Kamis, 08 April 2021

 

PRIVASI TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL

 

 

Oleh :

AGUNG SAPRIANTO

(NIM 20310410040)

 Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 Dosen Pengampu : Dr. Arundhati Shinta MA.

 

Pola interaksi dalam sistem sosial apa pun disertai dengan pola penarikan dirI, salah satu mode yang sangat dilembagakan (tetapi belum dijelajahi) adalah privasi. Ada ambang batas di mana kontak sosial menjadi menjengkelkan bagi semua pihak; oleh karena itu, beberapa ketentuan untuk melepaskan diri dari interaksi dan observasi harus dibangun ke dalam setiap pendirian. Ketentuan semacam itu mengikuti pola tindakan yang mereka berikan jeda. Privasi, yang dibeli dan dijual di tempat-tempat sosial, menolak dan menegaskan pembagian status, dan mengizinkan penyimpangan "terlokalisasi" yang tidak terlihat oleh kelompok secara keseluruhan. Dengan demikian, privasi melindungi dari pengetahuan yang disfungsional.






          Mundur ke dalam privasi sering kali menjadi cara untuk membuat hidup dengan sesuatu yang tak tertahankan (atau mungkin orang yang secara sporadis tak tertahankan. Jika gangguan dan kelegaan privasi tidak tersedia dalam kasus seperti itu, hubungan harus diakhiri jika konflik ingin dihindari. Kontak yang berlebihan adalah kondisi di mana prinsip ambivalensi Freud paling jelas digunakan, ketika keintiman kemungkinan besar akan menghasilkan permusuhan terbuka. Oleh karena itu masalah harus diambil dengan pandangan bahwa orang yang berinteraksi sering satu sama lain cenderung suka satu lain (asalkan hubungan itu tidak wajib). Pernyataan itu berlaku secara umum, tetapi melewatkan poin penting bahwa ada ambang batas yang melampaui interaksi

          Sampai saat ini banyak yang telah mencoba untuk menunjukkan efek stabilisasi privasi pada dua dimensi tatanan sosial. Penarikan sub-servesurutan horizontal dengan mem-berikan rilis dari hubungan sosial ketika mereka telah menjadi cukup intens sehingga menjengkelkan. Privasi juga merupakan ko-moditas sosial yang langka; dengan demikian, kepemilikannya mencerminkan dan menjelaskan statusdivisi, dengan demikian mendramatisasi (dan karenanya menstabilkan) urutan vertikal. Tetapi kita harus menyadari bahwa privasi juga membuka kesempatan untuk bentuk penyimpangan seperti yang mungkin merusak efek stabilitas. Namun, privasi mengakui pelanggaran yang tidak terlihat dan karena itu berfungsi untuk menjaga keutuhan aturan-aturan yang akan dieliminasi oleh ketidaktaatan publik yang mungkin terjadi jika tidak ada.

          Selain itu, dimungkinkan untuk memetakan hubungan pribadi dalam hal harapan timbal balik mengenai intrusi. Pelanggaran terhadap berbagai tingkat privasi mungkin merupakan kewajiban, hak istimewa, atau pelanggaran, tergantung pada sifat ikatan antarpribadi. Dan jelas, ekspektasi tentang pengenaan semacam itu mungkin tidak disepakati bersama.

          kemudian, kita dituntun untuk melepaskan informasi dan kegiatan pribadi kita oleh kemanfaatan dan hubungan timbal balik yang secara rutin diminta dalam kehidupan sehari-hari. Kita semua tahu, misalnya, bahwa untuk menggunakan orang lain sebagai tempat berlindung atau sejenisnya, perlu untuk mengungkapkan kepada mereka sesuatu tentang diri kita sendiri, setidaknya bagian dari diri kita yang karena alasan tertentu membutuhkan penguatan. Ketika ini terjadi (memberikan dukungan), dua hal terjadi. Pertama, kita mencapai tingkat kepuasan tertentu; kedua, dan yang paling penting, perubahan kita mengungkapkan kepada mereka informasi yang sampai sekarang dirahasiakan, karena privasi yang kita miliki dapat di bagikan dengan kekuatan timbal balik: Itu memanggil orang lain sesuatu yang serupa dengan yang kita berikan dari diri kita sendiri. Ada kepuasan timbal balik. Sangat mudah untuk melihat bahwa ketika stres atau kebutuhan berkepanjangan, proses ini dapat menjadi terlembaga: Keintiman tidak lagi menjadi alternatif; itu ditegakkan, dan aktivitas pribadi menjadi klandestin dan dapat dihukum.

          Tapi hilangnya privasi di antara konvensional rakyat bebas dari banyak penderitaan ketelanjangan sosial yang diderita oleh banyak orang. Dengan timbulnya rasa was-was terhadap privasi kita akibat hubungan timbal balik terhadap lingkungan social menghawatirkan tidak nymananya suatu hungan antar individu. Oleh karena itu dalam prosesnya kita sebagai makhluk social mampu atau dapat memilah informasi yang mana yang dapat kita berikan sebagai konsumsi public dan sebaliknya ada informasi yang perlu kita jadikan sebagai privasi. Dan juga kita sebagai responden dari masyarakat banyak perlu menyadari bahwasanya dalam hubungan timbal balik yang kita laksanakan perlu adanya batasan, kita wajib memahami dan menelaah informasi yang mana yang perlu kita tanyakan dan tidak perlu di tanyakan. Hal ini sangat berguna dalam kehidupan keseharian dikarenakan dapat menciptakan situasi yang menguntungkan kedua belahpihak.

DAFTAR PUSTAKA:

Dewi, Sinta. "Konsep Perlindungan Hukum Atas Privasi Dan Data Pribadi Dikaitkan Dengan Penggunaan Cloud Computing Di Indonesia." Yustisia Jurnal Hukum 5.1 (2016): 35-53.

George C. Homans, The Human Group (New York: Harcourt, Brace & Co., 1950), hal. 111.

Georg Simmel, “The Secret and the Secret So- ciety,” dalam Kurt Wolff (ed.), The Sociolog y oJ Georg Simmel (New Vork: Free Press, 1964), hal. 334.

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar