Selasa, 19 Juli 2022

Composting: Solusi untuk sampah makanan




Essay Ujian Akhir Semester

Psikologi Lingkungan

Gideon Petra Malia 

20310410066

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A


Ket. Gambar: Standing/Pot Tanaman hias dari stik es bekas


 

Berdasarkan data dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), komposisi sampah berdasarkan jenisnya, sisa makanan adalah jenis sampah terbesar dengan 30,5% dan komposisi sampah berdasarkan sumbernya yaitu dari rumah tangga menyumbang 40,8%. Kedua komposisi sampah tersebut sama-sama menempati peringkat pertama pada tahun 2021. Berdasarkan data yang dilansir dari ayobandung.com, 50% dari limbah adalah sisa makanan, Economic Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2016 juga melaporkan, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan sampah makanan terbanyak di dunia setelah Arab Saudi.

 

Menurut (Kollmuss & Agyeman, 2002), perilaku pro lingkungan adalah perilaku yang tumbuh dari kesadaan individu untuk mengurangi dampak negatif dari tindakan individu terhadap alam dan pembangunan, seperti meminimalkan penggunaan sumber daya, penghematan konsumsi energy, penggunaan bahan yang tidak beracun, pengurangan produksi sampah. Cara yang bisa dilakukan adalah salah satunya dengan melakukan composting.

 

Salah satu cara yang sudah ditawarkan di beberapa tempat adalah mempromosikan home composting daripada melakukan composting tersentralisasi di tempat pembuangan sampah (Lundie & Peters, 2005). Di Indonesia hal ini juga sudah banyak dipromosikan. Selain itu, daur ulang sampah makanan dan kemasan bekas makanan juga banyak dikenalkan. Hal ini karena kegiatan daur ulang sampah makanan dan kemasannya memiliki dampak yang baik terhadap pengurangan sampah makanan (Irani et al., 2017). Beberapa penelitian telah Membuktikan bahwa perilaku mendaur ulang dapat meningkatkan kesadaran lingkungan yang nanti akan berdampak pada penurunan produksi sampah Makanan (Abdelradi, 2018).

 

Beberapa sampah makanan yang dapat diubah menjadi pupuk kompos: Sampah sisa makanan mulai dari sayur-sayuran hingga daging busuk, bumbu dapur kadaluarsa. Sementara itu yang tidak bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos adalah:Tumbuhan yang terkenan penyakit, miinyak goreng Kacang walnut Boks minuman yang dilapisi bahan metal Kaca Boks kardus makanan

Alat yang dibutuhkan:

                   Tong atau ember dengan penutup

                   Sarung tangan

Selain sampah rumah tangga yang dapat diubah jadi pupuk kompos, bahan-bahan lain yang dibutuhkan:

                   Tanah

                   Air

Langkah-langkah membuat pupuk kompos:

                   Siapkan sampah organik yang akan diolah menjadi pupuk kompos.

                   Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik. Sesuaikan ketebalan tanah dengan wadah dan volume sampah organik.

                   Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya. Kalau mau lebih cepat prosesnya, masukkan larutan EM4 yang bisa didapat di toko yang menjual keperluan bercocok tanam.

                   Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara dengan ketebalan tanah.

                   Bila sudah menjelang penuh, masukkan lagi tanah ke dalam wadah yang akan berperan sebagai penutup sampah.

                   Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu. Pastikan wadah pembuat pupuk kompos tidak terkontaminasi oleh air hujan, hewan dan paparan sinar matahari.

 

Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus mulai dibenahi. Kita dan masyarakat lainnya sudah harus mulai peduli atas sampah-sampah yang kita buang, khususnya sampah makanan yang menjadi penyumbang jenis sampah terbesar. Mahasiswa adalah sebuah status di masyarakat yang dipercaya memiliki keberanian dan power untuk memperbaiki dunia. Tidak hanya sebatas status saja, mahasiswa harus bisa memanfaatkan kepercayaan masyarakat dengan baik. Sehingga jika bukan kita, kepada siapa lagi kita harus menaruh harapan? Dengan menjaga lingkungan, maka kita sebagai manusia hari ini dapat hidup semakin tenang. Kita juga bisa bangga turut berkontribusi pada salah satu upaya pembangunan berkelanjutan. Kita juga bisa mulai untuk membangun kegiatan ini dengan mengajak teman-teman sesama mahasiswa untuk bergabung dalam kegiatan peduli lingkungan. 

 

 

Referensi

Abdelradi, F. (2018). Food waste behaviour at the household level : A conceptual framework. Waste Management, 71, 485–493. http://doi.org/10.1016/j.wasman.2017.10.001

Irani, Z., Sharif, A. M., Lee, H., Aktas, E., & Sahuda, S. (2017). Managing food security through food waste and loss : Small data to. Computers and Operations Research, 0, 1–17. http://doi.org/10.1016/j.cor.2017.10.007.

Lundie, S., & Peters, G. M. (2005). Life cycle sssessment of food waste management options. Journal of Cleaner Production, 13, 275–286. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2004.02.020

Kollmuss, A., & Agyeman, J. (2002). Mind the Gap : Why do people act environmentally and what are the barriers to pro- environmental behavior ?, (July 2013), 37–41.

https://www.ayobandung.com/bandung/pr-79630458/peduli-sampah-untuk-masa-depan-yang-lebih-baik

https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

0 komentar:

Posting Komentar