Kamis, 20 April 2023

Essay 3. Review Jurnal. Shofia salsabila suswoyo. 22310410062

 

PERILAKU PENGGUNA MEDIA SOSIAL BESERTA IMPLIKASINYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL TERAPAN

Tugas 3

psikologi sosial 

Shofia Salsabila Suswoyo

22310410062

Program Studi Psikologi

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Topik

Media sosial, hubungan psikologi sosial, penelitian deskriptif

Sumber

Mulawarman, Aldila Dyas Nurfitri (2017), Perilaku Pengguna Media Sosial Beserta Implikasinya Ditinjau Dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin Psikologi Vol. 25, No. 1, 36-44, 2017

Permasalahan

Setelah kehadiran media sosial menjadi fenomenal dan banyak diminati oleh banyak khalayak, lalu bagaimana hegemoni media sosial dalam perspektif psikologi sosial terapan dengan harapan dapat memberi kontribusi terhadap upaya pengendalian perilaku pengguna media sosial agar semakin tepat-guna, baik oleh diri sendiri, komunitas, institusi, maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Isi

-  Belakangan ini, aktivitas daring merupakan aktivitas yang terbilang masif dan intensif dilakukan oleh khalayak di seluruh dunia khususnya media sosial. Beberapa isu dari adanya media sosial yang relatif menyita perhatian para akademisi dan peneliti yaitu swafoto (selfie), cyberwar, belanja daring, personalisasi diri pengguna dan budaya share.

-  Sebuah riset dari Lembaga Opinium di Inggris 2005, terhadap responden yang berusia antara 18-24 tahun pada tahun 2013 menunjukkan bahwa dalam sehari, ada lebih dari satu juta foto diri yang dibuat. Realitas sosial siber ini menunjukkan bahwa kekuatan foto diri adalah artefak kebudayaan yang bisa ditafsirkan dari berbagai sudut pandang.

-  Isu dari adanya cyberwar seperti ketika pemilu dengan capres Jokowi dan Prabowo. Para pendukung dari kedua belah pihak secara masif berkutat dalam kontelasi media sosial yang terhimpun dalam komunitas-komunitas tertentu. Dan menurut Smelser (dalam Krahe, 2005), ada beberapa faktor penentu yaitu, faktor struktur sosial yang memudahkan adanya perilaku korelatif dan kesenjangan sosial.

-  Gaya hidup berbelanja di Indonesia mengalami perubahan seiring perubahan zaman. Situs jejaring sosial seperti facebook, dsb. Yang awalnya berfungsi sebagai situs pertemanan dan pertukaran informasi, saat ini berubah menjadi lahan pemasaran suatu perusahaan maupun toko online dalam skala industri rumahan dengan iklan-iklan yang menggiurkan dan menarik lebih banyak minat belanja masyarakat.

-  Fenomena media sosial yang juga menarik perhatian adalah maraknya akun-akun pengguna yang dengan sengaja mengganti profilnya dengan bukan yang asli (akun palsu). Serta belakangan ini muncul laman dan blog yang tidak jelas dengan menggunakan atribut provokatif seperti kata “sebarkanlah” atau “share ke yang lain, bagikan, atau simpan” dan jika tidak di share maka khalayak ‘disumpahi’ akan mendapat petaka, bencana dan duka lara.

 

Metode

Penelitian ini, menggunakan pendekatan deskriptif dengan lebih condong kepada cross sectional. Dimana data-data yang dikumpulkan berdasar kepada waktu tertentu dan dengan isu-isu yang menonjol di waktu yang berbeda.

 

Hasil

Dari penelitian ini yang kemudian dihubungkan dengan perspektif psikologi sosial, maka dihasilkan :

1.      Dalam isu swafoto, ada tiga perspektif psikologi sosial diantaranya, kegiatan swafoto sebagai wujud dari eksistensi diri, representasi diri sebagai upaya agar dianggap adadan eksis dalan jaringan. Kedua, swafoto merupakan bentuk narsisme digital, mewujudkan eksistensi dirinya yang tidak sekedar sebagai objek foto, tetapi ada maksud tertentu didalamnya. Ketiga, swafoto juga dapat menandakana bahwa pengguna melakukan keterbukaan diri (self-disclosure) di media sosial.

2.      Pada isu cyberwar, jika intensitas proses ini meningkat, maka penularan sosial (social contagion) akan timbul yang mengakibatkan diseminasi impuls atau kata hati yang cepat dan irasional. Lalu, kegairahan bersama dalam kumpulan pengguna dapat melibatkan proses reaksi sirkular (circular reaction). Proses saling menstimulasi ini menghasilkan suatu spiral perasaan dan tindakan yang sirkular.

3.      Menurut Hanurawan (2011), model pemrosesan informasi adalah pendekatan yang menjelaskan bahwa proses belajar memengaruhi sikap seseorang melalui proses persuasi. Menurut pendekatan itu, agar konsumen membeli sebuah produk, maka terdapat sebuah proses belajar yang dilalui oleh mereka mulai dari tertarik, memahami, dan meyakini klaim-klaim yang termuat dalam sebuah iklan. Dari proses tersebut menghasilkan suatu memori yang tersimpan (ingatan) dan akan menjadi basis untuk memproses persepsi, sikap, dan perilaku terkait dengan keberadaan sebuah produk.

4.      Menurut Nasrullah (2015), kondisi pada pemalsuan akun, disebabkan oleh imaji yang ditampilkan media secara terus menerus hingga pada akhirnya khalayak seolah berada diantara realitas dan ilusi karena tanda yang ada di media seakan-akan telah terputus dari realitas. Dengan kata lain, media sosial telah menjadi realitas itu sendiri, bahkan apa yang didalamnya justru lebih real dan actual.

5.      Dalam budaya share, timbul berbagai skema yang mana menimbulkan efek kuat pada tiga proses dasar yaitu perhatian, pengodean, dan mengingat kembali. Sadar atau tidak, infromasi-infromasi yang diterima oleh para pengguna media sosial saat mencerna berita hoax mendorong untuk resharing berita senada karena skema mental mereka kongruen tema atau preferensi tertentu.

 

Diskusi

Dari adanya media sosial yang seiring berkembangnya zaman semakin masif digunakan oleh khalayak sampai pada titik timbulnya beberapa isu diatas, tidak menutup kemungkinan akan lebih banyak isu baru yang muncul berkaitan dengan media sosial dan hubungannya terhadap perspektif psikologi sosial. Tidak bisa di klaim juga bahwa dengan adanya perspektif psikologi sosial ini membenarkan isu-isu yang terjadi di atas. Bahwa bagaimanapun seorang user atau pengguna media sosial yang bijak harusnya dapat menempatkan diri dengan sebenar-benarnya dan rasional.

 

 


 


0 komentar:

Posting Komentar