Kamis, 28 Desember 2023

Essai UAS Peran Psikologi Lingkungan dalam Perilaku Pengelolaan Sampah Masyarakat "Novita Prabandari Nim 22310410039"

Peran Psikologi Lingkungan dalam Perilaku Pengelolaan Sampah Masyarakat"

 Psikologi Lingkungan Essay Ujian Akhir Semester

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A. 

 

Disusun Oleh

Novita Prabandari

22310410039


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

2023


Persepsi terhadap lingkungan hidup memegang peranan krusial dalam membentuk perilaku masyarakat terhadap isu-isu lingkungan, seperti pengelolaan sampah. Bangsring, sebuah kawasan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memberikan contoh konkret bagaimana perbedaan persepsi mengenai kondisi terumbu karang dapat menciptakan perilaku yang beragam dalam masyarakat. Persepsi lingkungan hidup adalah cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan di sekitarnya. Faktor-faktor seperti budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi antar peran gender, desa/kota, dan suku dapat memengaruhi pembentukan persepsi individu terhadap lingkungannya.

Sebagai contoh, dalam konteks pengelolaan sampah di Indonesia, persepsi masyarakat terhadap sampah dapat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Meskipun Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah telah dibuat untuk mengatur perilaku masyarakat terkait sampah, masih banyak yang enggan melaksanakannya.

Persepsi masyarakat terhadap sampah dapat menjadi penentu utama perilaku mereka terkait pengelolaan sampah. Dalam banyak kasus, masyarakat dapat membentuk persepsi bahwa masalah sampah adalah tanggung jawab pemerintah semata, sehingga mereka enggan melibatkan diri secara aktif. Sebuah studi di Yogyakarta dan kota besar lainnya mencatat bahwa sistem pengelolaan sampah yang kurang efektif memicu pembangkangan masyarakat terhadap peraturan yang ada.

Pembangkangan masyarakat terhadap peraturan pengelolaan sampah dapat dijelaskan melalui perspektif psikologi lingkungan. Salah satu faktor psikologis yang relevan adalah kecenderungan manusia untuk menilai masalah lingkungan sebagai tanggung jawab kolektif daripada tanggung jawab individu. Selain itu, kurangnya kesadaran akan dampak jangka panjang dari perilaku pembuangan sampah sembarangan juga dapat menjadi penyebab perilaku tersebut.

Dalam mengatasi permasalahan pengelolaan sampah, peran perusahaan swasta seperti Unilever dapat menjadi kunci untuk merubah persepsi dan perilaku masyarakat. Unilever, sebagai contoh, telah aktif dalam membina bank sampah sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaannya. Piramida Carroll, sebuah kerangka konsep etika bisnis, dapat digunakan untuk menjelaskan peran Unilever dalam pembinaan bank sampah. Piramida tersebut terdiri dari empat tingkat, yaitu ekonomi, hukum, etika, dan filantropi. Unilever tidak hanya mematuhi peraturan dan kontribusi ekonomi melalui pembinaan bank sampah, tetapi juga bergerak di tingkat etika dengan membantu masyarakat mengubah persepsi mereka terhadap sampah. Berikut adalah skema persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Sarwono, 1995).

 

Bank sampah menjadi objek fisik yang merepresentasikan peran Unilever dalam pembinaan masyarakat terkait pengelolaan sampah. Bank sampah bukan hanya tempat untuk mengumpulkan sampah, tetapi juga merupakan pusat edukasi bagi masyarakat. Unilever dapat melibatkan masyarakat dalam kegiatan bank sampah, mengubah persepsi mereka terhadap sampah dari sesuatu yang dihindari menjadi sumber potensial yang dapat diolah dan memiliki nilai ekonomi.

Dalam konteks pengelolaan sampah, transformasi persepsi masyarakat melalui pendekatan seperti pembinaan bank sampah dapat menjadi kunci keberhasilan. Psikologi lingkungan memainkan peran penting dalam membantu masyarakat memahami dampak perilaku mereka terhadap lingkungan. Melalui kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, kita dapat menciptakan budaya peduli lingkungan yang memotivasi perilaku pro-lingkungan. Dengan upaya bersama dan pemahaman lebih lanjut tentang faktor psikologis yang memengaruhi persepsi dan perilaku, kita dapat mengatasi permasalahan kompleks seperti pengelolaan sampah. Objek fisik seperti bank sampah menjadi simbol nyata dari transformasi tersebut, menginspirasi perubahan perilaku menuju kesadaran lingkungan yang lebih baik. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk membangun masa depan yang berkelanjutan, dan hal ini dimulai dari perubahan dalam persepsi dan perilaku kita sehari-hari.

 

Referensi

Mahyudin, Rizqi Puteri. (2014)., Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan.

EnviroScienteae 10, 33-40.

Shinta, A. (2013, April 9). Persepsi Terhadap Lingkungan. KUPASIANA. http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html 

0 komentar:

Posting Komentar