Hubungan Antara Persepsi
dengan Perilaku dan Peranan Unilever terhadap Pembinaan Bank Sampahdi
Masyarakat
Psikologi
Lingkungan
Essay
Ujian Akhir Semester
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta
Yosy Tri Aprian
21310410188
Psikologi SJ
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Persepsi terhadap lingkungan hidup
adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang
dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu
mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi
objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu. Penciptaan makna-makna itu
terkadang meluas, sesuai dengan kebutuhan individu (Fisher, Bell, & Baum,
1984). Contoh dari persepsi itu berdasar kasus ini ialah Ketika seorang
individu mengamati TPA Piyungan yang menampung banyak sekali sampah. Persepsi
yang dapat muncul adalah sebuah tempat yang mampu untuk menampung banyak sampah
sebagianbesar warga Jogja, tempat yang mampu membantu Masyarakat menyelesaikan
masalah sampah yang menumpuk dirumah, atau bisa juga sebagai suatu tempat yang
sangat bau karena dipenuhi sampah yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
Berdasarkan tabel tersebut individu
menghadapi/mengamati dan ingin memahami suatu objek fisik atau situasi batu yang
ada di lingkungannya. Menghadapi TPA Piyungan individu mungkin bisa stress,
sehingga ia berusaha untuk mengatasi stress tersebut (coping behavior).
Apabila usaha individu mengatasi stress itu sukses maka ia melakukan adaptasi
(penyesuaian diri agar sesuai dengan lingkungan) atau melakukan adjustment
(mengubah lingkungan agar sesuai dengan dirinya).
Apabila usaha individu dalam mengatasi stress ternyata
gagal dan terjadi berulang kali, maka situasi itu merupakan kondisi bagi
individu meyakinkan dirinya bahwa ia memang orang yang tidak mampu. Istilah
dalam psikologi yaitu learned helplessness. Ini adalah salah satu
bentuk dari gangguan mental serius. Sebagai ilustrasi berdasar kasus yang ada,
individu berusaha untuk mengolah sendiri sampah rumah tangganya. Oleh
karena keterbatasan biaya dan kemampuan, maka usaha pengolahan sampah itu
gagal. Kegagalan terus-menerus untuk mengolah sampah itu, membuat individu
percaya bahwa ia memang dilahirkan dengan kemampuan yang rendah dalam mengatasi
hambatan pengolahan sampah tersebut.
Kemudian
terkait dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 yang disebut dalam konteks ini
adalah mengatur tentang pengelolaan sampah di Indonesia dengan melindungi
lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, dan sumber daya alam. Persepsi dan perilaku
orang-orang yang sering membangkang perintah UU tersebut memiliki hubungan yang
erat. Menurut saya masih banyaknya Masyarakat yang melanggar UU tersebut karena
persepsi individu yang merasa tidak mampu untuk melakukan adaptasi dengan
mengolah sampahnya sendiri sehingga terjadi Learned Helplessness yang
membuat mereka akhirnya merasa gagal dan tidak mampu mengolah sendiri sampahnya
karena berbagai keterbatasan yang dimiliki.
Secara internasional, Unilever
berdedikasi untuk membantu mengatasi permasalahan sampah dari awal hingga akhir
rantai bisnis. Dengan menggunakan pendekatan CSR, Unilever aktif berperan dalam
upaya pengembangan dan fasilitasi bank sampah di banyak komunitas. Bank sampah
merupakan institusi yang mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan sampah
sebagai sumber ekonomi yang bernilai.
Carroll's
Pyramid, juga dikenal sebagai "CSR Pyramid" adalah suatu model yang
memvisualisasikan empat tingkat tanggung jawab sosial perusahaan.
- Tingkat Ekonomi
(Economic Responsibility):
Melalui pembinaan bank
sampah, Unilever dapat membantu menciptakan peluang ekonomi baru bagi
masyarakat, seperti melalui pelatihan, pendidikan, dan pekerjaan yang terkait
dengan manajemen sampah.
- Tingkat Hukum (Legal
Responsibility):
Dalam konteks pembinaan
bank sampah, Unilever harus memastikan bahwa kegiatan mereka sesuai dengan
peraturan pemerintah terkait pengelolaan sampah. Ini termasuk penerapan standar
keamanan dan lingkungan yang diwajibkan oleh undang-undang.
- Tingkat Etika (Ethical
Responsibility):
Unilever dapat memastikan
bahwa pembinaan bank sampah dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai etika,
seperti transparansi, keadilan, dan keterlibatan masyarakat lokal. Hal ini
dapat mencakup pembayaran yang adil, kesejahteraan pekerja, dan keberlanjutan
lingkungan.
- Tingkat Filantropi
(Philanthropic Responsibility):
Dalam hal pembinaan bank
sampah, Unilever dapat memberikan dana atau bantuan teknis kepada bank sampah
lokal, mendukung pendidikan masyarakat tentang pengelolaan sampah, atau
menyumbangkan fasilitas pengolahan sampah.
Shinta, A. (2013, April 9). Persepsi Terhadap Lingkungan.
KUPASIANA.
http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
0 komentar:
Posting Komentar