Kamis, 28 Desember 2023

PsiLing : UAS _ PERSEPSI TERHADAP MASYARAKAT TIMOR LESTE TERKAIT DENGAN LINGKUNGAN SEKITAR. ( Ken Gelis Widiahapsari / 22310410063)

 PERSEPSI TERHADAP MASYARAKAT TIMOR LESTE  TERKAIT DENGAN LINGKUNGAN SEKITAR. UAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN ( KEN GELIS WIDIAHAPSARI/ 22310410063 )

 

ESSAY UAS

Persepsi Terhadap Masyarakat Timor Leste Terkait Dengan Lingkungan

Nama : Ken Gelis Widiahapsari

Nim : 23410410063

Mapel : Psikologi Lingkungan

Dosen : Dr.Dra Arundati Shinta, M.A

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 

 

 



Yogyakarta dan banyak kota besar lainnya termasuk Timur Leste, sekarang ini dilanda oleh musibah yang disebabkan oleh sampah dalam jumlah yang banyak. Sudah banyak TPA dan TPST yang didirikan pemerintah daerah namun tetap saja berlimpah ruah karena pengolahannya yang tertumpuk begitu saja.

Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) volume  sampah sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir atau TPA, (2) lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain, (3) teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya. Hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume sampah lebih besar dari pembusukannya, oleh karena itu, selalu diperlukan perluasan aral TPA baru, (4) manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat, (5) kurangnya dukungan kebijakan dan aturan daerah dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA (Sudradjat, 2006).

Pendekatan geografi yang digunakan untuk mengkaji permasalahan yang dikemukakan adalah Spatial Approach dan Ecology Approach (Yunus, 2004). Pendekatan keruangan digunakan untuk menganalisis distribusi ruang bagi pergerakkan manusia didalamnya sedangkan pendekatan ekologi untuk menganalisa distribusi sampah yang dihasilkan oleh manusia yang mempengaruhi lingkungan baik biotic, abiotik, sosial maupun kulturalnya. Adanya hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan faktor sosial, ekonomi maupun faktor lingkungan. Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan maupun penciuman (Thoha, 2005). Persepsi dan Perilaku masyarakat Timur Leste terhadap pengelolaat sampah PersepsiMasyarakat terhadap sampah yaitu Bahan bekas paka yang harus segen dibuang atau Sampah merupakan urusan pemerintah Perilaku Masyarakat dalam pengelolaan sampah Buang sampah di sembarang tempat Tidak peduli/cuek.

Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Slamet, 2004). Sampah merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang sudah dibuang karena sudah tidak berguna lagi. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: 1) efek langsung yaitu efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut, sehingga dapat menimbulkan penyakit; 2) efek tidak langsung yaitu efek yang dapat dirasakan oleh masyarakat akibat proses pembusukan (bau), pembakaran (gas), pembuangan sampah (estetika). Kenyataan yang dihadapi saat ini, bahwa sampah sulit untuk dikelola karena ada beberapa hal antara lain: a) meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai oleh dasar dan pengetahuan tentang sampah; b) sulitnya membentuk peranserta masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan; c) meningkatnya biaya operasional, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan; d) pembiayaan yang tidak memadai mengingat sampai saat ini kebanyakan sampah hanya dikelola oleh pemerintah; e) kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan dan sebagainya; f) pekerjaan mengelola sampah dianggap tugas tingkat rendah.

Adanya sampah merupakan suatu konsekuensi dari aktivitas manusia, setiap aktivitas manusia pasti akan menyebabkan buangan atau sampah. Jumlah volume sampah akan berimbang dengan tingkat konsumsi kita terhadap material yang digunakan sehari hari Soemarwoto (1974) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah produk samping akibat cara hidup manusia dan hal-hal yang ingin dikerjakan, produk samping dimaksud adalah berupa bahan cair dan padat yang merupakan hasil dari kegiatan-kegiatan manusia.

pengelolaan sampah yang  kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organism dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :

a.Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. 

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit) . Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/ sampah.

Hasil penelitian  terhadap penglolaan sampah padat perkotaan di kecamatan Dom Aleixo dipengaruhi oleh (1) usaha pemerintah dalam rangka memberdayakan, menguatkan dan menfasilitasi masyarakat (2) Perumusan kebijakan dan peraturan daerah (3) kejelasan struktur operasional tata kelola (4) peranan stakeholder dalam setiap program pemerintah. 

Terdapat 5 aspek dalam menangani permasalahan pengelolaan persampahan yaitu

1. Aspek Hukum, Meskipun terlambat, Indonesia akhirnya memiliki Undang-Undang No 18. tahun 2018, tentang Pengelolaan Sampah

2. Aspek kelembagaan,Ini adalah langkah konkret pelaksanaan undang-undang pengelolaan sampah mulai dari kementerian hingga tingkat RT, yang sayangnya, belum berjalan baik.

3.Aspek pendanaan,Mengelola sampah tidak murah. Menurut Sri, ada biaya yang bisa dihitung berapa rupiah seharusnya APBN dan APBD menganggarkan dana untuk pengelolaan sampah, termasuk biaya yang harus dikeluarkan setiap rumah tangga. “Di Singapura, satu rumah tangga membayar 200 ribu setiap bulan, maka tidak heran sampah bisa dikelola dengan sangat baik,” jelas Sri yang sudah meneliti tentang pengelolaan sampah selama 39 tahun.

4. Aspek sosial budaya,Budaya bersih harus dimulai sejak dini.

5. Aspek teknologi,Aspek teknolog, ini bisa dibagi menjadi teknologi pengelolaan sampah jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki tempat pengolahan sampah modern seperti di negara maju lainnya. Insenerataor (pengelolaah sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) yang akan dikembangkan di TPA Bantar Gebang, menurut Erny, masih jauh dari kapasitas yang dibutuhkan. Maka aspek teknologi ini harus dikembangkan mulai hulu hingga hilir. Caranya memperbanyak TPSA (tempat pembuangan sampah sementara) yang dikelola secara modern.

Dalam aspek sosial budaya ini,perlu adanya penerapan pembentukan kesadaran diri penuh  terhadap masing masing individu tentang permasalahan persampahan, perlu adanya pelatihan sejak dini, lingkungan yang baik, pengajaran yang baik dan didikan yang baik untuk menciptakan sosial budaya yang peduli akan masalah sampah, contohnya, negara jepang sangat bersih,rapi dan tertata. Karena sejak kecil orang tua di Jepang selalu memberikan didikan dan edukasi yang tepat terhadap anak mereka terhadap sampah 

REFERENSI 

Atkinson, 1999, Pengantar Psikologi. Erlangga Jakarta. Direcção Naçional da Estatiça Timor Leste. 2008. Dadus Uma Kain Sub-Distrito Dom Aleixo. DNETL Departemento Publikação. Timor Leste Direcção Naçional ALGIS Timor Leste. Dadus Mapa Distrito Dili. Ministerio Agricultura e Pesca, 2008 Direcção Naçional do Meio Ambiente Timor Leste. Dadus Ambientais Teritorial Timor Leste 2006, Fomento Dili Timor Leste. Gelbert. 1996, Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan ”Wall Chart”, Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup, PPPGT/VEDC,Malang. 

Thoha Miftah, 2001. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slamet, J. S. 2004.”Kesehatan Lingkungan”, Cetakan ke 6, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudradjat, R. 2006. Mengelola Sampah Kota. Penerbit Penebar Swadaya.

Mekarsari, Cimanggis, Depok-Jakarta Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan 365 hal. Institut Teknologi Bandung 

 

0 komentar:

Posting Komentar