UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Ester Therecia Hermin Rumbewas
22310410103
Dosen Pengampu :
Dr., Dra Arundati Shinta, Ma
Keterkaitan Antara Persepsi
dengan Perilaku Manusia Terhadap Pengelolaan Sampah
Permasalahan :
Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
melaksanakan perintah Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolahan
Sampah merupakan salah satu penyebabnya, masih banyak masyarakat yang sering
membuang sampah sembarangan. Perlu mengubah persepsi masyarakat yang menganggap
bahwa sampah ini sebagai barang sisa yang tidak berguna, menjadi sampah yang
ada bisa bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian.
Pembahasan :
Persepsi memegang peranan penting dalam
melakukan sesuatu dan berpengaruh dalam pola pikir dan perilaku serta
menentukan pilihan tentang apa yang akan dilakukan. Penilaian terhadap sesuatu
sangat dipengaruhi oleh persepsi yang diberikan terhadap sesuatu tersebut, bisa
dianggap negative atau positif sangat tergantung pada persepsi yang diberikan.
Sampah umumnya dihasilkan dari berbagai
kegiatan manusia sehari -hari. Dan hingga saat ini, sampah telah menjadi
masalah yang cukup berbahaya bagi kehidupan. Bencana alam banjir seringkali
terjadi akibat perilaku manusia yang membuang sampah sembarangan. Dan walaupun
petugas kebersihan telah menjalankan tugasnya dengan optimal, namun bila
perilaku masyarakat tidak mendukung penanganan sampah secara baik dan benar,
maka lingkungan tetap tidak terjaga. Definisi pengelolahan sampah yang telah
tercantum di dalam UU No. 18 Tahun 2008 nyatanya masih banyak masyarakat yang
membangkang perintah tersebut.
Untuk
memahami proses yang
terjadi sejak individu bersentuhan melalui inderanya dengan objek di lingkungannya
sampai terjadi reaksi. Skema persepsi dapat dilhat pada gambar berikut.
Menurut skema tersebut tahap paling awal dari
hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu
dengan objek-objek di lingkungannya. Objek tampil dengan kemanfaatannya
masing-masing, sedangkan individu datang dengan sifat-sifat individualnya,
pengalaman masa lalunya, bakat, minat, sikap dan ciri kepribadiannya
masing-masing.
Hasil interaksi individu dengan objek
menghasilkan persepsi individu tentang objek itu. Jika persepsi itu berada
dalam batas-batas optimal maka individu dikatakan dalam keadaan homeo statis
yaitu keadaan yang serba seimbang. Keadaan ini biasanya dipertahankan oleh
individu karena menimbulkan perasaan-perasaan yang paling menyenangkan.
Sebaliknya, jika objek dipersepsikan sebagai di luar batas-batas optimal (terlalu
besar, terlalu kuat, kurang keras, kurang dingin, terlalu aneh dan sebagainya)
maka individu itu akan mengalami stres dalam dirinya. Tekanan-tekanan energi
dalam dirinya meningkat sehingga orang itu harus melakukan copying untuk
menyesuaikan dirinya atau menyesuaikan lingkungan pada kondisi dirinya. Sebagai
hasil coping ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, tingkah laku
coping ini menyebabkan stres berlanjut dan dampaknya bisa berpengaruh pada
kondisi individu dan persepsi individu. Kemungkinan kedua, tingkah laku coping
yang berhasil. Dalam hal ini terjadi penyesuaian antara diri individu dengan
lingkungannya (adaptasi) atau penyesuaian keadaan lingkungan pada diri individu
(adjusment).
Disamping itu, terjadi peningkatan kemampuan
untuk menghadapi stimulus berikutnya. Kalau efek dari kegagalan yang terjadi
berulang-ulang, kewaspadaan akan meningkat. Namun pada suatu titik akan terjadi
gangguan mental yang lebih serius seperti keputusasaan, kebosanan, perasaan
tidak berdaya, dan menurunnya prestasi sampai pada titik terendah.
Peranan Unilever Terhadap
Pembinaan Bank Sampah Di Masyarakat Melalui Piramida Carroll.
Unilever,
sebagai perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai negara, telah
memainkan peran yang signifikan dalam pembinaan bank sampah di masyarakat
melalui prakarsa mereka dalam hal tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang
meliputi beberapa tingkatan di Piramida Carroll;
1. Tanggung Jawab Ekonomi: Unilever,
sebagai perusahaan, memiliki tanggung jawab ekonomi untuk menciptakan lapangan
kerja, menyediakan produk atau layanan yang berkualitas, serta memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Tanggung Jawab Hukum: Perusahaan seperti
Unilever juga harus memastikan bahwa operasi mereka sesuai dengan peraturan dan
hukum setempat.
3. Tanggung Jawab Etika: Unilever,
sebagai bagian dari tanggung jawab etisnya, telah terlibat dalam berbagai
inisiatif yang mendukung praktik-praktik yang ramah lingkungan, termasuk dalam
hal pengelolaan sampah.
4. Tanggung Jawab Filantropi: Unilever
juga bisa terlibat dalam kegiatan filantropi yang mendukung bank sampah. Ini
bisa termasuk memberikan dana, bantuan teknis, atau peralatan yang diperlukan
untuk mendukung operasional bank sampah, atau mendukung program-program sosial
yang berfokus pada pengelolaan sampah di komunitas.
Daftar Pustaka
Oktora Bunga. 2022. Hubungan Sikap Dengan
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah. Jurnal Ilmiah Wijaya, Volume 14
Nomor 1.
0 komentar:
Posting Komentar