Sabtu, 22 Februari 2025

REMEDIAL PSIKOLOGI INOVASI_ERINA AGUSTIN_22310410098_SJ

 

Prestasi dan Dorongan Prestasi  & Berani Berubah dan Prinsip Keberuntungan

DOSEN PENGAMPU :Dr.,Dra. ARUNDANTI SHINTA, MA

 




ERINA AGUSTIN

22310410098

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2024


Esai 1: Esai Prestasi dan Dorongan Berprestasi (nAff)

Pendahuluan

Psikologi Inovasi mengajarkan pentingnya dorongan berprestasi (nAff) sebagai faktor utama dalam keberhasilan seseorang maupun masyarakat. Namun, salah satu tugas yang mencerminkan hal ini, yakni esai prestasi, jarang dikerjakan oleh mahasiswa. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah mahasiswa harus dipaksa untuk maju, atau apakah mereka melihat esai prestasi sebagai fenomena low hanging fruit yang tidak memberikan manfaat nyata bagi nilai akhir mereka?

Analisis Masalah

Esai prestasi sejatinya merupakan peluang bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan sosial, kepedulian terhadap masyarakat, serta membangun rekam jejak akademik dan publikasi. Namun, banyak mahasiswa menghindarinya dengan alasan tidak wajib, kesibukan, atau anggapan bahwa kegiatan sosial bukan bagian dari prioritas mereka.

Dari perspektif teori Gregor McDouglas, masyarakat Kerala berhasil mencapai kemajuan ekonomi karena memiliki budaya prestasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan berprestasi dapat menjadi pendorong utama keberhasilan individu dan masyarakat. Jika mahasiswa UP45 mengadopsi pola pikir serupa, mereka juga dapat meraih kesuksesan lebih cepat.

Solusi dan Rekomendasi

Untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam esai prestasi, beberapa langkah dapat diterapkan:

1.     Membuat Esai Prestasi Sebagai Bagian dari Evaluasi – Dengan memberikan bobot nilai, mahasiswa akan lebih termotivasi.

2.     Memberikan Penghargaan Non-Akademik – Seperti sertifikat atau kesempatan magang bagi mahasiswa yang aktif menulis esai prestasi.

3.     Menumbuhkan Budaya Berprestasi – Mendorong mahasiswa untuk saling mendukung, sebagaimana yang terjadi di Kerala.

Jika mahasiswa terus menghindari tantangan dengan alasan pragmatis, maka potensi mereka untuk berkembang akan terhambat. Oleh karena itu, penting bagi dosen dan institusi untuk menumbuhkan budaya prestasi yang berorientasi pada pengembangan diri dan kepedulian sosial.

Daftar Pustaka

Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation).

Esai 2: Berani Berubah dan Prinsip Keberuntungan

Perubahan sering kali dianggap menakutkan karena hasilnya tidak selalu sesuai harapan. Namun, dalam Psikologi Inovasi, mahasiswa didorong untuk berani berubah meskipun perubahan tersebut dapat menghasilkan hal buruk. Prinsip ini selaras dengan teori keberuntungan Roger Wiseman, yang menekankan pentingnya ketekunan, jejaring sosial, optimisme, dan intuisi dalam menciptakan peluang sukses.

Analisis Masalah

Dalam praktiknya, banyak individu merasa nyaman dalam zona aman dan takut menghadapi risiko. Ketika menghadapi kegagalan, sering kali muncul mekanisme pertahanan diri seperti menyalahkan keadaan atau pihak lain. Fenomena ini umum terjadi, terutama dalam lingkungan akademik dan profesional.

Wiseman (2003) menyatakan bahwa keberuntungan bukanlah faktor acak, melainkan hasil dari kebiasaan yang terbentuk melalui empat elemen utama:

1.     Tekun Berusaha – Semakin sering kita mencoba, semakin besar kemungkinan sukses.

2.     Bergaul dengan Orang Berpengaruh – Koneksi sosial membuka lebih banyak peluang.

3.     Melihat Sisi Positif dari Kegagalan – Kesalahan adalah pelajaran berharga.

4.     Mengandalkan Intuisi – Mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan naluri.

Namun, mengajarkan prinsip-prinsip ini lebih mudah daripada mengaplikasikannya, terutama ketika seseorang melihat teman-temannya lebih sukses sementara dirinya mengalami kesulitan. Rasa frustrasi ini sering kali mendorong individu untuk mencari alasan daripada terus mencoba.

Solusi dan Rekomendasi

Agar mahasiswa lebih berani berubah dan tidak takut menghadapi kegagalan, beberapa langkah dapat diterapkan:

1.     Menerapkan Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset) – Melihat kegagalan sebagai peluang belajar, bukan akhir dari segalanya.

2.     Membiasakan Evaluasi Diri – Mencatat kesalahan dan mencari cara memperbaikinya.

3.     Memperluas Lingkaran Sosial – Bergabung dalam komunitas yang mendukung perkembangan pribadi dan profesional.

Perubahan memang sulit, tetapi tidak berubah lebih berisiko. Oleh karena itu, mahasiswa perlu membangun mentalitas tahan banting agar dapat terus berkembang dan menciptakan keberuntungan mereka sendiri.

Daftar Pustaka

Wiseman, R. (2003). The luck factor: The four essential principles. New York: Hyperion.

 


0 komentar:

Posting Komentar