UJIAN
REMIDIAL SEMESTER GENAP – Desember 2024 – Februari 2025
PERGURUAN
TINGGI : Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
FAKULTAS
: Psikologi Kelas SJ
MATA
KULIAH : Psikologi Inovasi
NAMA
MAHASISWI : FINDA PENSIUNA WATI
NIM
: 22310410189
PENGAMPU
: ARUNDATI SHINTA
1.
Antara Dorongan
Berprestasi dan Hambatan Implementasi
Permasalahan
Esai prestasi dalam mata kuliah Psikologi Inovasi di Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta bertujuan sebagai aplikasi praktikum untuk memahami
konsep dorongan berprestasi (nAff). Konsep ini didasarkan pada penelitian
Gregor McDouglas yang menemukan bahwa masyarakat Kerala, India, mengalami
kemajuan pesat berkat dorongan berprestasi yang kuat. Sayangnya, meskipun esai
ini menawarkan manfaat nyata dalam pengembangan keterampilan sosial dan
akademik, hanya sedikit mahasiswa yang bersedia mengerjakannya. Fenomena ini
menimbulkan pertanyaan: apakah mahasiswa harus dipaksa untuk maju atau diberi
kebebasan menentukan langkah mereka sendiri?
Salah satu alasan utama minimnya partisipasi mahasiswa dalam pembuatan esai prestasi adalah sifatnya yang tidak wajib. Mahasiswa cenderung lebih fokus pada tugas yang memiliki dampak langsung terhadap nilai akhir mereka. Selain itu, kesibukan akademik yang padat membuat mereka enggan mengalokasikan waktu untuk kegiatan yang dianggap tidak memberikan keuntungan akademik secara langsung. Faktor lainnya adalah anggapan bahwa kegiatan tersebut "aneh" atau tidak lazim di lingkungan mereka, serta rendahnya kebiasaan terlibat dalam aktivitas sosial yang mempromosikan prestasi.
Membandingkan mahasiswa UP45 dengan masyarakat Kerala memunculkan
tantangan tersendiri. Masyarakat Kerala memiliki kultur yang mendorong prestasi
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, berbeda dengan lingkungan akademik
di mana dorongan berprestasi masih harus ditanamkan secara lebih intensif.
Solusi
Bukan berarti mahasiswa UP45 tidak bisa berkembang dengan model yang
sama. Diperlukan pendekatan yang lebih persuasif dan sistem insentif untuk
meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam membuat esai prestasi. Salah satu
solusi yang dapat diterapkan adalah memberikan penghargaan akademik tambahan
bagi mahasiswa yang berpartisipasi, misalnya dalam bentuk bonus nilai atau
sertifikat prestasi yang dapat menjadi nilai tambah dalam dunia kerja.
Selain itu, kampus dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung
dengan mengadakan seminar atau workshop yang melibatkan mahasiswa dalam
kegiatan prestasi. Dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif, mahasiswa dapat
lebih termotivasi untuk ikut serta dalam tugas esai prestasi.
Mahasiswa lebih cenderung menghindari tugas yang mereka anggap
sebagai "low hanging fruits"—sesuatu yang mudah dicapai tetapi kurang
memberikan tantangan berarti. Dengan menanamkan paradigma bahwa prestasi bukan
hanya tentang nilai akademik, tetapi juga pengembangan keterampilan sosial dan
kepemimpinan, mahasiswa dapat lebih termotivasi untuk mengambil tantangan ini.
2.
Keberanian Berubah dan
Teori Keberuntungan dalam Psikologi Inovasi
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mata kuliah Psikologi
Inovasi, mahasiswa didorong untuk berani melakukan perubahan meskipun perubahan
tersebut tidak selalu memberikan hasil yang positif. Sebagaimana dijelaskan
dalam teks, perubahan sering kali menghasilkan hasil yang lebih buruk
dibandingkan kondisi sebelumnya. Namun, keberanian untuk terus berubah dan
bertahan dalam menghadapi tantangan adalah prinsip utama yang harus diterapkan
oleh mahasiswa.
Sikap keberanian dalam menghadapi perubahan sejalan dengan teori
keberuntungan yang dikemukakan oleh Roger Wiseman (2003). Dalam teorinya,
Wiseman mengidentifikasi empat elemen utama yang dapat menciptakan
keberuntungan: pertama, rajin dan tekun dalam menghadapi tantangan; kedua,
sering bergaul dengan orang-orang berpengaruh; ketiga, melihat sisi positif
dari setiap situasi buruk; dan keempat, mengenali naluri dalam pengambilan
keputusan. Dengan menerapkan elemen-elemen ini, mahasiswa dapat membangun
mentalitas yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian dan kegagalan.
Permasalahan: Ketakutan terhadap Perubahan dan Mekanisme Pertahanan
Diri
Salah satu permasalahan utama dalam menghadapi perubahan adalah
ketakutan terhadap kegagalan. Banyak orang lebih memilih untuk tetap berada di
zona nyaman daripada menghadapi ketidakpastian yang datang bersama perubahan.
Menurut Wiseman (2003), keberuntungan sering kali berpihak pada mereka yang
berani mengambil risiko dan melakukan perubahan. Namun, dalam kenyataannya,
banyak individu justru menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk menghindari konsekuensi
dari perubahan yang gagal. Freud (1937) menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan
diri seperti rasionalisasi dan proyeksi sering digunakan untuk mencari
pembenaran atas kegagalan, sehingga menghambat pertumbuhan pribadi dan
profesional.
Ketika perubahan membawa hasil yang buruk, kecenderungan manusia
adalah mencari alasan dan menyalahkan pihak lain. Dalam konteks
psikologi, fenomena ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri, di mana
seseorang berusaha melindungi dirinya dari ketidaknyamanan emosional dengan
menciptakan berbagai alasan yang tampak masuk akal.
Solusi : Membangun Mentalitas Tangguh dalam Menghadapi Perubahan
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perubahan dianjurkan,
menghadapinya secara mental tetap menjadi tantangan besar.
Dalam praktiknya, mahasiswa Psikologi Inovasi diajarkan untuk tidak
takut berubah dan tetap tabah ketika perubahan tidak membawa hasil yang
diharapkan. Dengan memahami bahwa keberuntungan dapat diciptakan melalui usaha
yang terus-menerus, mahasiswa dapat mengembangkan daya tahan mental yang kuat
serta kemampuan adaptasi yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan harus
berperan dalam membentuk pola pikir positif terhadap perubahan agar individu
tidak hanya mampu bertahan dalam kondisi sulit, tetapi juga dapat berkembang
dan menemukan peluang baru di setiap tantangan yang dihadapi.
REFERENSI :
Freud, S.
(1937). The Ego and the Mechanisms of Defense. Hogarth Press.
Sharma, R.
(2003). The Saint, the Surfer, and the CEO. Hay House.
Wiseman, R.
(2003). The Luck Factor: The Four Essential Principles. New York: Hyperion.
0 komentar:
Posting Komentar