Prestasi dan Dorongan Prestasi & Berani Berubah dan Prinsip
Keberuntungan
DOSEN PENGAMPU :Dr.,Dra. ARUNDANTI SHINTA, MA
22310410098
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2024
Esai 1: Esai Prestasi dan
Dorongan Berprestasi (nAff)
Pendahuluan
Psikologi Inovasi
mengajarkan pentingnya dorongan berprestasi (nAff) sebagai faktor utama dalam
keberhasilan seseorang maupun masyarakat. Namun, salah satu tugas yang
mencerminkan hal ini, yakni esai prestasi, jarang dikerjakan oleh mahasiswa.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah mahasiswa harus dipaksa untuk maju, atau
apakah mereka melihat esai prestasi sebagai fenomena low hanging fruit yang
tidak memberikan manfaat nyata bagi nilai akhir mereka?
Analisis Masalah
Esai prestasi sejatinya
merupakan peluang bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan sosial, kepedulian
terhadap masyarakat, serta membangun rekam jejak akademik dan publikasi. Namun,
banyak mahasiswa menghindarinya dengan alasan tidak wajib, kesibukan, atau
anggapan bahwa kegiatan sosial bukan bagian dari prioritas mereka.
Dari perspektif teori
Gregor McDouglas, masyarakat Kerala berhasil mencapai kemajuan ekonomi karena
memiliki budaya prestasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan
berprestasi dapat menjadi pendorong utama keberhasilan individu dan masyarakat.
Jika mahasiswa UP45 mengadopsi pola pikir serupa, mereka juga dapat meraih
kesuksesan lebih cepat.
Solusi dan Rekomendasi
Untuk meningkatkan
partisipasi mahasiswa dalam esai prestasi, beberapa langkah dapat diterapkan:
1. Membuat Esai Prestasi Sebagai Bagian
dari Evaluasi – Dengan memberikan
bobot nilai, mahasiswa akan lebih termotivasi.
2. Memberikan Penghargaan Non-Akademik – Seperti sertifikat atau
kesempatan magang bagi mahasiswa yang aktif menulis esai prestasi.
3. Menumbuhkan Budaya Berprestasi – Mendorong mahasiswa untuk
saling mendukung, sebagaimana yang terjadi di Kerala.
Jika mahasiswa terus
menghindari tantangan dengan alasan pragmatis, maka potensi mereka untuk
berkembang akan terhambat. Oleh karena itu, penting bagi dosen dan institusi
untuk menumbuhkan budaya prestasi yang berorientasi pada pengembangan diri dan
kepedulian sosial.
Daftar Pustaka
Harper, M. (1984).
Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in
association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation).
Esai 2: Berani Berubah dan
Prinsip Keberuntungan
Perubahan sering kali
dianggap menakutkan karena hasilnya tidak selalu sesuai harapan. Namun, dalam
Psikologi Inovasi, mahasiswa didorong untuk berani berubah meskipun perubahan
tersebut dapat menghasilkan hal buruk. Prinsip ini selaras dengan teori
keberuntungan Roger Wiseman, yang menekankan pentingnya ketekunan, jejaring
sosial, optimisme, dan intuisi dalam menciptakan peluang sukses.
Analisis Masalah
Dalam praktiknya, banyak
individu merasa nyaman dalam zona aman dan takut menghadapi risiko. Ketika
menghadapi kegagalan, sering kali muncul mekanisme pertahanan diri seperti
menyalahkan keadaan atau pihak lain. Fenomena ini umum terjadi, terutama dalam lingkungan
akademik dan profesional.
Wiseman (2003) menyatakan
bahwa keberuntungan bukanlah faktor acak, melainkan hasil dari kebiasaan yang
terbentuk melalui empat elemen utama:
1. Tekun Berusaha – Semakin sering kita mencoba,
semakin besar kemungkinan sukses.
2. Bergaul dengan Orang Berpengaruh – Koneksi sosial membuka lebih
banyak peluang.
3. Melihat Sisi Positif dari Kegagalan – Kesalahan adalah pelajaran
berharga.
4. Mengandalkan Intuisi – Mengambil keputusan
berdasarkan pengalaman dan naluri.
Namun, mengajarkan
prinsip-prinsip ini lebih mudah daripada mengaplikasikannya, terutama ketika
seseorang melihat teman-temannya lebih sukses sementara dirinya mengalami
kesulitan. Rasa frustrasi ini sering kali mendorong individu untuk mencari
alasan daripada terus mencoba.
Solusi dan Rekomendasi
Agar mahasiswa lebih
berani berubah dan tidak takut menghadapi kegagalan, beberapa langkah dapat
diterapkan:
1. Menerapkan Pola Pikir Bertumbuh
(Growth Mindset) –
Melihat kegagalan sebagai peluang belajar, bukan akhir dari segalanya.
2. Membiasakan Evaluasi Diri – Mencatat kesalahan dan mencari
cara memperbaikinya.
3. Memperluas Lingkaran Sosial – Bergabung dalam komunitas yang
mendukung perkembangan pribadi dan profesional.
Perubahan memang sulit,
tetapi tidak berubah lebih berisiko. Oleh karena itu, mahasiswa perlu membangun
mentalitas tahan banting agar dapat terus berkembang dan menciptakan
keberuntungan mereka sendiri.
Daftar Pustaka
Wiseman, R. (2003). The
luck factor: The four essential principles. New York: Hyperion.
0 komentar:
Posting Komentar