Selasa, 19 Juli 2022

Kepedulian terhadap Sampah Menjadi Indikator Perkembangan Moral yang Optimal

 Kepedulian terhadap Sampah Menjadi Indikator Perkembangan Moral yang Optimal

Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan

Kelas Reguler (Kelas A), Psikologi UP45

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Semester Genap 2021/2022

Dwi Ratri Octavianita (20310410002)

Gambar 1. Mendaur Ulang Sampah Plastik Menjadi Tempat Pensil dan Bros Cantik

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (dalam Dewilda, Rizki, & Fauzi. 2019) mengartikan bahwa yang disebut dengan sampah intinya ialah sisa dari aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia atau suatu proses alam yang bentuknya padat. Menurut FAO dan FUSIONS (dalam Chaerul & Zatadini, 2020) sampah makanan atau limbah makanan merupakan jenis sampah yang berasal dari buangan pada tahap konsumsi yang terakhir pada rantai pasokan makanan. Sampah makanan ini sangat perlu untuk mendapat perhatian yang khusus karena kita tahu bahwa sampah makanan telah menjadi isu global di berbagai negara di dunia. Perhatian khusus dapat ditunjukkan dengan adanya kepedulian dalam diri seorang individu terhadap lingkungannya. Kepedulian tersebut berkaitan dengan perkembangan moral seorang individu.

Berbicara tentang moral, Hook (dalam Nurhayati, 2006) mendefinisikan moral sebagai suatu keyakinan dan sikap individu yang membantu individu tersebut untuk dapat memutuskan mana hal yang benar dan mana hal yang salah. Kepedulian terkait dengan permasalahan sampah menyangkut juga dengan moral seseorang yang berbeda-beda dalam perkembangannya. Perkembangan moral ini dimulai sejak individu masih anak-anak hingga dewasa, pernyataan ini dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg (dalam Rohyati, Reni, Sobar, Widuri, & Yudha, 2019) yang merupakan salah satu tokoh Psikologi. Teori Lawrence Kohlberg ini disebut dengan Cognitive Moral Development atau disingkat dengan CMD. Dalam teori ini, moral dijelaskan sebagai alasan-alasan seorang individu memutuskan untuk memilih suatu perilaku dan kemudian menganggap perliaku yang telah ia pilih tersebut benar ataupun salah. Rohyati, dkk (2019) menambahkan bahwa teori milik Kohlberg ini bukan menekankan kepada keputusan terkait individu yang memilih perilaku, akan tetapi pada sebuah proses pembuatan alasan pada seorang individu untuk berperilaku tertentu atau khusus seperti perilaku yang memiliki keterkaitan dengan sebuah situasi atau kondisi yang cenderung dilematis. Sehubungan dengan persoalan sampah, maka seorang individu yang sebaiknya peduli atau tidak itulah yang menjadi situasi dilematisnya (Rohyati, dkk, 2019).

Permasalahan pada pembahasan kali ini adalah kepedulian terhadap kebersihan lingkungan nampaknya perlu untuk terus dipupuk. Persoalan mengenai sampah sepertinya belum juga tuntas. Masih banyak orang yang kurang peduli akan hal ini dan bahkan belum sadar akan persoalan sampah yang semakin hari semakin memprihatinkan. Mirisnya lagi masih ada masyarakat yang menganggap enteng persoalan sampah ini. Keadaan seperti ini tentunya menyangkut soal moral seorang individu.

Teori Cognitive Moral Development ini mendasari persoalan mengenai sampah yaitu sebagian besar masyarakat kebanyakan masih belum dapat menyadari akan persoalan sampah serta masih belum memiliki kesadaran juga untuk mengelolanya dengan environmentally friendly (Rohyati, dkk, 2019). Teori ini merupakan salah satu teori yang ikut menyumbang dalam mata kuliah Psikologi Lingkungan. Teori CMD ini dapat memantik kepedulian generasi millenial khususnya mahasiswa Psikologi UP45 dalam pengendalian sampah makanan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diwujudkan dengan beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola sampah makanan. Dan berikut beberapa tips mengelola sampah makanan yang dapat kita lakukan (Wisanggeni, Puteri, & Albertus, 2022):

Pertama, saat belanja periksa dulu isi dalam kulkas, buat shoplist dan jangan lupa untuk memeriksa tanggal kadaluarsa pada makanan.

Kedua, saat menyimpan dalam kulkas letakkan makanan yang beru dibeli pada sisi paling belakang agar makanan yang terlebih dahulu dibeli bisa dihabiskan lebih dulu.

Ketiga, memasak dengan secukupnya dan juga mengambil makanan secukupnya.

Keempat, menanam biji-bijian dari buah-buahan yang telah dikonsumsi dan membuat kompos.

Itulah tadi beberapa tips yang sangat berguna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan pengelolaan sampah makanan dengan baik, hal ini membuktikan bahwa kita memiliki kepedulian terhadap persoalan sampah. Kepedulian ini menandakan bahwa moral kita berkembang dengan optimal.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Chaerul, M., & Zatadini, S.U. (2020). Perilaku membuang sampah makanan dan pengelolaan sampah makanan di berbagai negara: Review. Jurnal Ilmu Lingkungan. 18(3), 455-466.

Dewilda, Y., Rizki,, A., & Fauzi. M. (2019). Kajian potensi daur ulang sampah makanan restoran di kota Padang. Jurnal Serambi Engineering. 4(2), Juli, 482-487.

Nurhayati, S.R. (2006). Telaah kritis teori perkembangan moral lawrence kohlberg. Jurnal Paradigma. 2(1), Juli, 93-104.

Rohyati, E., Reni, S., Sobar, H., Widuri, M, & Yudha, A.R. (2019). Memahami pengelolaan sampah pada pendidikan usia dini melalui moral reasoning. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019, 463-469.


Wisanggeni, S.P., M Puteri, R., & Albertus, K. (2022, Mei 2022). Tips mengelola sampah makanan. Kompas.id. Diakses dari https://www.kompas.id/baca/kuliner/2022/05/18/tips-mengelola-sampah-makanan

 

 




0 komentar:

Posting Komentar