Senin, 18 Juli 2022

FOOD WASTE UNTUK LINGKUNGAN YANG LEBIH BAIK

 FOOD WASTE UNTUK LINGKUNGAN YANG LEBIH BAIK

Esaay Ujian Akhir Psikologi Lingkungan

Lilian Diva Ramadhani (20310410014)

Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi A Universitas Proklamasi 45 Yogyakata 

Semester Genap 2021/2022.

Dosen Pengampu: Arundati Shinta



Menurut World Health Organization atau WHO selaku badan kesehatan dunia, sampah adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan sudah tidak digunakan lagi dalam artian tidak disenangi, tidak dipakai, ataupun memang ingin dibuang. Sederhananya, benda yang tidak digunakan dan dibuang ke alam adalah sampah. Ada 2 penggolongan jenis sampah, yaitu organik dan anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang terdiri atas bahan-bahan anorganik. Contoh bahan anorganik adalah bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng. Sifat sampah anorganik adalah tahan lama dan susah untuk membusuk. Sampah organik adalah sampah yang terdiri atas bahan-bahan organik. Sifat sampah organik adalah tidak tahan lama dan cepat membusuk. Biasanya sampah jenis ini berasal dari Organisme atau makhluk hidup. Contohnya adalah sampah makanan seperti, sayur-sayuran, buah-buah yang membusuk, sisa nasi, daun, dan sebagainya.

Menurut FAO (2011) dan Food Use for Social Innovation by Optimising waste prevention Strategies / FUSIONS (2014), sampah makanan adalah sampah yang terbuang pada tahap konsumsi di akhir rantai pasokan makanan. Perbedaannya adalah FUSIONS (2014) memasukkan komponen makanan yang tidak bisa dimakan ke dalam kategori sampah makanan.

Sektor rumah tangga menjadi salah satu sektor yang menyumbang sampah makanan dalam jumlah yang cukup besar. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi timbulan sampah makanan. Salah satunya adalah perilaku seseorang terhadap sampah makanan atau biasa disebut dengan food waste behavior yang didapatkan dari perspektif perilaku konsumen. Faktor lain dapat mempengaruhi food waste behavior dengan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku konsumen (Hebrok & Boks, 2017, Ilyuk, 2018). Faktor tersebut meliputi aspek material dalam suatu keluarga termasuk kondisi hidup dan akses geografis terhadap transportasi dan toko yang mempengaruhi rutinitas harian food waste behavior dalam rumah tangga. Pengetahuan, kemampuan, dan perilaku yang buruk dapat meningkatkan timbulan sampah makanan (Van der Werf et al., 2019).

Banyak negara yang mulai melakukan pengembangan dan perbaikan terhadap strategi pengelolaan sampah khususnya untuk sampah makanan. Kecenderungan untuk menghasilkan sampah makanan lebih besar pada negara maju dibandingkan dengan negara berkembang (Abdelradi, 2018). Pengelolaan sampah makanan yang diterapkan dengan baik diharapkan dapat mengurangi timbulan sampah makanan.

Indonesia telah memiliki peraturan pengelolaan sampah makanan yang tertulis dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008. Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pengelolaan sampah terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah dilakukan dengan cara membatasi timbulan sampah, daur ulang sampah, dan pemanfaatan kembali. Usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah membatasi timbulan sampah dengan cara yang dilakukan seperti di Negara Singapura, yaitu membagikan makanan sisa yang masih layak makan bagi orang yang membutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sampah makanan yang terbuang dan mengurangi beban pengolahan di tempat pembuangan akhir. Indonesia juga memiliki Budaya gotong royong yang telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia (Effendi, 2013) sehingga untuk menolong sesama bukanlah hal yang baru dalam masyarakat Indonesia. Berbeda dengan daur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah yang membutuhkan pemahaman dan kemampuan tersendiri dalam pelaksanaannya. Metode pembuangan yang dapat digunakan adalah sanitary landfill (menimbun sampah ke lokasi yang cekung dan menutupnya dengan tanah) dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Metode thermal atau pengklasifikasian sampah dapat digunakan dengan memperhatikan limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan, hal ini tidak akan membayahakan lingkungan sekitar.

Di Indonesia, sampah makanan belum mendapatkan perhatian khusus padahal potensi yang dimiliki sangat besar bila dilakukan pengelolaan yang lebih baik. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk melakukan review dari berbagai macam penelitian terkait perilaku atau kegiatan seseorang terhadap sampah makanan (food waste behavior) dan pengalaman pengelolaan sampah makanan yang dilakukan oleh berbagai Negara sebagai pengalaman untuk diaplikasikan di Indonesia.

Referensi: 

Amirudin, N. and Gim, T.H.T. 2019. Impact of Perceived Food Accessibility on Household Food Waste Behaviors: A Case of the Klang Valley, Malaysia. Resources, Conservation & Recycling, 151:104335.

Damanhuri, E. dan Padmi, T. 2010. Pengelolaan Sampah.Diktat Pengelolaan Sampah, Teknik Lingkungan ITB, Bandung.

Effendi, T.N. 2013. Budaya Gotong Royong Masyarakat dalam Perubahan Sosial Saat Ini. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1):1-18.

FAO. 2011. Global Food Losses and Food Waste - Extent, Causes, and Prevention.Retrieved from http://www.fao.org/3/a-i2697e.pdf (diakses pada 9 April 2020).

Van der Werf, P and J.A. Seabrook, J.A. Gilliland. 2019. Food for Naught: Using the Theory of Planned Behavior to Better Understand Household Food Wasting Behavior. The Canadian Geographer, 63(3):478-493.

https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/jenis-jenis-sampah-68

https://rimbakita.com/sampah/

0 komentar:

Posting Komentar