Essay 3
Psikologi Lingkungan Before-After
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundanti Shinta, M.A
Before
After
Nama : Sari
Rizka Yani
Nim :
22310410001
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pantai adalah salah satu sumber daya
alam yang paling indah dan berharga di bumi. Pantai menyediakan habitat bagi
beragam spesies laut, menjadi destinasi wisata, dan mendukung kehidupan
manusia. Namun, pantai-pantai di seluruh dunia semakin terancam oleh masalah
serius, salah satunya adalah pencemaran oleh sampah Styrofoam (polistirena)
maupun mainan anak-anak yang tertinggal dan menjadi sampah. Sampah Styrofoam,
yang seringkali ditemukan di pantai-pantai, memiliki dampak ekologis dan
kesehatan yang signifikan.
Sampah Styrofoam menciptakan tampilan yang sangat tidak
menyenangkan di pantai. Tangkapan mata yang buruk ini bukan hanya mengganggu
pengalaman wisatawan, tetapi juga mengubah estetika pantai yang alami. Ini
mengurangi daya tarik pantai sebagai tujuan rekreasi dan melemahkan potensi
pariwisata lokal. Pantai dan lingkungan laut adalah rumah bagi berbagai spesies
laut yang rentan terhadap bahaya sampah Styrofoam. Hewan laut seperti burung
laut, penyu, dan ikan sering kali tersangkut dalam potongan-potongan Styrofoam
atau memakan fragmen kecil Styrofoam yang dapat membahayakan kesehatan mereka.
Ini dapat menyebabkan cedera fisik, keracunan, dan bahkan kematian. Dan tproses
pembuatan dan pemusnahan Styrofoam melibatkan zat-zat kimia berbahaya seperti
stirena dan benzena. Ketika Styrofoam rusak dan terpapar sinar matahari,
zat-zat ini dapat lepas ke lingkungan laut, mencemari air dan mengancam
organisme laut. Pantai yang tercemar oleh Styrofoam dan zat-zat berbahaya yang
dilepaskan olehnya dapat membahayakan kesehatan manusia. Terutama, makanan laut
yang terkontaminasi oleh mikroplastik dan zat-zat berbahaya dapat mengancam
kesehatan konsumen manusia.
Salah satu upaya saya untuk mengatasi dampak sampah Styrofoam
di pantai yaitu dengan mengumpulkan sampah-sampah styrofoam, mainan anak-anak
yang tertinggal, sepatu yang tertinggal hanya sebelah, dan beberapa sampah
karet. Pada hari kamis tanggal 5 november, saya dan teman saya pergi ke salah
satu pantai di Gunung Kidul, di pantai ngobaran tersebut terlihat sepi
wisatawan, saat saya turun ke bibir pantai saya melihat di karang maupun bibir
pantai ada beberapa sampah styrofoam, karet, sepatu anak yang hanya tinggal
sebelah, dan beberapa mainan anak-anak yang tertinggal. Karena sangat
mengganggu, saya mulai mengumpulkan sampah-sampah tersebut dari jam 10 hingga
sekitar jam 11.40 siang. Setelah mengumpulkan sampah² tersebut, saya
membuangnya ketempat sampah yang tersedia, karena tidak memungkinkan untuk
memilah pada saat tersebut dan tidak adanya tempat sampah khusus untuk berbagai
sampah.
Dalam upaya mengatasi masalah sampah Styrofoam maupun
organik, kita dapat melindungi lingkungan alam dan berkontribusi pada
pembangunan berkelanjutan yang lebih baik untuk generasi mendatang. Kesadaran
akan dampak lingkungan dari sampah organik dan Styrofoam adalah langkah awal
yang penting menuju perubahan positif.
0 komentar:
Posting Komentar