Jumat, 21 April 2023

Meringkas Jurnal 3

Teknik Penyusunan Skripsi

Meringkas Jurnal 3

Shafadita Putri Trisdianty (20310410042)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.

 


Topik

Perilaku Asertif, Remaja, Asrama

Sumber

 Rohyati, E., & Purwandari, Y. H. (2017). Perilaku asertif pada remaja. Jurnal psikologi11(1).

Permasalahan

Kehidupan remaja yang biasanya mengandalkan teman sebaya dan juga dituntut untuk mandiri dan asertif, tentu membingungkan bagi remaja. Dibandingkan dengan orang dewasa, teman sebaya merupakan pengaruh yang paling penting bagi masa remaja. Oleh karena itu, berperilaku asertif dan mandiri dalam berpendapat merupakan resiko bagi remaja..

Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan tentang factor-faktor yang menjadi berbagai penyebab rendahnya perilaku asertif pada remaja.

Isi

        ·         Remaja merupakan masa yang mana seseorang sedang mencari identitas dirinya. Cara mencari identitas adalah dengan mencari informasi dan nilai-nilai melalui sekolah, teman sebaya, keluarga, masyarakat, dan media massa (Arnett, 1995). Untuk menilai informasi tersebut terutama tentang risiko buruk dari informasi, maka remaja lebih banyak bergantung pada pendapat teman-teman sebayanya, daripada orang dewasa lainnya (Arnett, 2000; Gardner & Steinberg, 2005).

        ·         Penelitian pada 106 remaja usia 13-16 tahun, etnis kulit putih, hitam, Latin, Asia, menunjukkan bahwa mereka berani melakukan perilaku berisiko yaitu merokok, karena pengaruh teman sebaya (Gardner & Steinberg, 2005). Pengaruh teman sebaya yang kuat ini menyebabkan remaja kurang berani untuk berterus terang.Sulit bagi remaja untuk berperilaku asertif, bila ia berada dalam kelompok teman sebaya yang mempunyai minat sama.

        ·         Kemandirian dan otonomi adalah tujuan dari sosialisasi pada masa remaja. Sosialisasi pada remaja ada dua macam yaitu sosialisasi secara luas dan sempit (Arnett, 1995).Pada sosialisasi secara luas, remaja dihadapkan pada berbagai situasi yang mana pengawasan orangtua menjadi semakin longgar.Dalam situasi seperti itu, ketrampilan untuk mengemukakan pendapat secara asertif sangat diperlukan. Perilaku asertif adalah kemampuan seseorang dalam. mengekspresikan pendapat, perasaan, sikap dan hak-haknya tanpa menyakiti orang lain (Romas, 2010).Bila remaja kurang mampu berkomunikasi secara asertif, maka ia hanya akan menjadi ekor atau pengikut bagi teman-temannya. Bahkan mungkin saja la menjadi korban perundungan (bullying) dari teman-temannya (Kelliat, Tololiu, Daulima & Erawati, 2015).

Metode

  • Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan bentuk penelitian studi kasus.
  • Pengambilan data menggunakan teknik wawancara.
  • Subjek penelitian ini adalah seorang remaja perempuan usia 13-15 tahun, yang tinggal di asrama. Alasan pemilihan subyek adalah subyek termasuk orang yang kurang asertif. Pemilihan subyek tersebut atas dasar rujukan dari pengurus asrama, tempat ia tinggal.
  • Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada subyek sesudah tahap perkenalan yaitu: 1), Kau punya teman dekat untuk curhat? 2). Pernah punya masalah dengan guru/pacar/orang tua/teman? 3). Pernahkah kau mengatakan secara langsung persoalanmu dengan orang yang menyebabkan masalah itu? 4). Apa hambatanmu untuk bicara dengan terus terang pada orang yang menjadi penyebab masalah? 5). Kalau kau tidak berani berterus terang padahal punya masalah berat, lalu apa yang terjadi padamu? 6). Jadi kira-kira yang menyebabkan kau kurang berani berterus terang pada orang tua/guru, teman sebaya, dan adik kelasmu? 7). Ketika kau berada pada situasi sosial baru, apa saja cara-caramu untuk menyesuaikan diri?

Hasil

         ·         Subjek cenderung rendah keterampilan sosialnya dalam beropini. Hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah teman dekat yang biasanya untuk saling berbagi kesedihan.

        ·         Saat mendapat masalah subjek cenderung diam dan tidak berusaha menjelaskan tentang masalahnya. Subjek pernah memiliki masalah dengan orang-orang terdekatnya salah satunya adalah guru sekolahnya. Masalah dengan gurunya adalah tentang tidak terselesaikannya tugas sekolah.

        ·         Kurang asertifnya subjek juga terlihat dari kurang beraninya subjek dalam mengemukakan pendapatnya secara langsung pada orang yang membuatnya sedih. Subjek kurang asertif karena merasa takut, sungkan, untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain dan kurang pergaulan. Subjek juga kurang percaya diri untuk memulai suatu hubungan sosial. Bila la akan memulai suatu hubungan sosial maka hal yang paling diutamakan adalah kesamaan daerah asal. Prinsip kesamaan ini menenangkannya.

        ·         Subjek Juga sudah mengetahui bahwa perilaku kurang asertif telah menyebabkan la menjadi sedih. Cara subjek untuk mengatasi kebiasaan kurang asertif itu adalah mengadu pada teman dekatnya. Hasilnya adalah subjek menjadi lebih lega.

Diskusi

  • Penelitian pendahuluan ini menunjukkan bahwa subjek cenderung berperilaku tidak asertif. Hal ini terlihat dari indikator-indikator sosial seperti sempitnya pergaulan sosialnya, seringnya merasa tertekan bila menghadapi masalah, lebih menjaga hubungan baik dengan orang lain walaupun harus menunda untuk mendapatkan hak-haknya, dan takut atau kurang nyaman apabila berada dalam situasi baru. Kurang asertifnya subjek lebih karena faktor eksternal daripada faktor internal, meskipun faktor internal subjek juga ikut mendukung.
  • Keterbatasan penelitian ini adalah hanya melibatkan remaja perempuan saja. Remaja laki-laki sebenarnya juga perlu dilibatkan. Hal ini karena masyarakat cenderung lebih bisa menerima perilaku asertif pada laki-laki daripada perempuan. Meskipun demikian, penelitian yang melibatkan remaja Turki dan Swedia justru menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang meyakinkan tentang perilaku asertif antara remaja laki- laki dan perempuan. Perilaku asertif muncul lebih karena faktor budaya (Eskin, 2003).
  • Keterbatasan penelitian selanjutnya adalah subjek bertempat tinggal di asrama. Untuk penelitian yang akan datang, subjek yang bertempat tinggal dengan orangtua / keluarga hendaknya juga dilibatkan. Hal ini berguna untuk membandingkan tingkat asertivitas antara remaja yang tinggal di asrama dan yang tinggal dengan orangtua. Penelitian semacam ini diharapkan akan mengetahui proses kemandirian remaja, besarnya pengaruh orang-orang dewasa di sekitar remaja, dan besarnya penagruh teman sebaya. Penelitian semacam ini tentu berguna bagi psikologi remaja.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar