Kamis, 28 Desember 2023

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PERILAKU MALAS MENGOLAH SAMPAH Psikologi Lingkungan Essay UAS

 HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PERILAKU MALAS MENGOLAH SAMPAH 

Psikologi Lingkungan 

Essay UAS 

Afini Musyarofah.J : 22310410113

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat harus di kelola secara tepat agar sampah tersebut tidak menyebabkan degradasi lingkungan sehingga tercipta kelestarian, kebersihan, dan keindahan lingkungan yang berkelanjutan dimasa mendatang. Agar pengelolaan sampah semakin optimal maka tidak hanya pemerintah yang harus turun tangan karena dalam pengelolaan sampah, selain masalah teknis dan sistem pengelolaannya, juga menyangkut prilaku masyarakatnya.  Oleh karena itu, partisipasi dari seluruh masyarakat yang merupakan sumber utama penghasil sampah sangat diperlukan. Terutama dalam penerapan prinsip 3R ; Reused (pakai ulang), Reduce (pengurangan volume) dan Reycyle (daur ulang). 

Menurut (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002) sampah dapat dikelola bersama dengan dua cara; pertama melakukan kegiatan pengurangan sampah seperti membatasi, menggunakan kembali serta melakukan daur ulang sedangkan cara yang kedua ialah menangani sampah yang ada dengan cara pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir yang saling berinteraksi dan mendukung untuk mencapai tujuan yang sama. (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002).

Keterlibatan masyarakat terhadapat pegeloalaan sampah seringkali terkendala oleh adanya perbedaan persepsi, padahal persepsi tersebut sangat berpengaruh pada sikap masyarakat terhadapat sampah. Sehingga, jika persepsi yang dimiliki masyarakat itu baik maka mereka akan menyadari pentingnya pengelolaan sampah dan mereka akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, begitu juga sebaliknya jika persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah tidak baik, maka masyarakat akan enggan untuk berpartisipasi. 

Salah satu hal yang mempengaruhi pebedaan persepsi ialah adanya sosial budaya. Sebagai contoh, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan kebanyakan membersihkan sampah dedaunan dan sampah plastik dengan cara dibakar karena mereka memiliki presepsi bahwa membakar adalah solusi termudah dan tercepat untuk menghilangkan sampah yang sudah dilakukan sejak dulu. Selain itu, alasan lain mengapa mereka masih melakukan pembakaran sampah adalah karena belum adanya fasilitas pemerintah terkait penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah di pedesaan. 

Persepsi masyarakat terhadap keinginan mengelola sampah salah satunya ialah  persepsi  tentang apakah sampah itu berguna dan memiliki manfaat secara ekonomis atau tidak.  Jika  sampah itu memberikan manfaat secara ekonomis, maka mereka cenderung mudah untuk mengikuti himbauan pemerintah terkait pengelolaan sampah rumah tangga. Akan tetapi meskipun masyarakat sudah mengetahui daya guna dan manfaat ekonomi dari mengelola sampah, masih banyak diantara mereka yang masih bingung dan belum mendapatkan pengetahuan memadai serta informasi terkait bagaimana cara menjadikan sampah itu supaya bisa menguntungkan. 

Selain itu, masyarakat juga menilai bahwa kinerja pemerintah dalam sosialisasi peraturan daerah, pemberian sanksi dan penyuluhan atau sosialisai program 3R masih sangat kurang sehingga hal ini juga mempengaruhi buruknya persepsi masyarakat terhadap keinginan mengelola sampah. dengan demikian,sudah sepantasnya program dari pemerintah terkait pengelolaan sampah perlu lebih banyak usaha untuk disosialisasikan agar lebih mudah merubah persepsi masyarakat terkait keuntungan mengelola sampah.

Salah satu contoh nyata terkait adanya pengelolaan sampah yang berjalan ialah adanya pembinaan bank sampah dari PT Unilever yang mengajak masyarakat mengumpulkan dan melakukan pengelolaan sampah plastik agar  mengurangi beban sampah terhadap lingkungan sekaligus menciptakan ekonomi sirkular. Unilever mendorong masyarakat untuk peduli sampah melalui pembinaan bank sampah karena mereka sebagai perodusen yang hampir seluruh produknya berkemasan plastik berkomitmen untuk menumbuhkan bisnis yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan memberikan manfaat pada sosial dan lingkungan.

Persepsi buruk terhadap pengelolaan sampah tidak selalu terjadi karena masalah internal individu saja, melainkan dapat terjadi karena beberapa alasan seperti kurangnya pengetahuan atau informasi terkait tata cara pengelolaan sampah sehingga menyebabkan acuh yang kemudian mencari alternatif penyelesaian masalah sampah/coping stress paling mudah dengan dibuang tanpa dipilah atau dibakar saja.

Persepsi yang baik terhadap pengelolaan lingkungan pada dasarnya dapat menjadikan lingkungan lebih terjaga dan terlindungi dari berbagai kerusakan. Terlebih jika persepsi baik terhadap sampah tersebut bisa kita sebarkan luaskan. Dan sudah sepantasnya kita sebagai generasi muda ikut andil dalam mengubah pola pikir dan pesepsi masyarakat terhadap sampah agar tercipta lingkungan hidup yang lebih sehat, bersih, rapi dan bebas dari pencemaran lingkungan.


Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19- 2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar