Senin, 07 Juli 2025

ESSAY 6 – KUNJUNGANDI TPS RANDU ALAS

 

PSIKOLOGI LINGKUNGAN


Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.

 

 



Irfan Zaky Ristiyanto


23310410134



FAKULTAS PSIKOLOGI

 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

 

YOGYAKARTA

 

2025

 

Masalah sampah menjadi isu yang semakin mendesak di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Meningkatnya volume sampah rumah tangga setiap harinya tidak diiringi dengan sistem pengelolaan yang memadai. Namun di tengah tantangan ini, hadir sebuah inisiatif lokal yang memberi harapan: TPS 3R Randu Alas yang berlokasi di Dusun Candi Karang, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (3R) ini menjadi contoh nyata bagaimana komunitas dapat berkontribusi aktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

TPS Randu Alas berdiri di atas lahan seluas sekitar 400 meter persegi dan telah beroperasi selama lebih dari 5 tahun. Tempat ini melayani sekitar 400 kepala keluarga dengan volume sampah mencapai lebih dari 16 ton setiap bulannya. Dari jumlah tersebut, lebih dari 2 ton merupakan sampah organik yang masih memiliki potensi untuk diolah kembali. Di sinilah peran penting TPS 3R Randu Alas: mengelola, memilah, dan mendaur ulang sampah, bukan hanya membuangnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Salah satu keunggulan dari TPS ini adalah penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) secara menyeluruh. Sampah yang masuk dipilah secara rutin, kemudian diolah menjadi berbagai produk bernilai guna. Sampah organik diubah menjadi kompos padat, pupuk cair, dan bioaktivator (eco lindi), yang bisa digunakan untuk pertanian atau dijual ke masyarakat. Tak hanya itu, TPS ini juga membudidayakan larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot untuk mengolah limbah organik, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak serta dijual sebagai komoditas tambahan bernilai ekonomi.

Lebih menarik lagi, TPS Randu Alas menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui program seperti PHBD dan PKM-PIMNAS. Program pemberdayaan masyarakat bertajuk “SEBAT: Satu Tempat Banyak Manfaat” menjadi bukti bahwa pengelolaan sampah tidak harus identik dengan bau dan kekumuhan, melainkan bisa menjadi pusat edukasi, ekonomi, dan inovasi lingkungan. Program ini juga mencakup kegiatan produktif seperti budidaya lele, ayam, dan kalkun dengan memanfaatkan hasil olahan limbah sebagai pakan atau pupuk.

Dampak sosial dari TPS 3R Randu Alas cukup signifikan. Selain mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, TPS ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar melalui produk-produk daur ulang dan aktivitas budidaya. Kegiatan ini pun menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memilah dan mengolah sampah sejak dari rumah.

Secara keseluruhan, TPS 3R Randu Alas adalah contoh nyata bahwa pengelolaan sampah berbasis komunitas bisa menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan. Melalui teknologi sederhana, kolaborasi antarwarga dan institusi, serta semangat gotong royong, TPS ini berhasil mengubah masalah sampah menjadi peluang. Semoga model seperti Randu Alas bisa direplikasi di berbagai daerah lain di Indonesia sebagai bagian dari gerakan menciptakan lingkungan yang bersih dan berdaya guna.

 






0 komentar:

Posting Komentar