Selasa, 19 Juli 2022

Pengenalan Ecoliteracy Pada Generasi Millenial

 

Pengenalan Ecoliteracy Pada Generasi Millenial

Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan

(Semester 4 Genap 2022/2023)

Rahayu (20310410061)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A



(foto daur ulang karton menjadi Paperbag)

Lingkungan erat kaitannya dengan manusia. Lingkungan memiliki peran penting bagi kehidupan. Manusia mengambil sumber daya alam yang ada di lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu manusia perlu menjaga kelestarian lingkungan. Kenyataannya saat ini kerusakan lingkungan semakin bertambah. Jumlah manusia yang kian bertambah seiring berjalannya waktu, menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan (Utina & Baderan, 2013). Kerusakan lingkungan dapat terjadi karena perilaku manusia yang tidak menjaga lingkungan, seperti memanfaatkan sumberdaya alam secara berlebihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Surtikanti (2009) yang menyatakan bahwa masalah lingkungan akibat dari ulah manusia. Perilaku manusia yang menyebabkan masalah lingkungan tidak dapat dikatakan sebagai perilaku prolingkungan.

Permasalahan lingkungan yang terjadi pada saat ini, seperti hutan gundul akibat penebangan pohon tanpa melestarikannya, polusi air dari limbah industri, polusi udara yang berasal dari asap kendaraan, kebakaran hutan, perburuan hewan langka merupakan suatu permasalahan yang diakibatkan oleh ulah manusia yang mencerminkan ketidak peduliannya terhadap lingkungan. Mereka tidak memiliki aturan hidup dan nilai-nilai terhadap lingkungan. Beberapa permasalahan lingkungan yang terjadi menggambarkan kesadaran pentingnya lingkungan hidup yang masih kurang. Kesadaran inilah yang disebut Capra (2002) sebagai ecoliteracy. Ecoliteracy atau sering disebut juga kecerdasan ekologi, berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Kecerdasan ekologi adalah kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap ceruk ekologis tempat kita berada (Goleman, 2010:37). Kecerdasan ekologis seseorang didasari atas pengetahuan, sikap/kesadaran, dan tindakan/perilaku hidup yang selaras dengan lingkungan alam. Seperti dijelaskan oleh Supritana (2016:27) bahwa kecerdasan ekologis bersifat kompleks. Kecerdasan tersebut didukung oleh unsur kognitif, afektif (sosial dan emosi), dan psikomotorik. Hasrat untuk menjaga lingkungan hidup didasari oleh pengetahuan tentang lingkungan. Kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan yang rusak didasari oleh aspek afektif, sedangkan tindakan untuk menjaga kelestarian lingkungan menggambarkan aspek psikomotorik.

Untuk menumbuhkan ecoliteracy generasi milenial haruslah ada sebuah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan ecoliteracy yang nantinya tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kesadaran dari setiap individu. Hal tersebut akan sangat dirasa penting seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa kesadaran lingkungan, maka ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut akan justru berpengaruh pada ketidakseimbangan alam. Dengan demikian, harus ada tindakan-tindakan nyata untuk mengembangkan ecoliteracy generasi milenial. Berangkat dari hal yang kecil seperti mengurangi sampah botol plastik dengan cara menggunakan tumbler atau botol minum sendiri dan bisa mengurangi tas belanja guna ulang, kemudian diperlukan adanya pelatihan yang bertujuan sebagai sarana literasi tentang ekologi.

Kesadaran untuk mengenalkan ecoliteracy tersebut haruslah dilakukan sejak dari kecil atau mulai dari individu sudah sekolah, contoh implementasi ecoliteracy pada peserta didik yaitu bisa memulai dengan Penerapan pembelajaran group investigation berbasis outdoor study dipilih sebagai salah satu alternatif dan variasi dalam kegiatan pembelajaran di luar kelas agar siswa tidak merasa bosan. Selain itu, agar dapat mengembangkan aktivitas dan memotivasi siswa untuk berpikir, berargumen, berbicara dan mengutarakan gagasan-gagasannya mengenai permasalahan sampah yang diharapkan dapat meningkatkan ecoliteracy siswa melalui kemampuannya dalam mengelola sampah.

 

Daftar Pustaka

Elgar Balasa Singkawijaya et all, PROGRAM ECOVILLAGE SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN ECOLITERACY SISWA, Jurnal METAEDUKASI Vol. 1, No. 1, 2019.

Fanny Karlina et all, ECOLITERACY SISWA SD DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI GROUP INVESTIGATION BERBASIS OUTDOOR STUDY, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 7 Bulan Juli Tahun 2017 Halaman: 991—1002.

Goleman, D. 2010. Ecological Intelligence: How Knowing the Hidden Impacts of What We Buy can Change Everything (Edisi Bahasa Inggris). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Novita Nurfajriani, HUBUNGAN ECOLITERACY DENGAN PERILAKU PRO-LINGKUNGAN PESERTA DIDIK SMP, Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 5 (2), 2018, 63 – 69.

Supriatna, N. 2016. Ecopedagogy Membangun Kecerdasan Ekologis dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

0 komentar:

Posting Komentar