Rabu, 27 Desember 2023

Essay UAS PSI LINGKUNGAN_YOSY TRI APRIAN

 

Hubungan Antara Persepsi dengan Perilaku dan Peranan Unilever terhadap Pembinaan Bank Sampahdi Masyarakat

Psikologi Lingkungan

Essay Ujian Akhir Semester

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta

  

 

Yosy Tri Aprian

21310410188

Psikologi SJ

  

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

  

Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu. Penciptaan makna-makna itu terkadang meluas, sesuai dengan kebutuhan individu (Fisher, Bell, & Baum, 1984). Contoh dari persepsi itu berdasar kasus ini ialah Ketika seorang individu mengamati TPA Piyungan yang menampung banyak sekali sampah. Persepsi yang dapat muncul adalah sebuah tempat yang mampu untuk menampung banyak sampah sebagianbesar warga Jogja, tempat yang mampu membantu Masyarakat menyelesaikan masalah sampah yang menumpuk dirumah, atau bisa juga sebagai suatu tempat yang sangat bau karena dipenuhi sampah yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. 

 


            Berdasarkan tabel tersebut individu menghadapi/mengamati dan ingin memahami suatu objek fisik atau situasi batu yang ada di lingkungannya. Menghadapi TPA Piyungan individu mungkin bisa stress, sehingga ia berusaha untuk mengatasi stress tersebut (coping behavior). Apabila usaha individu mengatasi stress itu sukses maka ia melakukan adaptasi (penyesuaian diri agar sesuai dengan lingkungan) atau melakukan adjustment (mengubah lingkungan agar sesuai dengan dirinya).

Apabila usaha individu dalam mengatasi stress ternyata gagal dan terjadi berulang kali, maka situasi itu merupakan kondisi bagi individu meyakinkan dirinya bahwa ia memang orang yang tidak mampu. Istilah dalam psikologi yaitu learned helplessness. Ini adalah salah satu bentuk dari gangguan mental serius. Sebagai ilustrasi berdasar kasus yang ada, individu berusaha untuk mengolah sendiri sampah rumah tangganya. Oleh karena keterbatasan biaya dan kemampuan, maka usaha pengolahan sampah itu gagal. Kegagalan terus-menerus untuk mengolah sampah itu, membuat individu percaya bahwa ia memang dilahirkan dengan kemampuan yang rendah dalam mengatasi hambatan pengolahan sampah tersebut.

            Kemudian terkait dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 yang disebut dalam konteks ini adalah mengatur tentang pengelolaan sampah di Indonesia dengan melindungi lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, dan sumber daya alam. Persepsi dan perilaku orang-orang yang sering membangkang perintah UU tersebut memiliki hubungan yang erat. Menurut saya masih banyaknya Masyarakat yang melanggar UU tersebut karena persepsi individu yang merasa tidak mampu untuk melakukan adaptasi dengan mengolah sampahnya sendiri sehingga terjadi Learned Helplessness yang membuat mereka akhirnya merasa gagal dan tidak mampu mengolah sendiri sampahnya karena berbagai keterbatasan yang dimiliki.

            Secara internasional, Unilever berdedikasi untuk membantu mengatasi permasalahan sampah dari awal hingga akhir rantai bisnis. Dengan menggunakan pendekatan CSR, Unilever aktif berperan dalam upaya pengembangan dan fasilitasi bank sampah di banyak komunitas. Bank sampah merupakan institusi yang mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan sampah sebagai sumber ekonomi yang bernilai.

           


Carroll's Pyramid, juga dikenal sebagai "CSR Pyramid" adalah suatu model yang memvisualisasikan empat tingkat tanggung jawab sosial perusahaan.

  1. Tingkat Ekonomi (Economic Responsibility):

Melalui pembinaan bank sampah, Unilever dapat membantu menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat, seperti melalui pelatihan, pendidikan, dan pekerjaan yang terkait dengan manajemen sampah.

  1. Tingkat Hukum (Legal Responsibility):

Dalam konteks pembinaan bank sampah, Unilever harus memastikan bahwa kegiatan mereka sesuai dengan peraturan pemerintah terkait pengelolaan sampah. Ini termasuk penerapan standar keamanan dan lingkungan yang diwajibkan oleh undang-undang.

  1. Tingkat Etika (Ethical Responsibility):

Unilever dapat memastikan bahwa pembinaan bank sampah dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai etika, seperti transparansi, keadilan, dan keterlibatan masyarakat lokal. Hal ini dapat mencakup pembayaran yang adil, kesejahteraan pekerja, dan keberlanjutan lingkungan.

  1. Tingkat Filantropi (Philanthropic Responsibility):

Dalam hal pembinaan bank sampah, Unilever dapat memberikan dana atau bantuan teknis kepada bank sampah lokal, mendukung pendidikan masyarakat tentang pengelolaan sampah, atau menyumbangkan fasilitas pengolahan sampah.

 

 Daftar Pustaka: 

Shinta, A. (2013, April 9). Persepsi Terhadap Lingkungan. KUPASIANA. http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

0 komentar:

Posting Komentar