Kamis, 28 Desember 2023

Essay PSI LINGKUNGAN_Bastian Jan Bona Tua Siringoringo

 

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN

PERILAKU TERHADAP LINGKUNGAN

Psikologi Lingkungan Essay Ujian Akhir Semester

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA


NAMA

Bastian Jan Bona Tua Siringoringo

NIM

22310410069

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Dalam konteks perilaku masyarakat terhadap perintah Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah, persepsi memainkan peran kunci dalam membentuk dan memengaruhi perilaku mereka. Beberapa konsep psikologis dapat menjelaskan hubungan antara persepsi dan perilaku yang seringkali mencerminkan pembangkangan terhadap undang-undang tersebut yaitu:

1. Persepsi Terhadap Manfaat dan Kerugian (Perceived Benefits and Costs):

- Jika masyarakat merasa bahwa mengelola sampah sesuai dengan undang-undang tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi mereka secara langsung, mereka mungkin kurang termotivasi untuk patuh. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa mengikuti peraturan tersebut memberikan kerugian atau kesulitan yang besar, hal ini dapat menjadi pemicu pembangkangan.

2. Norma Sosial (Social Norms):

- Persepsi terhadap norma sosial juga memainkan peran penting. Jika masyarakat merasa bahwa mayoritas orang tidak mematuhi peraturan tersebut dan tidak ada tekanan sosial untuk mengikuti norma yang diatur oleh undang-undang, maka individu cenderung untuk mengabaikan aturan tersebut.

3. Kepentingan Pribadi dan Kolektif (Personal and Collective Interests):

- Persepsi terhadap hubungan antara tindakan individu dan kepentingan pribadi atau kolektif dapat mempengaruhi perilaku. Jika individu merasa bahwa tindakan mereka tidak memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan atau masyarakat secara keseluruhan, mereka mungkin kurang termotivasi untuk mengikuti peraturan tersebut.

4. Tingkat Kesadaran Lingkungan (Environmental Awareness):

- Persepsi terhadap tingkat kesadaran lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku. Individu yang lebih sadar akan dampak negatif sampah terhadap lingkungan cenderung lebih mungkin untuk mematuhi undang-undang terkait pengelolaan sampah.

5. Ketidakpastian dan Ketidakpercayaan (Uncertainty and Distrust):

- Jika masyarakat merasa tidak yakin atau tidak percaya terhadap efektivitas sistem pengelolaan sampah yang diatur oleh undang-undang, mereka mungkin enggan untuk patuh. Ketidakpastian mengenai hasil dari tindakan mereka dapat menjadi hambatan dalam kepatuhan.

Persepsi individu terhadap berbagai aspek tersebut dapat saling berinteraksi dan membentuk sikap serta perilaku terhadap undang-undang pengelolaan sampah. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran, memperjelas manfaat, menciptakan norma sosial positif, dan membangun kepercayaan terhadap sistem pengelolaan sampah dapat menjadi langkah-langkah yang efektif dalam mengubah perilaku masyarakat.

 

1.       Piramida Carroll adalah suatu konsep yang menggambarkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam empat lapisan atau tingkatan. Lapisan tersebut mencakup tanggung jawab ekonomi, hukum, etika, dan filantropi. Untuk menjelaskan peranan Unilever terhadap pembinaan bank sampah melalui Piramida Carroll, kita dapat menguraikan masing-masing tingkatan tersebut:

- Unilever sebagai perusahaan bisnis memiliki tanggung jawab utama untuk menciptakan nilai ekonomi. Melalui inisiatif pembinaan bank sampah, Unilever dapat memberikan kontribusi pada perekonomian lokal dengan menciptakan peluang bisnis baru, seperti pengelolaan sampah dan daur ulang.

- Unilever diharapkan mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku dalam aktivitas bisnisnya. Dengan mendukung pembinaan bank sampah, Unilever dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang mengatur pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan.

- Unilever memiliki tanggung jawab etika untuk bertindak dengan integritas dan keadilan. Dukungan terhadap pembinaan bank sampah mencerminkan kepedulian perusahaan terhadap isu-isu lingkungan dan sosial. Unilever dapat mengedepankan praktik bisnis yang beretika, termasuk dalam hal penanganan sampah.

- Unilever juga dapat berkontribusi pada masyarakat melalui tanggung jawab filantropi. Dukungan terhadap bank sampah dapat dianggap sebagai kegiatan filantropis yang bertujuan untuk memberikan manfaat sosial, terutama dalam hal pengelolaan sampah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Melalui kontribusi pada keempat tingkatan tanggung jawab di Piramida Carroll, Unilever memainkan peran yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam mendorong pembinaan bank sampah. Ini tidak hanya mencakup aspek ekonomi dan hukum, tetapi juga mencerminkan komitmen etis dan filantropis perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.

Unilever Indonesia telah membantu Pemerintah Daerah dan mendorong masyarakat untuk peduli sampah melalui pembinaan bank sampah. Unilever Indonesia Foundation telah mengembangkan dan memperkuat program bank sampah sejak 2008 dan telah membina lebih dari 4.000 bank sampah di 37 kota yang tersebar di 12 provinsi. Unilever Indonesia juga memperkuat eksistensi dan peranan bank sampah binaannya melalui upaya digitalisasi, bekerja sama dengan platform Google My Business. Peran Unilever dalam pembinaan bank sampah dapat dijelaskan melalui Piramida Carroll, yaitu tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tanggung jawab ekonomi, legal, etis, dan filantropi. Dalam hal ini, Unilever Indonesia Foundation membantu masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah, sehingga dapat memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dalam aspek filantropi.

Referensi :

Luthfi, Asma, and Atika Wijaya. "Persepsi masyarakat sekaran tentang konservasi lingkungan." Komunitas 3.1 (2011).

Kospa, Herda Sabriyah Dara. "Kajian persepsi dan perilaku masyarakat terhadap air sungai." Jurnal Tekno Global 7.1 (2018).

http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html


 


0 komentar:

Posting Komentar