Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Minggu, 14 Juli 2024

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu: Dr.,Dra Arundati Shinta MA

 

                                                                                         


 

 

 

Oleh

 

Siti Nurma Ria Ulfa

21310410174

 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 2024

 

1.     Pada  era  saat  ini, dimana  mahasiswa diharapkan  untuk  mampu  berkompetisi  dengan  siapapun,  kapanpun  dan  dimanapun.  Untuk  itu,  berpikir  kreatif  dan  inovatif  menjadi  suatu  keharusan,  karena   hanya   dengan   berpikir   kreatif   dan   inovatif   kita   akan   tetap   exist   dan   survive, terutama     dalam     menghadapi     tantangan     global.  Pengembangan  berbagai  solusi  atas  permasalahan     yang     muncul     merupakan     sumber penting untuk membangun keunggulan kompetitif.  Ini  artinya,  kreatif  dan  inovatif  merupakan  bagian  penting  dalam  melahirkan  dan menciptakan nilai tambah dan keunggulan (thinking  new  thing  and  doing  new  thing  or  create  the  new  and  different)  (Suryana,  2010:  190-191).2.    Sosok    Entrepreneura. Konsep Entrepreneur Kata entrepreneur   (Wijatno,   2009: 2) berasal dari bahasa Prancis, entre berarti antara, dan pendre  berarti  mengambil.  Kata  ini  pada  dasarnya  untuk  menggambarkan  orang-orang  yang  berani  mengambil  resiko  dan  memulai  sesuatu yang baru. Entrepreneur dalam bahasa kita  bisa  dikatakan  sebagai  wirausaha. Secara  etimologi,  wirausaha  berasal  dari  bahasa  Sanksekerta,  yaitu  wira  dan  usaha. Wira berarti manusia unggul, teladan, berbudi luhur,  berjiwa  besar,  berani,  pahlawan  atau  pendekar  kemajuan,  dan  memiliki  keagungan  watak.  Usaha  berarti  upaya  yang  dilakukan  untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan.

 

Paul A. Bell memperkenalkan skema persepsi untuk menjelaskan perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif. Dalam konteks mahasiswa, ini dapat diuraikan sebagai berikut:

 

Cara Berpikir Kreatif:

   Definisi: Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan orisinal. Ini melibatkan proses mental yang fleksibel dan imajinatif.  Proses ini biasanya melibatkan brainstorming, eksplorasi ide tanpa batasan, dan mencari berbagai kemungkinan solusi untuk satu masalah.  Fokus: Lebih berfokus pada ide dan konsep. Tujuannya adalah menghasilkan ide yang unik dan berbeda dari yang sudah ada. Skema Persepsi Menurut Paul A. Bell, skema persepsi untuk berpikir kreatif melibatkan cara pandang yang terbuka dan tidak terikat oleh norma atau konvensi yang ada. Mahasiswa yang berpikir kreatif cenderung memandang situasi dari berbagai sudut pandang dan tidak takut untuk mengusulkan ide-ide yang mungkin terlihat tidak biasa atau kontroversial.

 

                                                     

 

Perilaku Inovatif:

   Definisi: Perilaku inovatif adalah tindakan mengimplementasikan ide-ide baru menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ini melibatkan proses eksekusi dari ide kreatif menjadi produk, layanan, atau metode yang bisa digunakan.Proses ini melibatkan perencanaan, pengujian, evaluasi, dan penyesuaian. Ini memerlukan keterampilan manajemen proyek, kolaborasi, dan seringkali melibatkan pemecahan masalah praktis dan berfokus pada aplikasi praktis, implementasi. Tujuannya adalah menciptakan nilai tambah melalui penerapan ide-ide kreatif. Skema Persepsi : Skema persepsi untuk perilaku inovatif, menurut Bell, mencakup cara pandang yang lebih pragmatis dan terfokus pada hasil. Mahasiswa yang berperilaku inovatif cenderung berpikir tentang bagaimana ide-ide tersebut dapat diwujudkan dan diimplementasikan dengan efektif. Mereka melihat keterbatasan sebagai tantangan yang harus diatasi, bukan sebagai hambatan. Dalam konteks pendidikan, penting untuk mendukung kedua aspek ini. Cara berpikir kreatif perlu didorong melalui lingkungan belajar yang merangsang imajinasi dan kreativitas, sementara perilaku inovatif dapat dikembangkan dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengerjakan proyek-proyek nyata dan berkolaborasi dalam tim. Dengan demikian, skema persepsi dari Paul A. Bell dapat membantu memahami bagaimana cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif saling melengkapi dalam pengembangan kompetensi mahasiswa.

 

                                                                



Perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada dua jenis mahasiswa tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan. Skema persepsi ini melibatkan bagaimana seseorang memproses informasi dari lingkungannya dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi tindakan dan perilaku individu.

 

1. Mahasiswa yang Mengumpulkan Tugas Seadanya:

 Persepsi:

  - Faktor Eksternal: Mahasiswa mungkin melihat tugas ini hanya sebagai syarat akademis, bukan sebagai kesempatan untuk belajar atau berinovasi. Mereka mungkin merasa tugas ini tidak relevan dengan tujuan jangka panjang mereka atau terlalu sulit.

  -Faktor Internal: Mahasiswa ini mungkin memiliki self-efficacy yang rendah terkait kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dan berinovasi. Mereka mungkin juga memiliki motivasi intrinsik yang rendah dalam mengerjakan tugas ini.

 

-Proses Kognitif:

  - Pengalaman Masa Lalu: Jika mereka sebelumnya tidak pernah mendapatkan dukungan atau pengakuan saat mencoba berpikir kreatif, mereka mungkin enggan berusaha lebih.

  - Harapan dan Keyakinan: Mereka mungkin memiliki harapan yang rendah terhadap kemampuan mereka sendiri dan hasil akhir yang akan dicapai.

 

-Perilaku:

  -Tindakan Minim: Akibat persepsi dan proses kognitif tersebut, mereka hanya berusaha sebatas minimum yang diperlukan untuk memenuhi syarat tugas. Mereka mungkin tidak mencari ide-ide baru atau cara-cara kreatif untuk memanfaatkan sampah.

  -Hasil yang Tidak Memuaskan: Hasil akhir yang seadanya mencerminkan kurangnya usaha dan ketelitian dalam proses pembuatan.

 

 Mahasiswa yang Mampu Menciptakan Produk Menarik:

 

Persepsi:

  - Faktor Eksternal: Mahasiswa ini mungkin melihat tugas ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru dan menunjukkan kemampuan mereka. Mereka mungkin memiliki pandangan positif tentang potensi manfaat tugas ini bagi masa depan mereka.

  - Faktor Internal: Mereka memiliki self-efficacy yang tinggi, percaya pada kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dan menghasilkan sesuatu yang inovatif. Motivasi intrinsik mereka tinggi, baik karena minat pribadi maupun karena mereka melihat nilai dalam tugas tersebut.

 

Proses Kognitif:

  - Pengalaman Masa Lalu: Mahasiswa ini mungkin pernah mendapatkan penghargaan atau pengakuan ketika mencoba berpikir kreatif, yang meningkatkan keyakinan mereka.

  - Harapan dan Keyakinan:Mereka memiliki harapan yang tinggi terhadap hasil akhir dan percaya bahwa usaha yang mereka lakukan akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan memuaskan.

 

Perilaku:

  - Tindakan Aktif: Mereka berusaha keras mencari ide-ide baru, bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada, dan mungkin mencari inspirasi dari berbagai sumber. Ketelitian mereka dalam proses pembuatan menunjukkan komitmen mereka untuk menghasilkan karya yang berkualitas tinggi.

  - Hasil yang Memuaskan: Produk yang dihasilkan tidak hanya fungsional tetapi juga menarik dan inovatif, mencerminkan usaha dan ketelitian yang mereka berikan.

 

Kesimpulan:

 

Persepsi menjadi dasar terbentuknya suatu perilaku. Mahasiswa yang memiliki persepsi positif, self-efficacy yang tinggi, dan motivasi intrinsik yang kuat cenderung menunjukkan perilaku inovatif dan menghasilkan karya yang menarik. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki persepsi negatif, self-efficacy yang rendah, dan motivasi intrinsik yang lemah cenderung hanya memenuhi syarat minimum tugas dan menghasilkan karya yang seadanya.

 

 

 

2.     Film "MacGyver" yang dibintangi oleh Richard Dean Anderson dikenal karena tokoh utamanya, Angus MacGyver, yang selalu berhasil keluar dari situasi sulit dengan menggunakan kreativitas dan inovasi. Beberapa perilaku yang mendukung inovasi-inovasi ini meliputi berpikir kritis dan analitis : MacGyver mampu menganalisis situasi dengan cepat dan menemukan solusi praktis dengan menggunakan barang-barang sederhana di sekitarnya. Kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan berpikir secara analitis sangat penting dalam inovasi. Kreativitas dan Imajinasi kemampuan MacGyver untuk berpikir di luar kebiasaan dan menemukan cara-cara baru untuk menggunakan objek sehari-hari merupakan inti dari inovasinya. Kreativitas ini memungkinkan dia untuk menemukan solusi yang tidak konvensional namun efektif. Pengetahuan Teknis yang Luas MacGyver memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang seperti kimia, fisika, dan teknik. Pengetahuan ini memungkinkan dia untuk memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah dan teknis dalam menyelesaikan masalah.Ketahanan dan Adaptabilitas*: MacGyver menunjukkan ketahanan dalam menghadapi tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan situasi. Kemampuan ini sangat penting untuk tetap fokus dan menemukan solusi meskipun dalam kondisi yang sulit.

Kolaborasi dan Komunikasi meskipun sering bekerja sendiri, MacGyver juga mampu bekerja sama dengan orang lain ketika diperlukan. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan bekerja dalam tim dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi melalui pertukaran ide.Pemikiran Sistemi MacGyver sering melihat masalah sebagai bagian dari sistem yang lebih besar dan mempertimbangkan bagaimana elemen-elemen berbeda saling berinteraksi. Pemikiran sistemik ini membantu dalam merancang solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan, Keingintahuan dan Pembelajaran berkelanjutan MacGyver selalu tertarik untuk belajar hal-hal baru dan memperluas pengetahuannya. Keingintahuan ini mendorong inovasi karena membuka peluang untuk menemukan metode atau teknik baru yang belum pernah dicoba sebelumnya, Perilaku-perilaku ini membantu MacGyver untuk mengatasi berbagai kesulitan dengan cara yang inovatif dan kreatif, menjadikannya ikon dari pemecahan masalah yang cerdas dan efisien.


Daftar Pustaka

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI

 


 PSIKOLOGI INOVASI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta., M.A.

 

 

 


 

 

Oleh: 

Irfan Kusuma Wardani 21310410187

 

 

 

 

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Paul A. Bell terkenal dengan karyanya dalam bidang persepsi dan komunikasi, khususnya dalam memahami bagaimana individu memproses informasi dari lingkungan mereka dan bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi cara berpikir dan perilaku mereka. Untuk menjelaskan perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada mahasiswa dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell, kita perlu memahami beberapa konsep inti dari persepsinya.

 

Persepsi adalah kesan yang diperoleh individu melalui panca indera kemudian di Analisa (diorganisir), diintepretasi, dan dievaluasi, sehingga individu menginterpretasikan dan memberikan makna pada informasi yang mereka terima dari lingkungan. Persepsi terbentuk karena adanya penginderaan, perhatian, organisasi persepsi, interpretasi, pengalaman, dan pembelajaran. Persepsi memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak.

 

                                                                                        


Persepsi mencakup:

 

Sensasi : Pengumpulan informasi sensorik dari lingkungan.

Organisasi : Pengelompokan informasi sensorik menjadi suatu pola yang bermakna.

Interpretasi : Memberikan makna pada pola-pola tersebut berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

 

Cara Berpikir Kreatif

 

Mahasiswa Tipe A (Kreatif Tinggi) :

Sensasi : Mahasiswa ini cenderung lebih peka terhadap berbagai rangsangan di sekitarnya. Mereka lebih terbuka terhadap berbagai jenis informasi dan lebih responsif terhadap perubahan lingkungan.

Organisasi : Mereka mengelompokkan informasi dengan cara yang unik dan berbeda dari orang lain. Mahasiswa ini mampu melihat pola-pola yang tidak biasa dan mengaitkan konsep-konsep yang tampak tidak berhubungan.

Interpretasi : Interpretasi mereka cenderung lebih luas dan inovatif. Mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk menghasilkan ide-ide baru dan solusi yang orisinal.

 

Mahasiswa Tipe B (Kreatif Rendah) :


Sensasi : Mahasiswa ini mungkin kurang peka terhadap rangsangan di sekitarnya dan cenderung memilih informasi yang sudah dikenal dan nyaman bagi mereka.

Organisasi : Mereka mengelompokkan informasi dengan cara yang lebih konvensional dan seringkali sesuai dengan pola-pola yang sudah dikenal.

Interpretasi : Interpretasi mereka cenderung lebih konservatif dan terbatas pada solusi-solusi yang sudah ada. Mereka lebih mengandalkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah mapan tanpa banyak mengeksplorasi hal-hal baru.

 

Perilaku Inovatif

 

Mahasiswa Tipe A (Inovatif Tinggi) :

Persepsi : Mahasiswa ini memiliki persepsi yang lebih fleksibel dan adaptif. Mereka mampu mengubah cara pandang mereka terhadap suatu masalah dengan cepat dan efektif.

Perilaku : Mereka cenderung aktif mencari solusi baru dan tidak takut untuk mengambil risiko. Mahasiswa ini sering kali menjadi pelopor dalam menciptakan perubahan dan berkontribusi pada kemajuan.

Lingkungan : Mereka menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, seperti berkolaborasi dengan orang lain, mengeksplorasi teknologi baru, dan membuka diri terhadap umpan balik.

 

Mahasiswa Tipe B (Inovatif Rendah) :

Persepsi : Persepsi mereka lebih kaku dan sulit berubah. Mereka cenderung mempertahankan cara pandang yang sudah ada dan enggan untuk mencoba hal- hal baru.

Perilaku : Mahasiswa ini lebih pasif dan cenderung mengikuti metode-metode yang sudah terbukti tanpa mencoba untuk memperbaiki atau mengembangkan lebih lanjut. Mereka lebih nyaman dengan status quo.

Lingkungan : Mereka cenderung berada dalam lingkungan yang kurang mendukung inovasi, seperti bekerja sendiri, menghindari risiko, dan tidak terbuka terhadap perubahan.


Perbedaan persepsi mahasiswa dalam cara berpikir kreatif dan berperilaku inovatif dalam pengaplikasian pengerjaan tugas perkuliahan membuat karya sampah dapat dijelaskan melalui skema persepsi yang dikemukakan Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Sarwono, 1995) berikut ini :

 

 

 

 

Ada dua jenis persepsi yaitu dalam ambang batas dan diluar batas optimal. Apabila individu merasa bahwa persepsi tersebut masih dalam ambang batas maka akan terbentuk sikap homeostatis dimana individu berusaha menyeimbangkan diri serta beradaptasi dengan lingkungan. Namun apabila dirasa persepsi tersebut diluar batas optimal, maka akan menimbulkan stress pada individu. Stress juga akan berkelanjutan menciptakan coping atau strategi.

 

Dalam film MacGyver, Richard Dean Anderson sebagai pemeran utamanya, adalah sebuah film seri yang sangat populer pada tahun 1980-an. Karakter utama, Angus MacGyver, terkenal karena kemampuannya menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif, sering kali menggunakan alat-alat sederhana yang tersedia di sekitarnya. beberapa perilaku dan kemampuan yang mendukung inovasi-inovasi MacGyver sehingga ia mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang menghadangnya yaitu selalu mampu melihat berbagai kemungkinan dari objek-objek sederhana di sekitarnya, kemampuannya menemukan solusi untuk situasi yang tampaknya tidak mungkin, pengetahuan di bidang fisika, kimia, teknik, dan biologi. MacGyver mempunyai perilaku yang tangguh tidak mudah menyerah dan kemampuan untuk


beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang ba

Essay Psikologi Inovasi : Ujian Akhir Semester - Bima Mahardika - 213101410189 - SJ

 

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA

 


BIMA MAHARDIKA

21310410189

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

2024

 

    Kreatif berasal dari bahasa Inggris to create dengan arti menciptakan atau membuat. Dalam hal ini, menciptakan suatu hal yang baru atau belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, jika kamu berpikir kreatif, maka kamu memiliki keunikan yang berbeda dengan individu lainnya. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dengan berpikir kreatif berarti kita sudah menunjukkan cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Selain itu, berpikir kreatif bisa dilakukan dengan cara melatih diri kita untuk menemukan ide-ide baru. Dari ide-ide itulah kita akan terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan cara efektif dan eefisien. Dengan demikian, berpikir kreatif adalah cara berpikir yang dimiliki oleh seseorang dengan tujuan untuk menciptakan ide-ide atau hal-hal yang baru atau berbeda dari yang lain.

    Kata inovasi berasal dari bahasa Inggris innovation yang memiliki arti pembaharuan atau perubahan. Dalam hal ini, pembaharuan yang dimaksud adalh menggunakan ide atau hal yang sudah ada,tetapi dimodifikasi dengan kemampuan atau gaya kita, sehingga berbeda dengan ide atau hal yang sudah ada. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Penemuan itu bisa berupa gagasan, metode, atau alat. Dengan berpikir inovasi kita akan dapat menyempurnakan atau memperbaharui penemuan-penemuan yang sudah ada. Penemuan-penemuan yang diperbaharui harus diikuti dengan perkembangan zaman karena jika tidak mengikuti perkembangan zaman akan dianggap “kuno”. Semakin banyak kita melakukan inovasi, maka akan semakin banyak orang yang merasakan penemuan-penemuan yang diperbaharui. Oleh karena itu, jangan pernah menyerah untuk terus berpikir inovasi dalam segala macam bidang. Dengan demikian, berpikir inovasi adalah cara berpikir seseorang yang dengan tujuan untuk memperbaharui penemuan-penemuan yang sudah ada dan sesuai dengan perkembangan zaman.

*Persepsi Mahasiswa yang Menghasilkan Karya Seadanya

Seleksi Stimuli:

    Mahasiswa ini mungkin memilih stimuli dari lingkungan yang terbatas dan sederhana, seperti hanya melihat contoh-contoh tugas tahun sebelumnya atau dari internet tanpa melakukan eksplorasi lebih lanjut. Mereka cenderung menghindari stimuli yang menantang atau memerlukan upaya lebih. Interpretasi mereka terhadap tugas ini adalah sebagai beban tambahan yang tidak penting. Mereka mungkin merasa bahwa tugas ini tidak relevan dengan masalah kehidupan mereka. Akibatnya, respon mereka adalah menyelesaikan tugas dengan upaya minimal. Mereka memilih ide-ide yang paling mudah dan tidak memerlukan banyak usaha, menghasilkan karya yang seadanya dan kurang inovatif.

*Persepsi Mahasiswa yang Menghasilkan Karya Menarik dan Rapi

Seleksi Stimuli:

    Mahasiswa ini lebih aktif dalam menyeleksi stimuli dari berbagai sumber, termasuk inspirasi dari alam, seni, teknologi, dan berbagai sumber lainnya. Mereka mencari stimuli yang menantang dan memicu pemikiran kreatif. Interpretasi mereka terhadap tugas ini adalah sebagai peluang untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Respon yang diberikan adalah melakukan tugas dengan teliti, memperhatikan setiap detail dan menginvestasikan waktu serta usaha untuk berpikir out-of-the-box. Hasilnya, mereka mampu menghasilkan produk yang menarik dan tidak terduga. Proses penerimaan informasi dilakukan dengan sikap terbuka, di mana mereka berusaha mencari berbagai cara untuk membuat karya yang unik dan menarik.

Pengaruh Persepsi terhadap Perilaku

 *Mahasiswa dengan Persepsi Sederhana:

    Karena mereka melihat tugas ini hanya sebagai sesuatu yang harus diselesaikan dengan minimal usaha, perilaku mereka cenderung pasif dan konvensional. Mereka tidak termotivasi untuk berpikir kreatif atau inovatif, sehingga hasilnya seadanya.

*Mahasiswa dengan Persepsi Kompleks:

 Mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi dan memandang tugas ini sebagai kesempatan untuk berkreasi. Persepsi mereka mendorong perilaku aktif, teliti, dan inovatif, sehingga menghasilkan produk yang menarik dan rapi.

Kesimpulan

    Perbedaan dalam cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif antara dua jenis mahasiswa ini dapat dijelaskan melalui skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan. Persepsi yang kompleks dan positif terhadap tugas mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih kreatif dan berperilaku lebih inovatif, sedangkan persepsi yang sederhana dan negatif menghasilkan perilaku yang seadanya.

    MacGyver adalah Serial drama penuh aksi - mengisahkan seorang agen rahasia jenius yang selalu saja bisa meloloskan dari dari berbagai jerat maut dan juga para penjahat - berkat akal dan kecerdikannya yang luar biasa. MacGyver yang dibintangi Richard Dean Anderson jadi serial paling digemari era '90-an awal. Ia merupakan tituler yang memecehkan masalah menggunakan kecerdasan. yang menggunakan kecerdikan dan pengetahuan ilmiahnya untuk menyelesaikan berbagai masalah tanpa menggunakan kekerasan atau senjata api.

    Berpikir Kreatif adalah salah satu ciri khas utama MacGyver. Dia mampu menggunakan benda-benda sehari-hari dengan cara yang tidak konvensional untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dia dapat memanfaatkan penjepit kertas sebagai alat pengunci atau mengubah tabung pasta gigi menjadi alat penyelamat. Kemampuan ini menunjukkan betapa pentingnya imajinasi dalam menemukan solusi inovatif. Kreativitas dan Improvisasi: Kemampuan untuk dengan cepat berimprovisasi dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya adalah salah satu ciri khas MacGyver. Dia sering membuat alat atau perangkat dengan bahan seadanya, seperti menggunakan klip kertas, permen karet, atau tali untuk menyelesaikan masalah.

    Beberapa perilaku utama yang mendukung inovasi dan kreativitas MacGyver dalam menghadapi kesulitan-kesulitan adalah:

 *Kreativitas dan Improvisasi: Kemampuan untuk dengan cepat berimprovisasi dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya adalah salah satu ciri khas MacGyver. Dia sering membuat alat atau perangkat dengan bahan seadanya, seperti menggunakan klip kertas, permen karet, atau tali untuk menyelesaikan masalah.

 *Pemikiran Lateral (Lateral Thinking):

MacGyver sering memecahkan masalah dengan cara yang tidak konvensional dan out-of-the-box. Dia tidak terbatas pada solusi yang jelas atau standar, tetapi menemukan cara-cara alternatif untuk mencapai tujuannya.

 *Pengetahuan Luas dalam Sains dan Teknologi:

Pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip fisika, kimia, dan teknik memungkinkan MacGyver untuk menggunakan barang-barang sehari-hari dalam cara-cara yang tidak terduga dan inovatif.

    Karakteristik-karakteristik ini membuat MacGyver mampu mengatasi berbagai rintangan dengan cara yang kreatif dan inovatif, menjadikannya sebagai tokoh yang inspiratif dan legendaris dalam sejarah televisi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan menemukan solusi baru saat kondisi berubah, Tidak mudah putus asa dan terus mencari solusi meskipun menghadapi hambatan, Kemampuan untuk tetap tenang dan berpikir jernih meskipun berada dalam situasi yang penuh tekanan, dan Ketelitian dan observasi yang mendetail saat mengatasi masalah atau kasus. Perilaku-perilaku ini membuat MacGyver mampu mengatasi berbagai rintangan dengan cara yang kreatif dan inovatif, menjadikannya tokoh yang inspiratif dan legendaris dalam sejarah televisi. Film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton bagi mereka yang tertarik dengan cerita yang menekankan kecerdasan dan kreativitas dalam menyelesaikan masalah.

 

Daftar Pustaka

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI