PSIKOLOGI LINGKUNGAN
UJIAN TENGAH SEMESTER
Widya Mela Nova
22310410125
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Persepsi memainkan peran krusial dalam membentukperilaku individu terkait dengan pengolahan sampah dan kepatuhan terhadap Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah. Dalam konteks ini, persepsimencakup pemahaman, penilaian, dan interpretasi individuterhadap norma-norma sosial, nilai-nilai budaya, serta manfaatdan konsekuensi dari perilaku mereka terkait sampah.Beberapa faktor persepsi yang dapat menjelaskan perilakupembangkangan terhadap undang-undang pengolahan sampahmelibatkan pandangan masyarakat terhadap sampah sebagaimasalah serius atau tidak, kepercayaan terhadap efektivitasundang-undang, dan penilaian terhadap tanggung jawabpribadi dalam mengelola sampah (Nggeboe F, 2016) .
Selain itu, aspek budaya juga memainkan peran, di mana norma-norma sosial yang berkembang dalam masyarakatdapat mempengaruhi cara individu memandang dan bertindakterhadap masalah pengolahan sampah. Jika di dalam budayatersebut tidak terdapat nilai kepedulian terhadap lingkungan, maka masyarakat dapat cenderung melanggar aturan yang ada. Dengan demikian, untuk mengubah perilaku masyarakatterkait pengolahan sampah, diperlukan upaya yang lebih besardalam merubah persepsi mereka. Edukasi yang efektif, kampanye penyuluhan, dan penciptaan kesadaran akankonsekuensi dari perilaku tidak ramah lingkungan dapatmembantu memperbaiki persepsi dan mendorong ketaatanterhadap undang-undang yang ada (Enri Damanhuri, 2010).
Unilever, sebagai perusahaan yang berperan aktif dalammendukung pengelolaan sampah, dapat dijelaskan melaluiPiramida Carroll, yang mencakup tiga tanggung jawabPerusahaan yaitu (Setiawan & Purwanti, 2017):
Dengan demikian, melalui Piramida Carroll, peran Unilever dalam pembinaan bank sampah dapat dipahami sebagaisebuah upaya yang melibatkan berbagai tanggung jawab, tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga mencakup dimensi hukum dan etika untuk mencapai dampakpositif secara holistik. Secara keseluruhan, masalahpengelolaan sampah di Indonesia, terutama di kota-kota besarseperti Yogyakarta, menjadi tantangan serius yang melibatkanbeberapa aspek persampahan. Undang-Undang No. 18 Tahun2008 Tentang Pengolahan Sampah menjadi dasar hukumuntuk mengatasi masalah ini, namun pembangkanganmasyarakat terhadap aturan tersebut dapat dijelaskan melaluiaspek sosial budaya yang mencakup persepsi dan norma-norma yang ada (Prasetyo, 2014).
Di sisi lain, perusahaan seperti Unilever memainkan peranpenting dalam mendukung upaya pemerintah dan masyarakatdalam mengatasi masalah sampah. Melalui pembinaan bank sampah, Unilever memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, dan etika dalam Piramida Carroll. Mereka tidak hanyamemberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokaltetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan membangun kesadaran Masyarakat (Annisa, 2016).
Kesimpulannya, penanganan masalah sampah memerlukanpendekatan yang holistik dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pendidikan dan perubahanpersepsi masyarakat terhadap sampah sangat penting, sementara dukungan perusahaan dalam bentuk pembinaanbank sampah dapat memberikan solusi ekonomi dan ekologisyang seimbang. Hanya dengan kombinasi upaya ini, kita dapatmencapai perubahan positif dalam pengelolaan sampah dan mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka:
Enri Damanhuri, T. P. (2010). Pengeloalaan Sampah. Journal Teknik Lingkungan, 3(2), 7.
Nggeboe, F. (2016). Perspektif Penerapan Sanksi Dan Peraturan Daerah (pp. 1–20).
Prasetyo, A. (2014). Materi Ajar Psikologi Persepsi. Psikologi Persepsi, 1–28.
Setiawan, T., & Purwanti, A. (2017). Piramida Carroll Pada Perusahaaan Di Indonesia : Studi Pada 3 Perusahaan Pemenang Csr Award 2016. JMB : Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 6(1), 57–64. https://doi.org/10.31000/jmb.v6i1.998
0 komentar:
Posting Komentar