RUSAKNYA TERUMBU KARANG
Psikologi Lingkungan Tugas Ujian Akhir Semester
Dosen Pengampu: Dr., Dra Arundati Shinta MA.
Nama : Muhammad
Arba’an
Nim : 21310410199
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Persepsi
lingkungan adalah pemahaman individu terhadap lingkungan. Dalam hal ini
persepsi sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena persepsi dapat
dikatakan secara simbolik sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan
dunia sekitarnya.
Direktur
Jenderal PRL Victor Gustaaf Manoppo melalui sambutannya yang dibacakan oleh
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSL) Makassar, Getreda
M Hesanussa mengatakan, tekanan berat akibar tingkat pemanfaatan yang tinggi
serta aktivitas manusia di darat dan laut menyebabkan kerusakan terumbu karang
meningkat dengan pesat.
Bahkan
berdasarkan monitoring LIPI tahun 2019, hanya sekitar 28,8 persen terumbu
karang di Indonesia yang presentase tutupnya lebih dari 50 persen.
Pemeliharaan
lingkungan sangat sulit apabila banyak pihak terkait yang masih saja melakukan
hal yang telah di larang hanya demi keuntungan semata,
Sampah merupakan masalah nasional, sehingga dalam
pengelolaannya harus dilakukan secara komprehensif. Penanganan mengenai
pengelolaan sampah memerlukan kerjasama dari berbagai stakeholder, mulai
dari pemerintah, produsen produk atau dunia usaha sampai ke masyarakat
umum. Terdapat 5 (lima) aspek penting yang perlu diketahui dalam pengelolaan
sampah yaitu hukum, kelembagaan, pendanaan, sosial budaya, dan teknologi.
Proses pengolahan sampah tidak hanya tentang reduce, reuse,
dan recycle, tetapi terdapat aspek lain yang perlu menjadi
perhatian yaitu soal bagaimana dapat menerapkan kelima aspek tersebut. Sebagai
contoh, penerapan aspek sosial budaya dapat dikembangkan dalam lingkungan
masyarakat melalui sosialisasi pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah yang
bersumber dari lingkungan rumah, merupakan bentuk partisipasi aktif dalam
meminimalisir pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika
penanganan sampah dikelola dengan baik, tentunya akan berdampak pada kualitas
hidup yang asri, nyaman, dan berkelanjutan.
Setiap keputusan yang kita ambil setiap hari memiliki dampak besar
terhadap kelestarian lingkungan, salah satunya mengolah sampah.
Sebab, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan,
total produksi sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton.
Itu berarti, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap hari yang dihasilkan
270 juta masyarakat Indonesia atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68
kilogram sampah per hari.
Jumlah tersebut tentu bukan kabar yang baik. Untuk itu, mari kenali cara pengolahan sampah yang baik dan benar untuk membantu menyelamatkan lingkungan.
Alasan terpenting kita perlu untuk mengelola sampah
adalah menjaga kelestarian lingkungan demi kesehatan dan keselamatan populasi
manusia.
Sebab, populasi manusia meningkat setiap tahun, begitu
juga dengan jumlah sampah. Dampak dari tidak adanya manajemen sampah yang baik
adalah terkontaminasinya lingkungan hidup hingga penyebaran penyakit baru.
Dengan fakta-fakta soal sampah di atas, sebagai wujud
komitmen Nestlé Indonesia menjadi perusahaan penghasil produk makanan dan
minuman senantiasa berupaya melakukan zero waste to landfill di
2025.
Selain
itu, Nestlé Indonesia juga memiliki impian untuk turut membantu menjaga
kebersihan perairan Indonesia dengan bergabung menjadi bagian dari Project STOP
sebagai salah satu partner. Kemitraan dalam Project STOP merupakan
upaya Nestlé dalam menjaga kebersihan perairan Indonesia. Project STOP
merupakan gerakan kolaborasi yang fokus pada pengelolaan sampah di daratan agar
tidak mencemari lautan.
Bersama
dengan Project STOP, selama tiga tahun, Nestlé akan melakukan pengembangan
sistem pengelolaan sampah termasuk di dalamnya pembangunan fasilitas
pengelolaan (material recovery facility). Adapun wilayah yang menjadi
target dari program ini, yakni 26 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Lekok
dan Kecamatan Nguling di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Selain
inisiatif-inisiatif seperti Project STOP, Nestlé juga memiliki inisiatif lain
seperti program sistem pengelolaan sampah di kawasan sekitar Pabrik Nestlé
Karawang di Desa Sukaluyu, Kabupaten Karawang. Bukan hanya itu, Nestlé
Indonesia juga rutin melaksanakan program volunteering bersama
dengan 150 karyawan dan keluarga untuk Bebersih Sungai Ciliwung, sebagai bagian
dari inisiatif global Nestlé #CleanUpTogether dalam rangka peringatan
#WorldOceansDay. Dengan kegiatan ini, para volunteer berhasil mengumpulkan 731,6
kg sampah yang kemudian dikumpulkan dan dikelola oleh Waste4Change, agar tidak
berakhir di TPA. Selain itu, semua kemasan karton Nestlé berlogo FSC (Forest
Stewardship Council). Artinya, kemasan tersebut dibuat dari bahan baku yang
bersumber dari hutan yang dijalankan secara bertanggung jawab. Nestlé Indonesia
juga menjadi yang pertama menerapkan sedotan kertas untuk minuman kemasan
NESCAFÉ Ready-to-Drink di Indonesia dan di akhir tahun 2020
seluruh kemasan siap konsumsi sudah menggunakan sedotan kertas.
0 komentar:
Posting Komentar