Anak-anak Perempuan Dijual Dan Dilacurkan
Essay 1
Psikologi sosial
Luthfiyyah
22310410025
Dosen pengampu: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Fakultas psikologi universitas proklamasi 45 Yogyakarta
Topik | Perdagangan anak-anak usia belasan tahun yang dipaksa menjadi pekerja seks komersial akibat terperangkap berbagai macam modus tipu daya pelaku. |
Sumber | Dicky(2023,maret 09). Liputan Investigasi: Anak-anak Perempuan Dijual Dan Dilacurkan.kompas hal.15 |
Ringkasan | • Saat ditemui, CA (24) meng-aku baru memperdagangkan RA dan satu anak perempuan lain di media sosial sebulan terakhir. RA dan sejumlah anak lain didapat CA lewat kenalan dari sepupunya yang kerap menjual anak untuk bisnis prostitusi. •CA dulunya adalah pekerja seks komersial. Kini, dia lebih fokus menawarkan perempuan lain,termasuk yang masih anak. Dari penghasilan yang didapat,CA membagi hasil 50:50 kepada anak yang dijual. ”Dari kenalan sepupu ini, saya dapatkan mereka lewat kabar mulut ke mu-lut. Dibawalah sama dia anak SMP,” kata CA |
Ringkasan (lanjutan) | •RA terperangkap dalam dunia prostitusi daring sejak berumur 13 tahun saat duduk dikelas VI SD. Saat itu, dia diiming-imingi uang belasan juta rupiah untuk menjual keperawanannya. Kesulitan ekonomi mendorong RA menerima tawaran untuk melakukan hal tersebut. Dari situ, dia mendapat bayaran Rp 15 juta untuk pertama kalinya. •Selepas menjual itu, RA kerap mendapat tawaran melayani lelaki dengan waktu tidak terikat. Dia akhirnya menerima tawaran setidaknya sekali setiap pekan. Tak ada anggota keluarga yang tahu aktivitasnya kecuali adiknya. •RA ditawarkan Rp 800.000 per jam. Kepada pelanggan, CA menyebut RA hanya bisa bekerja mulai sore hari hingga sebelum pukul 21.00 lantaran menyesuaikan waktu sepulang sekolah. RA mesti dijemput untuk datang ke lokasi pertemuan,khusus di area Jakarta Pusat •Saat ditemui, RA yang masih berusia 16 tahun mengaku terpaksa mau dijual dalam bisnis prostitusi daring karena terdesak kebutuhan ekonomi keluarga. •Ibu dan ayah RA bercerai saat dia masih SD. Sang ibu harus banting tulang sendirian berjualan makanan. RA dengan adik dan kakaknya tinggal bersama sang ibu di rumah petak kawasan padat penduduk Jakarta Pusat. Rumah itu juga dijadikan warung nasi. •Anak perempuan lain yang juga menjadi korban perdagangan anak dan dilacurkan adalah UNA (16). Siswa kelas XI SMA ini bekerja di sebuah spa di Jakarta yang menyediakan pijat plus alias layanan seksual. •UNA terjebak di spa ”plus” ini karena berawal dari keinginannya memiliki penghasilan demi membayar utang mendiang ibunya yang meninggal dua tahun silam. Utang ibunya tersebut digunakan untuk biaya pengobatan. •Awalnya, UNA mencari lowongan pekerjaan yang tak memerlukan ijazah SMA. Dia lalu memperoleh informasi lowongan kerja di sebuah situs yang mencantumkan pekerjaan terapis bagi perempuan tanpa menyertakan syarat KTP dan ijazah. Nomor kontak yang dicantumkan milik agen penyalur tenaga terapis.Saat ditemui UNA,agen itu mengiming-imingi penghasilan Rp.500.000-Rp 1 juta per hari.UNA juga langsung memperoleh uang Rp5 juta yang disebut untuk membeli baju dan peralatan kosmetik. Belakangan,uang itu dibebankan sebagai utang. • Segala hal terkait pekerjaan UNA di spa harus dibicarakan lewat agen,tak dapat langsung ke manajemen. Setelah 2 bulan bekerja, UNA sempat mengutarakan ingin berhenti bekerja sebagai terapis.tetapi selalu ditahan oleh agen penyalurnya dengan alasan dia masih berutang Rp 5 juta yang baru dibayar Rp 1,5 juta. Selain itu, dokumen akta kelahiran UNA juga ditahan.”Padahal, saya sudah punya uang buat bayar sisa utang Rp 3,5 juta,”ujar UNA. •Sementara itu, tim mendapati seorang anak perempuan berinisial TA (16),yang menjadi korban perdagangan anak dan dijual menjadi pekerja seks komersial di Depok, Jawa Barat, oleh teman sepermainannya melalui aplikasi daring.TA dan temannya beroperasi di sebuah indekos yang juga berisi joki dan pekerja seks lainnya. •TA biasa ditawarkan melalui aplikasi daring oleh joki dengan memasang harga awal Rp800.000, tetapi bisa di tawar.Menurut dia, dalam sehari, ia bisa menerima pendapatan bersih rata-rata Rp.750.000. |
Permasalahan | •kesulitan ekonomi sering menjadi faktor pendorong utama untuk terjerumus dalam dunia prostitusi. • anak-anak di bawah umur sering menjadi korban perdagangan karena gampang di pengaruhi ,diperdaya dan mudah untuk diiming-imingi uang yang banyak. •rentan tertular penyakit menular seksual dan HIV/AIDS karena organ genital belum tumbuh sempurna. •rendahnya pendidikan •kesalahan dalam pola mengasuh anak. •kurangnya perhatian dari orang tua terhadap anak. •faktor teknologi . |
Opini saya | •perceraian orang tua/broken home kadang mempengaruhi kesehatan bagi anak-anak dan remaja menyebabkan resiko anak mengalami gangguan kepribadian •kurangnya perhatian orang tua terhadap anak cenderung membuat anak akan terus-terusan mencari perhatian atau haus kasih sayang •memasuki usia remaja kadang mereka sering mencari jati diri,rasa keingintahuannya yang tinggi untuk belajar menemukan hal-hal yang baru apa bila tidak dengan pengawasan orang tua bisa saja mereka terjerumus ke pergaulan bebas/seks bebas. •minimnya pendidikan dan faktor ekonomi sering menjadi alasan utama untuk seseorang menjadi mucikari/psk •sebagai orang tua kita juga harus bijak dalam memberikan ponsel kepada anak tetap mengawasi dan mengontrol apa saja yang dicari oleh anak dalam dunia maya. |
0 komentar:
Posting Komentar