Senin, 18 Juli 2022

Prinsip Behaviorisme untuk Membentuk Kepedulian Terhadap Sampah

 

Prinsip Behaviorisme untuk Membentuk Kepedulian Terhadap Sampah


Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan

Kelas Reguler (Kelas A), Psikologi UP45

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Semester Genap 2021/2022

Rifa Rufianti (20310410053) 




Gambar 1. Menyulap Limbah Masker Menjadi Bunga Cantik Penghias Ruangan

 

Perilaku manusia yang tidak peduli dengan sampah memang memprihatinkan. Perilaku ini terus menerus dibiarkan tumbuh dalam diri masyarakat pada umunya. Memang sulit untuk dibasmi, tetapi bukan berarti tidak bisa diredakan. Ada dua prinsip yang menyebabkan tumbuhnya perilaku ini yaitu pembiasaan atau conditiong dan perilaku yang mendapat imbalan akan diulangi, tetapi jika perilaku yang dilakukan justru menimbulkan hukuman maka akan dihindari (Shinta, A). Seringkali masyarakat mempersepsikan bahwa membuang sampah sembarangan akan diperoleh reward berupa terbebasnya dari sampah. Padahal ada opsi lain untuk memperoleh reward dalam pengelolaan sampah yaitu dengan menerapkan konsep recycle. Konsep recycle atau daur ulang merupakan pemanfaatkan kembali sampah sehingga mendapat nilai lebih (Wahyuni, 2022). Masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan tidak menerima hukuman akan membuat mereka merasa bahwa perilakunya merupakan perbuatan yang wajar. Dalam hal ini menimbulkan permasalahan yang cukup serius jika perilaku abai terhadap sampah terus menerus dibiarkan tumbuh di masyarakat luas.

Dalam perspektif psikologi behavioristik, pembentukan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya dan membentuk kepedulian terhadap sampah dapat dilakukan dengan latihan yang berulang-ulang. Meski perlu di pertimbangkan kembali bahwa bagaimana seseorang mampu latihan yang berulang kali itu membutuhkan sarana dan bantuan dari luar. Pada awalnya, dibutuhkan alat bantu berupa sanksi pidana berupa denda sejumlah, petugas berwibawa yang akan konsekuen dan konsisten menerapkan sanksi kepada siapa yang melanggar, ditambah dengan adanya kepastian akan terdeteksinya individu yang melakukan pelanggaran. Sanksi ini juga perlu disertai dengan kondisi lingkungan yang mempermudah seseorang untuk membuang sampah pada tempatnya, misalnya dengan menyediakan tempat sampah yang jumlahnya lebih banyak dan lebih terjangkau ketika masyarakat membutuhkannya. Selain itu, tetap diperlukan tulisan-tulisan yang dapat mengingatkan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya (Tondok, 2008). Berikut ini upaya membentuk pembiasaan dalam membentuk kepedulian terhadap sampah (Rahman, 2019):

1. Menggunakan kembali kemasan yang masih bisa digunakan

Secara praktek cukup sederhana, yaitu menggunakan sisa produk khususnya kemasan untuk digunakan kembali. Meski relatif gampang dilakukan, banyak dari kita yang jutsru memilih untuk membuang cuma-cuma kemasan yang tidak terpakai. Padahal limbah kemasan yang tidak terpakai lagi bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat misalnya wadah cat bisa dibersihkan dan didaur ulang menjadi pot bunga atau tanaman.

2. Menghemat penggunaan kemasan plastik

Mulai saat ini, telah marak toko-toko besar seperti alfamart dan indomart yang berusaha mengurangi penggunaan kemasan platik. Biasanya sebelum diberikan kepada pembeli, akan ditanyai terlebih dahulu apakah menggunakan kantong plastik atau tidak. Terlihat sepele memang, tetapi jika dirasa tidak perlu menggunakan kantong plastik bisanya pembeli otomatis menolak kantong plastik. Dengan demikian akan mengurangi penggunaan kantong plastik sedikit demi sedikit. Namun, akan lebih baik jika pembeli bersedia membawa tas sendiri untuk wadah belanjaannya.

3. Mendaur ulang

Praktek mendaur ulang pada dasarnya memang membutuhkan niat karena ada usaha yang harus dikeluarkan dan waktu yang dikorbankan. Untuk mendorong praktek ini, memang perlu adanya upaya pembinaan lebih serius. Perlu ada instruksi untuk menyemarakkan kegiatan daur ulang sampah agar masyarakat sadar akan pentingnya pengelolaan sampah dengan mendaur ulangnya.

 

Hal yang paling sulit sebenarnya adalah membentuk perilaku masing-masing individu. Padahal pembentukan perilaku pada level yang paling kecil justru akan bersentuhan langsung dengan individu. Yang diharapkan nantinya adalah bahwa perilaku peduli terhadap sampah sudah menjadi suatu disposisi setiap orang sehingga tidak lagi diperlukan struktur atau alat bantu dari luar diri individu. Dengan menggunakan mekanisme pembiasaan, pembentukan perilaku peduli terhadap sampah perlu dilakukan sejak dini melalui lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Rahman, N. E. (2019). Perilaku dalam pengelolaan sampah dan kondisi layanan pengelolaan sampah kota malinau. Jurnal agriment, 2(1), 34-41.

Shinta, A. (2022). Teori-teori tentang hubungan antara perilaku dan lingkungan. UP45: PPT Kuliah 7 Psikologi Lingkungan.

Tondok, M. S. (2008). ’Menyampah' dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.

Wahyuni, F. (2022). Pengelolaan iklim budaya bersih madrasah berbasis kewirausahaan melalui bank sampah di man 2 pamekasan (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Madura).

0 komentar:

Posting Komentar