat umum dan juga pegawai, program vaksinasi gratis untuk umum, dan memberikan pengobatan gratis. 

3) Di bidang lingkungan: mengadakan program pengolahan limbah, menyediakan program pelatihan kemampuan, dan menyediakan acara seminar yang berkaitan dengan pendidikan. 

4) Di bidang infrastruktur: menyediakan tempat ibadah, membangun sarana dan prasarana untuk umum, serta memperbaiki jalanan umum. 

Referensi

Firdaus, A., Muslimah, Z.R., Dewi, H.H. (2021). Hubungan antara persepsi terhadap program CSR (corporate social responsibility) dengan SWB (subjective well being) pada komunitas x di Yogyakarta. Jurnal Psikologi. 17(2), 11-16.




MEMBUAT CELENGAN DARI KALENG BEKAS

 MEMBUAT CELENGAN DARI KALENG BEKAS


Ujian Akhir Psikologi Lingkungan

Kelas Karyawan (Kelas B) Psikologi UP45


dosen pengampu Arundati Shinta, 


Semester Genap 2021/2022.



Nama : fadhilah ummu maghfira

Nim : 183104101193


Menurut saya kaleng bekas adalah benda yang banyak manfaatnya. dulu ketika masa kanak-kanak kaleng bekas bisa saya gunakan untuk gulungan benang saat bermain layang-layang. Di rumah memanfaatkannya sebagai takaran beras untuk memasak Kaleng bisa jadi cibuk di kamar mandi. Bahakan untuk ukuran kaleg biskuit yang besar dijadikan wadah kue jajan di hari raya untuk hidangan para tamu yang tengah bersilaturrahmi di hari raya. 

Berkembangnya industri kemasan, kaleng merupakan wadah yang banyak dipergunakan oleh industri makanan dan minuman. Praktis, mudah dibawa, dan menarik dengan aneka lukisan atau gambar pada dinding luar kaleng. Meningkatnya penggunaan kaleng sebagai wadah makanan atau minuman memberikan masalah lingkungan yang menjadi perhatian bersama. Kaleng-kaleng tersebut menjadi salah satu bahan bahan pencemar yang mengganggu lingkungan. Sampah yang menimbulkan karat dan akan mengganggu terhadap kesuburan tanah. Sampah padat yang lama mengalami proses penguraian dalam tanah.

Dalam perkembangannya sampah kaleng menjadi bahan yang dicari para pemulung barang bekas untuk dijual ke pengepul barang bekas dan diolah kembali dalam pabrik menjadi bahan baru. oleh beberapa pengrajin keleng bekas tersebut diolah menjadi barang berguna untuk keperluan rumah tangga parutan kelapa, cikrak, saringan penggorengan, asbak dan sebagainya. Masih banyak yang bisa diperbuat untuk mengurangi sampah atau limbah kaleng dilingkungan sekitar. Tentu hal ini bukan hal mudah. Sikap konsumtif yang melanda generasi saat ini dengan makanan dan minuman kaleng sebagai sebuah gaya hidup upaya menumbuhkan keasadran untuk mengolah dan memanfaatkan kembali kaleng bekas menjadi barang bergunan memiliki tantangan tersendiri.

Saya kisahkan kaleng dalam kehidupan yang telah membantu membuat kemasan makanan dan minuman menjadi menarik, dan oang yang melihat tertarik untuk membeli dan mencobanya. Bahkan hiasan yang ada pada dinding luar kaleng bukan sekesar menggambarkan isi yang ada didalamnya,namun juga ditonjolkan bahwa makanan kaleng merupakan sebuah pilihan gaya hidup bagi masyarakat maju atau moder.





Permsalahan 

Dalam kehidupan sehari-hari saya pengumpul barang bekas khususnya untuk kaleng-kaleng alumunium untuk mengepress kaleng, melakukannya dengan menginjak ataupun memukul kaleng dengan palu agar kaleng bisa dihancurkan atau volumenya diperkecil. Hal ini dapat beresiko karena dampak dari penginjakan kaleng dan juga pemukulan dengan palu berulang-ulang bisa mencederai bagi saya terkadang dampaknya sampai menyebabkan cedera. Dengan masalah yang ada dilapangan maka saya untuk merencanakan dan rancang bangun terhadap suatu konsep pengepress kaleng, timbul gagasan untuk membuat sebuah alat pengepress kaleng alumunium ini yang menggunakan tenaga kompresor udara yang ramah lingkungan merupakan salah satu contoh penerapan yang dapat dilakukan dalam rangka pembuatan Ujian Akhir Semester .Selain menggunakan tenaga kompresor udara, konsep alat pengepress kaleng ini akan dibuat sefungsional dan seefektif mungkin, sehingga mudah untuk dipakai. Sebagai contoh kelebihan alat ini jika suatu saat tidak ada listrik alat ini tetap dapat bekerja dengan syarat isi tekanan tabung kompresor dalam kondisi baik. Adapun prinsip kerja dari alat ini adalah pengepress yang memanfaatkan tekanan udara kompresor yang diteruskan melalui selang ke 2 silinder pneumatik maka terjadi gerak horizontal maju-mundur beban sehingga terjadilah proses pengepressan




Membuat Celengan dari Kaleng Seng Bekas

1. Kaleng seng bekas dicuci hingga bersih

2. Kaleng bekas yang sudah kering selanjutnya dicat menggunakan cat pilox atau cat cair sebagai warna dasar gunakan warna hitam.

3.Semprotkan cat secukupnya saja (tidak perlu tebal) tapi rata kesemua permukaan kaleng.

4. Selanjutnya jemur kaleng yang sudah dicat hingga kering dengan beralasankan koran bekas.

5. Setelah kaleng sudah kering kemudian kita lukis / gambar dengan menggunakan kuas. misalnya gambar,masjid dll 

6. Jemur kembali celengan kaleng yang sudah digambar hingga kering.

7. Untuk membuat celengan kaleng lubangi tutup kaleng dengan cuter, dengan bentuk lubang lurus sepanjang kira-kira 4 cm.

8. Pasang tutup kaleng yang sudah dilubangi tadi sebagai penutup celengan kaleng.
















DAFTAR PUSTAKA

Rahmi. (2006). Membuat celengan dari kaleng. http:// fahmi.com

diakses pada tanggal 19 April 2017


Siti rahma wati. (2019). Celengan Berbasis kaleng bekas : Yogyakarta. 

Sleman, 

Indonesia Darurat Limbah

UJIAN AKHIR SEMESTER 

Psikologi Lingkungan

(Semester Genap 2021/2022)

MUHAMMAD SETIAWAN HENDIANTO

NIM. 20310410031

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A



*Gambar : pemanfaatan limbah ban karet sebagai tempat sampah


 Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan atau tidak bermanfaat setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.


Potensi sampah makanan di Indonesia pada rentang tahun 2000 2019 adalah 23-48 juta ton per tahun, atau 115-184 kilogram per kapita per tahun. Volume sampah makanan itu menjadikan Indonesia masuk dalam peringkat tiga besar negara terburuk dalam urusan sisa makanan yang terbuang, bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (Nugraheni, 2022). Persoalan sampah sebenarnya lebih tertuju pada perilaku alih-alih teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa sarjana psikologi yang sehari-hari mempelajari perilaku manusia, mempunyai peluang sangat besar untuk berkarir di dunia lingkungan hidup. Persoalannya adalah fokus para mahasiswa psikologi dalam meniti karir cenderung pada bidang klasik seperti HRD (bagian personalia) dan dosen psikologi. Situasi ini menyebabkan masyarakat lebih menggantungkan diri pada Dinas Lingkungan Hidup untuk membereskan sampah-sampahnya, alih-alih mengolah sampahnya sendiri secara ramah lingkungan.


Sumber sampah pada umumnya berkaitan dengan tata guna lahan, seperti daerah perumahan, perkantoran, kawasan komersial, dan lain-lain sehingga sumber-sumber sampah ini dapat dikembangkan sejalan dengan pengembangan tata guna lahannya. Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan , yaitu :

1. Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan.

Contoh: perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.

2. Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial.

Contoh: pasar, pertokoan, hotel, restoran, bioskop, industri, dll.

3. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum.

Contoh: perkantoran, sekolah, rumah sakit, taman, jalan, saluran/sungai, dll.

4. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial.

Contoh: panti-panti sosial dan tempat-tempat ibadah.

5. Dari sumber-sumber lain.


Di lapangan, jumlah sampah makanan pada rantai konsumsi lebih besar dibandingkan jumlah susut pangan pada rantai produksi. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya teknologi di ranah produksi sehingga kualitas produk menjadi lebih terjaga saat akan disalurkan ke pihak pengecer dan konsumen. Namun dalam perkara ini, masih banyaknya makanan yang terbuang disebabkan beberapa faktor, seperti rendahnya pengetahuan tentang penyimpanan produk yang baik, konsumsi berlebihan, atau menumpuknya stok di gerai distributor hingga melebihi tanggal kedaluarsa.


Timbulan sampah makanan juga jadi masalah lingkungan yang serius. Hanya karena sampah makanan dapat didaur ulang, bukan berarti ia tidak lebih berbahaya ketimbang sampah plastik. Sampah makanan yang membusuk akan melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) yang tak bisa diabaikan begitu saja ketika jumlahnya mencapai puluhan ton.


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 21,88 juta ton pada 2021. Jumlah itu menurun 33,33% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 32,82 juta ton. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun 2020 yang jumlah sampahnya justru meningkat 12,63%.


Pemerintah sebenarnya telah menerbitkan aturan mengenai pengelolaan sampah khususnya Sampah Rumah Tangga, yaitu melalui Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 (PERPRES No. 97/2017) mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan ini mengajak seluruh pemegang kepentingan untuk melakukan pengelolaan sampah terintegrasi, mulai dari sumber hingga ke pemrosesan akhir.

Sayangnya, fokus utama kebijakan itu masih seputar sampah plastik sekali pakai. Padahal, dari komposisi sampah yang masuk ke TPA, hampir separuhnya merupakan sampah organik.

Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 26/PMK.07/2021 tentang Dukungan Pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bagi Pengelolaan Sampah di Daerah, diharapkan dapat semakin meningkatkan kapasitas pengolahan sampah–terutama sampah organik–yang selama ini belum menjadi prioritas


Oleh sebab itu kita sangat perlu mulai peduli terhadap lingkungan kita karena dampak dari hal tersebut semakin nyata semakin buruk bagi seluruh makhluk. Dari diri sendiri kami mengajak semua kalangan untuk turut andil dalam hal menjaga lingkungan minimal lingkungan sekitar masing masing dan minimal juga tidak merusak lingkungan yang sudah ada. Kami juga mengajak suatu organisasi turut andil dalam hal ini, seperti halnya sapu lidi semakin banyak semakin mudah untuk memperbaiki masalah yang ada, jika suatu organisasi bisa turut andil dalam hal peduli lingkungan akan berdampak besar bagi lingkungan.

  Komitmen organisasi atau perusahaan secara suka rela untuk meningkatkan kesejahteraan sangat penting menjalankan coorporate social responsibility (CSR). Perusahaan yang mempunyai CSR adalah perusahaan yang sudah mentaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. Jadi sangat tidak tepat bila kegiatan CSR hanya semacam kosmetika untuk menyembunyikan praktik perusahaan yang tidak baik . 



Dengan kiat kita semua dalam membangun lingkungan yang lebih baik semoga semakin dapat menyelamatkan bumi dari maraknya sampah dan membuat bumi lebih ramah lingkungan


Referensi : 


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sampah


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dataindonesia.id/ragam/detail/indonesia-hasilkan-2188-juta-ton-sampah-pada-2021%23:~:text%3DKementerian%2520Lingkungan%2520Hidup%2520dan%2520Kehutanan%2520(KLHK)%2520mencatat%252C%2520Indonesia%2520menghasilkan,justru%2520meningkat%252012%252C63%2525.&ved=2ahUKEwjOtJyn_oT5AhVYR2wGHWSED6MQFnoECAUQBQ&usg=AOvVaw2y3s-AM8hvOZhiab73goV-

Manfaat Daur Ulang Sampah Plastik Untuk Lingkungan

 

MANFAAT DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK UNTUK LINGKUNGAN

 Ujian Akhir Semester Genap  Psikologi Lingkungan 

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M. A 

Oleh : 

Nama : Thadika Oudy Amaya Decha Putri Pramudiani 

NIM : 20310410048

Kelas : Psikologi B

 

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 


Plastik secara bertahap sudah mulai menggantikan bahan material lain seperti kayu, besi, kertas, kain, kulit, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jenis barang yang diproduksi menggunakan plastik sebagai bahan dasarnya, dari mainan anak-anak, perabotan rumah tangga, elektronik, kemasan produk dan masih banyak lagi. Tidak ada jenis barang yang luput dari pemakaiannya, termasuk produk interior seperti kursi, meja, dan aksesori rumah. Salah satu penyebabnya karena plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan material lain yaitu kuat, tekstur mengkilat, licin, anti air,anti karat, tahan terhadap bahan kimia, lentur dan fleksible, dan juga biaya produksi yang relatif murah. Sayangnya, plastik bukanlah material yang sempurna, plastik juga memiliki kelemahan yang cukup fatal dilihat dari sisi lingkungan yaitu hampir separuh jenis plastik yang dihasilkan oleh industri tidak dapat terurai dengan mudahnya di alam. Dan ada beberapa jenis plastik yang tidak bisa di lebur atau dihancurkan. Sehingga plastik yang tidak dapat dilebur tersebut akan dibuang dan menumpuk menjadi gunungan sampah yang akan terus bertambah seiring bertambahnya pemakaian. Lambat laun sampah plastik yang tidak dapat dilebur atau dihancurkan akan menjadi limbah yang apabila dibiarkan akan menjadi polusi bagi lingkungan.

Metode daur ulang merupakan proses menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah. Dengan melakukan proses daur ulang ini, diharapkan limbah plastik dapat dimanfaatkan menjadi bahan yang dapat digunakan kembali dan dapat membantu mengurangi limbah yang ada. Metode daur ulang juga dapat menghemat sumber daya alam dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku tertentu.

Plastik merupakan bahan elastomer yang secara komersial digunakan oleh masyarakat dan industri untuk membuat barang-barang, bungkus atau kemasan dari suatu komoditas, dan lain-lain. Berbagai industri plastik berlomba-lomba memciptakan jenis plastik baru yang disesuaikan dengan kegunaannya. Seperti industri makanan dan minuman instan yang memproduksi dan menggunakan plastik berlapis alumunium foil atau plastik multilayer sebagai kemasan karena dianggap aman dan dapat menjaga produk tetap higienis. Plastik kemasan berlapis alumunium foil menggantikan penggunaan kaca, kaleng dan kertas sebagai bahan baku pengemas. Namun demikian plastik tetaplah bahan baku utama yang digunakan.

Melimpahnya limbah plastik merupakan potensi yang sangat besar apabila bisa dapat di daur ulang menjadi alternatif bahan baku pengganti bahan baku alam. Limbah plastik tersebut dapat dikreasikan menjadi bahan baku atau pelapis (upholstery) tanpa harus melalui peleburan terlebih dahulu. Proses ini lebih mudah dan murah dibandingkan melebur plastik dengan bahan tambahan (aditif). Proses daur ulang limbah plastik menjadi bahan baku pelapis (upholstery) dilakukan dengan mengolah limbah plastik dengan beberapa cara, yaitu dengan menggabungkan lembaran-lembaran plastik menjadi bahan dasar, baik dengan menjahitnya atau menempelkannya pada bahan baku lain. Hasilnya berupa lembaran-lembaran atau panel, dan siap diaplikasikan ke produk yang telah didesain. Cara lain yang dapat dilakukan untuk proses daur ulang limbah plastik menjadi alternatif bahan baku anyaman adalah dengan memotong-motong lembaran plastik menjadi lembaran kecil panjang, dan menganyamnya, lalu mengaplikasikannya kepada produk yang telah didesain. Lembaran dan anyaman plastik dapat juga digunakan sebagai bahan baku pelapis atau upholstery untuk kursi, bantal kursi, kursi puff, tempat sampah, boks, dan lain-lain. Plastik hasil daur ulang memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (1) memiliki kekuatan, karena plastik ini baru dapat terurai sempurna dalam waktu 80 sampai 300 tahun sehingga kekuatan tidak diragukan lagi; (2) plastik juga anti air, karena dirancang untuk melindungi produk yang ada di dalamnya dari udara dan air; (3) memiliki desain dan warna yang menarik. Kemasan plastik di desain untuk menarik perhatian konsumen dengan warna warna yang menarik; (4) murah, kebanyakan plastik kemasan digunakan sebagai pembungkus atau kemasan sekali pakai, sehingga akan dibuang apabila tidak digunakan lagi. Limbah plastik kemasan ini dapat diperoleh secara gratis apabila memiliki strategi dalam pengumpulannya; (5) lentur dan fleksibel. Plastik adalah material yang mudah dibentuk dan dilipat. Dengan sifatnya ini dapat dimanfaatkan karena memiliki sifat yang sama dengan kain dan kertas.

Daftar Pustaka :

http://ksdae.menlhk.go.id/artikel/9506/pemanfaatan-limbah-plastik-dan-bahan-daur-ulang-di-kampung-wisata-dan-kampung-iklim-aisandami.html

https://bijakberplastik.aqua.co.id/publikasi/edukasi/manfaat-daur-ulang-sampah-plastik-untuk-lingkungan/

                



PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (SAMPAH ANORGANIK)

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

Psikologi Lingkungan

(Semester Genap 2021/2022)

ADE REI ENGGI WIJAYA

NIM. 20310410034

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

 

Permasalahan sampah bukanlah hal yang mudah untuk di selesaikan. Penumpukan sampah sudah menjadi permasalahan yang serius bagi kita semua, Sampah disekitar kita semakin hari semakin menumpuk. Baik sampah rumah tangga, sampah industry, dan sampah lingkungan. Sebuah fakta bahwa timbunan sampah di Indonesia secara nasional mencapai 200 ribu ton per hari atau setara 73 juta ton per tahun adalah sampah rumah tangga 48 persen, kawasan komersial sebesar 9 persen dan sisanya dari fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, jalan, dan sebagainya.

Fakta lain permasalahan sampah di berbagai wilayah di Indonesia bertambah dikarenakan sebagian besar masyarakat masih memandang bahwa sampah merupakaan sisa dari penggunaan suatu barang. Baik itu organik maupun anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan dan tidak bernilai. Dalam pengolahannya, masyarakat masih bertumpu pada budaya lama, yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memperburuk pemanasan global.

Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Adapun beberapa dampak dari sampah anorganik seperti  bau yang tidak sedap, pencemaran air , banjir  dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

Untuk menguranngi dampak dari sampah anorganik kita bisa meggunakan 4R, yaitu Reduce, Re-Use, Recycle dan Replace. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.Re-use (Memakai kembali); hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu jawaban atas upaya memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut. Replace (Mengganti); gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjadi kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anakanak. Sedotan minuman dapat dibuat bunga-bungaan, asbak, pot, bingkai foto, taplak meja, hiasan dinding atau hiasan lainnya.  Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gif box dll. Sampah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis

Dengan diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah maka diperlukan usaha dan kesadaran akan pemanfaatan dan pengelolaan sampah yang baik dan tepat untuk dikembangkan di setiap lingkungan masyarakat sehingga kualitas kesehatan, kualitas lingkungan dapat ditingkatkan serta sampah dapat menjadi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam pemanfaatan dan pengelolaan sampah harus melibatkan berbagai komponen masyarakat dan memperhatikan karakteristik sampah, karakteristik lingkungan serta keberadaan sosial-budaya masyarakat setempat. Sampah anorganiklah yang sangat berbahaya bagi kehidupan lingkungan.

 DAFTAR PUSTAKA :

Nitikesari, Putu Ening. 2005. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Penanganan Sampah Secara Mandiri di Kota Denpasar. Tesis Magister
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. 

 Azwar Azrul. 1986. Pengantar Ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.