Kamis, 28 Desember 2023

ESSAY UAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN_Muhammad Arba’an

 

RUSAKNYA TERUMBU KARANG

Psikologi Lingkungan Tugas Ujian Akhir Semester

Dosen Pengampu: Dr., Dra Arundati Shinta MA.


Nama : Muhammad Arba’an

Nim : 21310410199 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Persepsi lingkungan adalah pemahaman individu terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena persepsi dapat dikatakan secara simbolik sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan dunia sekitarnya.

Direktur Jenderal PRL Victor Gustaaf Manoppo melalui sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSL) Makassar, Getreda M Hesanussa mengatakan, tekanan berat akibar tingkat pemanfaatan yang tinggi serta aktivitas manusia di darat dan laut menyebabkan kerusakan terumbu karang meningkat dengan pesat.

Bahkan berdasarkan monitoring LIPI tahun 2019, hanya sekitar 28,8 persen terumbu karang di Indonesia yang presentase tutupnya lebih dari 50 persen.

Tentu hal ini menjadi sebuah keprihatinan karena terumbu karang Indonesia saat ini bisa memberi manfaat bagi beberapa sektor, antara lain bagi wisata bahari senilai US$3,1 miliar pertahun, bagi perikanan senilai US$2,9 miliar pertahun, dan perlindungan pesisir senilai US$639 juta pertahun," ungkapnya pada kegiatan The Big Build Indonesia 2023 di Makassar, Senin (10/6/2023).

Oleh karena itu, KKP kini mendorong lima program prioritas ekonomi biru dalam menjaga kesehatan ekosistem laut, antara lain memperluas kawasan konservasi laut, penangkapan ikan secara terukur berbasis kouta, pembangunan budi daya laut berkelanjutan, pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pembersihan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan.

"Kelima program tersebut tidak saja penting bagi keberlanjutan kehidupan manusia, namun juga keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, serta ekosistem terumbu karang yang sehat," tambahnya.

Sementara Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Jamaluddin Jompa mengutarakan, semua pihak, termasuk masyarakat harus memiliki peran dalam menghentikan kerusakan terumbu karang yang semakin parah belakangan ini. Semua pihak harus melakukan pemanfaatan secara presisi, mana yang boleh ditangkap dan ukurannya ikan yang seperti apa yang mesti ditangkap.

Pakar biologi terumbu karang dan ekologi pesisir ini menyarankan kepada pemerintah untuk harus mengelola terumbu karang ini secara kawasan dan melakukan akselerasi pemeliharaan.

Pemeliharaan lingkungan sangat sulit apabila banyak pihak terkait yang masih saja melakukan hal yang telah di larang hanya demi keuntungan semata,

 

Sampah merupakan masalah nasional, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan secara komprehensif. Penanganan mengenai pengelolaan sampah memerlukan kerjasama dari berbagai stakeholder, mulai dari pemerintah, produsen produk atau dunia usaha sampai ke masyarakat umum. Terdapat 5 (lima) aspek penting yang perlu diketahui dalam pengelolaan sampah yaitu hukum, kelembagaan, pendanaan, sosial budaya, dan teknologi. Proses pengolahan sampah tidak hanya tentang reducereuse, dan recycle, tetapi terdapat aspek lain yang perlu menjadi perhatian yaitu soal bagaimana dapat menerapkan kelima aspek tersebut. Sebagai contoh, penerapan aspek sosial budaya dapat dikembangkan dalam lingkungan masyarakat melalui sosialisasi pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah yang bersumber dari lingkungan rumah, merupakan bentuk partisipasi aktif dalam meminimalisir pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika penanganan sampah dikelola dengan baik, tentunya akan berdampak pada kualitas hidup yang asri, nyaman, dan berkelanjutan.

Setiap keputusan yang kita ambil setiap hari memiliki dampak besar terhadap kelestarian lingkungan, salah satunya mengolah sampah.

Sebab, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, total produksi sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton.

Itu berarti, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap hari yang dihasilkan 270 juta masyarakat Indonesia atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari.

Jumlah tersebut tentu bukan kabar yang baik. Untuk itu, mari kenali cara pengolahan sampah yang baik dan benar untuk membantu menyelamatkan lingkungan.

Alasan terpenting kita perlu untuk mengelola sampah adalah menjaga kelestarian lingkungan demi kesehatan dan keselamatan populasi manusia.

Sebab, populasi manusia meningkat setiap tahun, begitu juga dengan jumlah sampah. Dampak dari tidak adanya manajemen sampah yang baik adalah terkontaminasinya lingkungan hidup hingga penyebaran penyakit baru.

Dengan fakta-fakta soal sampah di atas, sebagai wujud komitmen Nestlé Indonesia menjadi perusahaan penghasil produk makanan dan minuman senantiasa berupaya melakukan zero waste to landfill di 2025.

Selain itu, Nestlé Indonesia juga memiliki impian untuk turut membantu menjaga kebersihan perairan Indonesia dengan bergabung menjadi bagian dari Project STOP sebagai salah satu partner. Kemitraan dalam Project STOP merupakan upaya Nestlé dalam menjaga kebersihan perairan Indonesia. Project STOP merupakan gerakan kolaborasi yang fokus pada pengelolaan sampah di daratan agar tidak mencemari lautan.

Bersama dengan Project STOP, selama tiga tahun, Nestlé akan melakukan pengembangan sistem pengelolaan sampah termasuk di dalamnya pembangunan fasilitas pengelolaan (material recovery facility). Adapun wilayah yang menjadi target dari program ini, yakni 26 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.

Selain inisiatif-inisiatif seperti Project STOP, Nestlé juga memiliki inisiatif lain seperti program sistem pengelolaan sampah di kawasan sekitar Pabrik Nestlé Karawang di Desa Sukaluyu, Kabupaten Karawang. Bukan hanya itu, Nestlé Indonesia juga rutin melaksanakan program volunteering bersama dengan 150 karyawan dan keluarga untuk Bebersih Sungai Ciliwung, sebagai bagian dari inisiatif global Nestlé #CleanUpTogether dalam rangka peringatan #WorldOceansDay. Dengan kegiatan ini, para volunteer berhasil mengumpulkan 731,6 kg sampah yang kemudian dikumpulkan dan dikelola oleh Waste4Change, agar tidak berakhir di TPA. Selain itu, semua kemasan karton Nestlé berlogo FSC (Forest Stewardship Council). Artinya, kemasan tersebut dibuat dari bahan baku yang bersumber dari hutan yang dijalankan secara bertanggung jawab. Nestlé Indonesia juga menjadi yang pertama menerapkan sedotan kertas untuk minuman kemasan NESCAFÉ Ready-to-Drink di Indonesia dan di akhir tahun 2020 seluruh kemasan siap konsumsi sudah menggunakan sedotan kertas.

 

 

 

 

 


0 komentar:

Posting Komentar