Sabtu, 22 Februari 2025

Remedial Psikologi Inovasi Afni Ambar Sari 22310410124 Dosen Pengampu ibu Dr.Arundati Shinta.

Pentingnya Keberanian Berubah dalam Konteks Psikologi Inovasi

Nama : Afni Ambar Sari

NIM : 22310410124

Essay : Remedial Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Ibu Dr. Arundati Shinta,S.Psi,.M.Psi

Dalam era yang terus berevolusi dengan cepat, keberanian untuk berubah menjadi komponen fundamental dalam pengembangan diri dan inovasi. Mata kuliah Psikologi Inovasi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta menghadapkan mahasiswa pada tantangan nyata untuk berani melakukan perubahan, meskipun hasil yang diperoleh tidak selalu sesuai harapan. 

Analisis mendalam mengenai permasalahan ini menunjukkan bahwa ketakutan akan kegagalan seringkali menjadi penghalang utama bagi mahasiswa dalam mengambil langkah perubahan. Seperti yang diungkapkan Robin Sharma, "Perubahan adalah hal yang menakutkan, tapi tidak berubah lebih menakutkan lagi." Pernyataan ini menyoroti paradoks yang dihadapi mahasiswa dalam perjalanan akademik mereka - ketakutan akan kegagalan di satu sisi, dan risiko stagnasi yang lebih berbahaya di sisi lain.

Teori keberuntungan yang dikembangkan oleh Roger Wiseman (2003) memberikan perspektif yang menarik dalam memahami hubungan antara keberanian berubah dan pencapaian kesuksesan. Wiseman mengidentifikasi empat elemen kunci keberuntungan yang dapat diterapkan dalam konteks perubahan:

Pertama, ketekunan kemampuan untuk tetap bertahan dan berusaha meskipun menghadapi rintangan. Dalam konteks perubahan, ketekunan memungkinkan mahasiswa untuk terus mencoba strategi baru dan belajar dari setiap kegagalan yang dialami.

Kedua, jejaring sosial kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang mendukung proses perubahan. Mahasiswa yang memiliki jejaring sosial yang kuat cenderung lebih resilien dalam menghadapi tantangan perubahan karena memiliki sistem dukungan yang dapat diandalkan.

Ketiga, optimisme  sikap mental yang memungkinkan mahasiswa untuk melihat peluang di setiap situasi. Optimisme yang realistis membantu mahasiswa mempertahankan motivasi mereka meskipun menghadapi kemunduran temporary.

Keempat, intuisi kemampuan untuk mengenali dan memanfaatkan peluang yang muncul. Mahasiswa yang mengembangkan intuisi mereka lebih mampu mengidentifikasi moment yang tepat untuk melakukan perubahan dan mengambil risiko yang terukur.


Dalam implementasinya, tantangan terbesar sering muncul ketika mahasiswa menghadapi kegagalan sementara rekan-rekan mereka mencapai kesuksesan. Situasi ini dapat memicu berbagai mekanisme pertahanan diri, seperti rasionalisasi atau menyalahkan faktor eksternal. Meskipun respons ini wajar secara psikologis, penting untuk mengelolanya secara konstruktif agar tidak menghambat proses pembelajaran dan pertumbuhan,untuk membantu mahasiswa menghadapi tantangan perubahan, beberapa pendekatan komprehensif dapat diterapkan:

Pengembangan Mindset Pertumbuhan merupakan fondasi penting dalam membangun keberanian berubah. Carol Dweck (2006) menekankan bahwa individu dengan mindset pertumbuhan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai refleksi dari keterbatasan kemampuan mereka. Dalam konteks mata kuliah Psikologi Inovasi, dosen dapat membantu mahasiswa mengembangkan mindset ini melalui diskusi reflektif dan studi kasus yang menunjukkan bagaimana tokoh-tokoh sukses mengatasi kegagalan mereka.

Sistem Dukungan Peer juga memainkan peran crucial dalam membangun resiliensi terhadap perubahan. Ketika mahasiswa dapat berbagi pengalaman tentang perubahan yang mereka lakukan - baik yang berhasil maupun yang gagal - mereka mulai memahami bahwa struggles yang mereka hadapi adalah bagian normal dari proses pembelajaran. Kelompok diskusi yang terstruktur dapat menjadi wadah yang aman untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran.

Dokumentasi Pembelajaran melalui jurnal reflektif atau portfolio digital memungkinkan mahasiswa untuk melacak perjalanan perubahan mereka secara sistematis. Praktik ini tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi pola-pola respons terhadap tantangan, tetapi juga memberikan perspektif jangka panjang tentang progres yang telah dicapai.

Praktik Refleksi Terstruktur yang dilakukan secara regular membantu mahasiswa mengembangkan kesadaran diri yang lebih dalam. Melalui refleksi, mahasiswa dapat mengidentifikasi trigger yang memicu ketakutan akan perubahan, serta strategi yang efektif dalam mengatasi ketakutan tersebut.

Martin Seligman (2011) dalam penelitiannya tentang resiliensi menekankan pentingnya membangun "psychological capital" - kombinasi dari harapan, optimisme, resiliensi, dan self-efficacy. Dalam konteks Psikologi Inovasi, pengembangan psychological capital ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan praktis yang membantu mahasiswa membangun kepercayaan diri dalam menghadapi perubahan.

Kesimpulannya, keberanian untuk berubah bukan sekadar karakteristik personal, melainkan keterampilan yang dapat dikembangkan secara sistematis. Melalui kombinasi pengembangan mindset yang tepat, sistem dukungan yang kuat, dan praktik reflektif yang konsisten, mahasiswa dapat membangun fondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan perubahan dalam kehidupan akademik dan profesional mereka. Pemahaman bahwa stagnasi lebih berbahaya daripada kegagalan dapat menjadi motivasi powerful yang mendorong mahasiswa untuk terus bergerak maju dalam journey pembelajaran mereka.


Daftar pustaka

Sharma, R. (2019). The 5 AM Club: Own Your Morning, Elevate Your Life. HarperCollins Publishers.

Wiseman, R. (2003). The Luck Factor: The Scientific Study of the Lucky Mind. Miramax Books.

Dweck, C. S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.

Seligman, M. E. P. (2011). Building Resilience. Harvard Business Review, 89(4), 100-106.

0 komentar:

Posting Komentar