Senin, 07 Juli 2025

ESSAI 10 - UAS NIDA KARUNIA NAFISAH

 

 PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.

 


Nida Karunia Nafisah - 23310410099

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Pengelolaan sampah di Indonesia selama ini masih menghadapi berbagai kendala dan belum dilaksanakan secara optimal. Sesuai dengan amanat UU No. 18 Tahun 2008, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan pengelolaan sampah dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan. Namun pada kenyataannya, masyarakat cenderung bersikap pasif dengan mengandalkan petugas kebersihan resmi, tanpa kesadaran memadai akan pentingnya memilah dan membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya, tumpukan sampah di TPA maupun sungai sering kali dianggap hal biasa dan tidak memunculkan rasa prihatin maupun dorongan untuk bertindak

Tokoh publik Kang Dedi Mulyadi (KDM) memicu kebangkitan kesadaran bersama di tengah masyarakat dengan tindakannya yang luar biasa—langsung menyelam ke sungai yang dipenuhi sampah. Aksi tersebut, yang terdokumentasi dan tersebar luas melalui berbagai kanal media sosial dan YouTube, menunjukkan bahwa sosok pemimpin yang memberikan contoh nyata memiliki daya pengaruh besar dalam mendorong perubahan perilaku publik.

Respons masyarakat pun positif. Ketika melihat KDM secara langsung mengajak aparatur negara dan warga turun tangan membersihkan lingkungan, terjadi lonjakan keterlibatan masyarakat. Kaum ibu, generasi muda, hingga aparat desa mulai aktif bergotong royong membersihkan sungai dan jalanan. Fenomena ini mencerminkan adanya pergeseran persepsi masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Perspektif Teori Paul A. Bell

Menurut teori persepsi lingkungan dari Paul A. Bell (dalam Patimah et al., 2024), persepsi manusia terhadap lingkungannya dibentuk melalui proses sensasi awal, interpretasi perseptual, dan evaluasi kognitif. Ketiga tahap ini berperan dalam menentukan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak terhadap kondisi lingkungannya.

Proses Terbentuknya Persepsi Lingkungan (Model Paul A. Bell)

Dimulai dari lingkungan fisik, seperti tumpukan sampah yang terlihat nyata, individu menerima rangsangan melalui indra mata yang melihat, hidung yang mencium bau menyengat. Rangsangan ini kemudian diinterpretasikan melalui persepsi, yang sering kali menganggap kondisi tersebut sebagai hal biasa. Namun, ketika muncul faktor eksternal seperti aksi nyata KDM dan sorotan media sosial, persepsi ini mulai tergoyahkan. Intervensi sosial tersebut mendorong terbentuknya kognisi baru: bahwa sampah adalah masalah serius yang harus ditangani bersama. Pada tahap akhir, muncul dorongan untuk bertindak, yang diwujudkan dalam kegiatan nyata seperti ikut membersihkan lingkungan.

 Rekomendasi Strategis

1.Edukasi yang Berkelanjutan Kampanye literasi lingkungan melalui jalur formal (sekolah) dan informal (media sosial) sangat penting untuk menanamkan kebiasaan memilah dan mengelola sampah sejak dini.

2.Dukungan Fasilitas dari Pemerintah Pemerintah perlu menyediakan infrastruktur yang memadai, seperti tempat daur ulang, sistem pengangkutan yang efisien, dan pelatihan masyarakat untuk pengelolaan mandiri.

3.Keteladanan Tokoh Masyarakat dan Kampanye Publik Figur publik dan tokoh lokal yang memberi contoh nyata akan memperkuat norma sosial baru, sekaligus memantik semangat kolektif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

 Daftar Pustaka:

Kang Dedi Mulyadi Channel (2025). Heboh emak-emak turun ikut kerja | KDM beri solusi tangani sampah di sungai. Retrieved on June 30, 2025 from:

https://www.youtube.com/watch?v=Sjw6LY44ems

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Purba, D.O. & Shindy, R. (2025). Detik-detik Dedi Mulyadi nyebur ke sungai penuh sampah, ajak pejabat lain nyemplung. Kompas.com. 9 Maret 2025. Retrieved from: https://www.youtube.com/watch?v=CkJ7Jthkc_Y

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

 

0 komentar:

Posting Komentar